Share

Bab 7

Author: empat2887
last update Huling Na-update: 2023-03-08 22:49:04

"Jadi begini, Bu. Orang yang memegang kendali atas semua itu, hanya aku dan Pak Reno. Karena dia, yang sekarang memimpin perusahaan. Tapi, kalau saya berani bersumpah, Bu. demi Allah, saya tidak pernah melakukan semua itu. Kalau memang saya yang melakukannya, buat apa saya membongkar semua ini ke Ibu? Itu sama saja, saya menyerahkan diri kepolisi," terangnya lagi.

"Jadi maksud Pak Hartono, kemungkinan besar yang melakukan semuanya ini adalah Mas Reno begitu?" tanyaku tidak percaya.

"Ya seperti itulah, Bu. Jika Ibu merasa kurang yakin, dengan apa yang aku katakan tadi. Sebaiknya Ibu segera menyelidikinya sendiri, Biar Ibu bisa melihatnya langsung, apa yang sebenarnya terjadi," saran Pak Hartono.

Kalau memang apa yang dikatakan Pak Hartono terbukti, jika Mas Reno yang melakukannya. Berarti ia benar-benar keterlaluan dan tidak tahu malu. Lalu untuk apa, ia melakukan semuanya itu? Padahal aku telah memberinya kepercayaan, supaya ia memimpin perusahaanku dengan benar.

Tapi kenapa, dia malah mau mengambil milikku juga, dengan cara mentransfer uang perusahaan ke nomer rekening fiktif. Hingga membuat perusahaan berada diujung kebangkrutan. Padahal selama ini, dia dan juga keluarganya hidup dari kekayaan orang tuaku. Tapi kenapa, air susu malah dibalas air tuba.

Aku semakin kesal saja kepada Mas Reno dan juga keluarganya, kini ditambah lagi dengan Mbak Wina. Mereka semua itu benar-benar kumpulan benalu, yang meresahkan dan harus segera dimusnahkan. Tapi aku tidak mau asal, yang nantinya malah akan merugikan diri sendiri. Aku harus mengatur strategi yang cantik, supaya target langsung terkunci, sehingga dia tidak bisa lahi3 berkutik.

"Aku percaya kok kepada, Pak Hartono. Karena Bapak lebih lama berada di perusahaan almarhum Papa, jika dibanding dengan Mas Reno yang hanya baru seumur jagung," ungkapku.

"Alhamdulillah, kalau memang Ibu percaya kepada saya. Hati saya merasa tenang, Bu. Kalau pun nanti, ada orang yang akan mengkambing hitamkan saya karena permasalah ini, saya sudah siap melawannya. Karena saya sudah punya dekengan yang kuat," sahut Pak Hartono

"Baiklah, Pak Tono, lebih baik kita bekerja sama saja, buat membongkar semuanya ini.

AKarena aku pun merasa kesal, dan sakit hati. Mendengar perusahaan yang Papa bangun dari nol, kini harus berada diambang kehancuran. Itu semua dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Orang yang baru masuk ke dalam kehidupan keluargaku. Aku ingin membuat mereka menyesal, Pak. Apa Pak Tono mau bekerja sama denganku?" tanyaku.

Pak Tono hanya manggut-manggut, saat mendengar ceritaku. Ia pun menyeruput kopi, yang tadi dihidangkan oleh asisten rumah tangganya.

"Boleh juga sih, Bu. Justru aku senang, jika Ibu mau ikut bertindak, supaya orang yang berbuat seperti itu tau, kalau Ibu itu bukan wanita lemah." Pak Hartono menyetujui ajakanku.

"Betul, Pak Hartono. Kita mesti membuat strategi yang matang dan tidak terduga, Pak. Supaya target kita tidak menyangkalnya dan akan membuat si benalu itu terkesan," ungkapku.

Setelah itu kami pun membuat rencana untuk menjebak dan mengatur strategi, buat memberi pelajaran kepada Mas Reno. Aku akan membalas dendam kepada orang, yang telah membuat perusahaanku hampir mengalami kehancuran.

'Lihat saja kamu, Mas. Apa yang bisa aku lakukan kepadamu,' geramku.

Setelah itu aku pun pamit kepada Pak Hartono dan juga istrinya. Aku ingin segera pulang untuk beristirahat. Karena menghadapi suasana seperti ini, membuat aku merasa cepat lelah.

Sesampainya di rumahku, aku segera memasukan mobil ke garasi, kemudian aku masuk ke kamar. Aku segera mengambil handphone, yang ada dalam tas jinjingku, kemudian aku menelepon seseorang.

"Bi Ratih, Bibi bisa kembali kerja lagi ya. Kalau bisa Bibi datang sekarang juga ya, Bi. Aku tunggu," pintaku.

"Apa, Non, Bibi dipanggil kerja lagi? Alhamdulillah ya Allah, iya Non, Bibi mau. Bibi sekarang juga akan datang ya Non," sahut Bi Ratih, yang ada di seberang sana, yang kini menjadi lawan bicaraku.

Kini aku kembali memanggilnya untuk bekerja sebagai ART, sebab dulu sempat diberhentikan karena Mas Reno yang memintanya. Ia memberi alasan, kalau sekarang ada Mbak Wina, yang akan membantu pekerjaan rumah tanggaku.

Tapi setelah Mbak Wina ada, ia tidak pernah sekalipun mau membantuku. Malah tetap saja, aku yang punya rumah, yang capek ini dan itu.

***

"Mas, kamu itu habis dari mana saja sih, kok jam segini baru pulang? Handphone kamu juga kenapa tidak kamu aktifkan? Padahal sebelum kamu berangkat, aku sudah meminta kepadamu, supaya kamu jangan lama-lama nganterin Mbak Wina dan juga Ibu. Tapi ini apa, Mas. Malah adzan subuh kamu baru pulang. Padahal tanggung, Mas. Kamu nggak usah pulang saja sekalian, cecarku.

Bersambung ...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
untung sy (Jang koto)
maantap...
goodnovel comment avatar
Leman Anto
ceritanya seru
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mati ajalah kau mila. dungu dan gampang ditipu
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 71

    "Aku lebih memilih memaafkannya, Mas. Karena sepertinya dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepadaku. Akupun tidak mau menyimpan dendam, apalagi orang tersebut sudah mengatakan maaf," terangku.Mas Reynaldi pun manggut-manggut, saat mendengar penuturanku tentang keputusan apa yang aku ambil."Baguslah kalau memang begitu, kamu memang orang baik, Mila. Kamu tidak mempunyai rasa dendam, walaupun orang tersebut telah menyakiti kamu," puji Mas Reynaldi."Ya memang harus seperti itu, Kan mas? Lagian untuk apa juga aku memperpanjang masalah, toh dia juga sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan dia juga telah mengucapkan kata maaf. Itulah yang penting buatku,"Setelah itu kami membahas tentang persoalan lain, yaitu membicarakan masalah pertunangan kami, yang akan dilaksanakan besok malam. Kami akan melaksanakan pertunangan tersebut di sebuah gedung, yang telah kami persiapkan jauh-jauh hari. Lumayan banyak juga orang yang akan kami undang, yaitu keluarga dekat kami, seluruh karyaw

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 70

    "Oh, ada Maya ya, Bi. Ya sudah, Bi, bilang sama Maya tunggu sebentar ya," pintaku."Iya, Non," sahut Bi Ratih.Aku pun segera merapikan pakaian, serta memakai kerudung, lalu setelah selesai baru aku menemui Maya beserta keluarganya. "Mila, maaf aku menganggu," ucap Maya dengan lembut.Maya tidak seperti biasanya yang selalu bersikap arogan. Ia bertanya saat aku baru saja masuk ke ruang tamu. Padahal tadinya aku berniat mau menyapa mereka duluan, tapi ternyata malah didahului oleh Maya."Lho ... kenapa kamu meminta maaf, Maya? Memangnya kamu punya salah apa sama aku," tanyaku berpura-pura tidak mengerti."Mila, kamu jangan melaporkan aku ke Polisi ya! Aku mohon, Mila," pinta Maya memelas.Memangnya kamu salah apa, hingga aku harus melaporkan kamu ke Polisi?" Aku masih tetap berpura-pura tidak tahu, tentang apa yang telah dilakukannya. Maya pun kemudian menjelaskan semuanya, tentang perbuatannya yang menyewa orang untuk mencelakaiku tempo hari.Dia terus memohon kepadaku, jika dia ti

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 69

    "Maaf, semuanya, kami sebagai pihak rumah sakit sudah semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun sayang, pasien tidak bisa bertahan dan ia meninggal dunia," terang Dokter."Innalillahi wainnailaihi roji'un," ucap kami serempakHatiku terhenyak saat mendengar kabar duka yang diucapkan oleh sang dokter yang telah menangani Mas Reno selama ini. Mbak Wina pun menangis, ia memelukku erat. Aku pun tidak kuasa menahan haru dan akhirnya ikut menangis. Aku merasa ikut sedih karena Mas Reno meninggal, sebab ia tidak kuat menahan peluru yang bersarang di pinggangnya. Karena kata dokter, peluru tersebut sampai mengenai ginjalnya. Mengerikan memang, tapi inilah jalan hidup yang harus dijalaninya. "Sudahlah, Mbak, kamu yang sabar ya. Mungkin ini memang jalan Mas Reno untuk kembali kepada pemilikNya. Kita doakan saja, semoga Mas Reno bisa diterima amal ibadahnya, serta meninggal dalam keadaan husnul khotimah." Aku berusaha membujuk Mbak Wina, supaya ia tidak berlarut dalam kes

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 68

    "Aku kok malas banget ya, Mas. Apalagi jika mengingat semua perbuatannya, ujarku."Mas paham, Mila, tapi kamu juga jangan seperti itu. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapa pun, walaupun orang tersebut telah menyakiti kita," tegur Mas Reynaldi.Perkataannya itu membuat aku malu, padahal yang seharusnya julid itu dia. Karena Mas Reno merupakan mantan suamiku, sedangkan dia merupakan calon suamiku. Tapi kini malah dia yang mengingatkan aku, supaya aku mau menengok mantanku tersebut."Iya, Mas, kamu benar. Ternyata aku telah salah telah berpikir seperti itu," ucapku."Itu manusiawi kok, Mila. Karena yang namanya manusia pasti mempunyai salah dan khilaf. Makanya sekarang Mas ngingetin kamu, barangkali kamu sedang khilaf kan," sahut Mas Reynaldi."Bener, Mas, terima kasih ya kamu telah mengingatkan aku. Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit! Kita ajak Mama sama Papa ya, barangkali saja mereka juga mau menengok, biar sekalian kita berangkat bareng," kataku.Aku pun kemudian s

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 67

    "Keadaan Pak Reno untuk saat ini masih hidup, ia membutuhkan perawatan secara medis. Semoga saja dia bisa selamat," sahut Pak Polisi.Aku merasa ngeri saat mendengar Pak Polisi menjelaskan, tentang keadaan Mas Reno saat ini. Ternyata ia di tembak polisi karena berusaha melawan pihak yang berwajib. Pantas saja jika tadi terdengar suara tembakan, serta terdengar suara jeritan bahkan suara tembakannya sampai terdengar dua kali.Aku tidak menyangka, jika Mas Reno sampai segitunya. Hanya karena niat ingin mengusai harta bendaku, sehingga ia menjadi seorang kriminal, yang harus berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Ia bahkan sepertinya tidak kapok, telah membuat Ibu dan adiknya meninggal dunia. Atau mungkin juga ia belum tahu, jika Bu Risma dan juga Reni telah tiada. Kemudian aku melirik ke arah Mbak Wina, ia hanya tertunduk tanpa bersuara. Tetapi wajahnya begitu pucat, entah karena sedang sakit, atau karena kaget dengan semua yang terjadi barusan kepadanya. "Jadi maksudnya, Mas R

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 66

    "Siap, Mas. Apa pun yang terjadi nanti dan hukuman apa yang akan ditanggungnya, itu merupakan resiko yang harus dia pertanggung jawabkan," jawabku."Ya sudah, jika kamu sudah siap. Biar para polisi segera melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin," pungkas Mas Reynaldi.Ia mengakhiri perkataannya, aku pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mas Reynaldi. Kemudian kami berdua kembali fokus untuk melihat para polisi, yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Ada sekitar delapan orang polisi yang menjalankan misi ini. Para polisi tersebut mengepung rumah, yang dikatakan detektif ada kedua tersangka tersebut. Setelah itu salah satu polisi mendobrak pintu, hingga akhirnya pintu terbuka. Kemudian setelah pintu terbuka, masuklah empat orang polisi. Sedangkan keempat orang lainnya berjaga-jaga di luar. Tidak berapa lama setelah polisi masuk, terdengar dua kali suara tembakan dari dalam rumah tersebut, serta jeritan seseorang entah siapa itu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga terde

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status