Share

Bab 6

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-03-08 22:48:17

Aku pun merasa kaget, saat Pak Hartono memberitahu seperti itu. Akupun bertanya tanya dalam hati, 'memangnya kenapa dengan perusahaanku? Bukankah baik-baik saja, seperti yang selalu dikatakan Mas Reno?'

"Memangnya ada masalah apa Pak Tono, dengan perusahaan? Bukankah semuanya baik-baik saja ya, seperti yang dikatakan Mas Reno?" tanyaku.

"Pokoknya Ibu datang saja ke rumah saya, nanti akan saya ceritakan semuanya. Maaf yaa, Bu. Karena saya tidak bisa menyampaikan semua ini lewat telepon," jawabnya.

"Baik, Pak Tono, aku OTW ke sana. Kebetulan saat ini aku juga sedang sendirian, serta posisiku berada diluar rumah," terangku.

Setelah aku menyetujui, Pak Tono pun memungkas pembicaraan kami, kemudian ia menutup sambungan telepon tersebut. Aku pun kembali melajukan mobil menuju rumah Pak Hartono. Aku kini tidak lagi peduli terhadap keberadaan Mas Reno, Bu Rosma serta Mbak Wina. Yang tidak tahu keberadaannya sekarang.

Tetapi kini pikiranku fokus menyetir untuk segera sampai ke rumahnya Pak Hartono. Karena aku benar-benar penasaran, dengan apa yang akan disampaikan oleh Pak Hartono, tentang Mas Reno dan juga perusahaan. Aku juga penasaran, kenapa Pak Hartono memintaku datang sendirian, tanpa mengajak suamiku tersebut.

Setelah menyetir selama tiga puluh menit, aku pun kini telah sampai di rumah yang cukup megah, yaitu kediaman Pak Hartono dan juga keluarganya. Rumah minimalis ini terlihat begitu indah dan juga asri, dengan adanya tanaman bunga, serta pohon mangga, yang terdapat di sisi kiri dan kanan rumah tersebut.

***

"Bu Mila, ayo silakan masuk," ajak istri Pak Hartono, yang menyambut kedatanganku.

Ia mempersilakan aku masuk ke dalam rumahnya. Baik Pak Hartono maupun istrinya, mereka begitu sopan terhadapku. Setelah aku duduk di kursi tamu, Bu Irma pamit mau memberitahu suaminya, kalau aku telah sampai ke rumahnya. Pak Hartono pun kini telah berada di hadapanku, ia mulai berbasa-basi menanyakan keadaanku.

Karena setelah aku memberi kuasa kepada Mas Reno tentang perusahaan, aku jarang datang ke kantor. Selain ingin merasakan jadi Ibu rumah tangga yang seutuhnya, aku juga dilarang Mas Reno mengurusi perusahaan. Katanya biar dia saja yang menanganinya. Ia juga meminta aku supaya bedrest, biar segera mendapat momongan.

"Jadi bagaimana, Pak Tono? Apa sebenarnya yang terjadi dengan perusahaan?" tanyaku tidak sabar.

"Begini, Bu. Sebelum saya memberitahu semuanya, ada hal yang ingin saya tanyakan dulu sama Ibu. Apa Ibu tidak keberatan?" tanya Pak Hartono.

Ia tidak secara langsung memberitahuku, tentang masalah perusahaan. Tetapi ia memintaku untuk menjawab pertanyaannya terlebih dulu. Aku sebenarnya semakin tidak mengerti, dengan apa yang akan dibicarakan oleh Pak Hartono.

Kenapa juga ia harus muter-muter nanya ini dan itu, padahal ia bisa to the point saja membetitahuku semuanya. Tetapi biar bagaimana pun aku menghargai Pak Hartono, jadi aku menyetujui saja dengan apa yang diminta Pak Hartono tersebut.

"Iya, Pak Tono, aku tidak keberatan kok. Silakan saja, memangnya Bapak mau bertanya apa kepadaku? Insya Allah aku akan menjawabnya selama aku bisa, serta jika pertanyaannya tidak menyinggung tentang privasiku," sahutku.

"Nggak kok, Bu. Pertanyaannya juga tidak menyinggung masalah pribadi kok," terang Pak Hartono.

Ia pun menarik napas berat, seakan apa yang akan ia pertanyakannya itu berat untuk dia katakan.

"Bisa langsung saja nggak, Pak? Soalnya aku penasaran banget," pintaku.

"Bu, jadi begini, apakah selama ini Pak Reno tidak pernah bilang, tentang permasalahan perusahaan?" tanya Pak Hartono.

"Tidak, Pak, memangnya kenapa dengan perusahaanku? Karena selama ini, Mas Reno selalu bilang, kalau perusahaan baik-baik saja. Bahkan katanya sekarang perusahaan lebih maju," jawabku.

Aku memberitahu Pak Hartono, tentang apa yang diucapkan suamiku, tentang perkembangan perusahaan.

"Maaf ya, Bu, saya harus ralat perkataan Pak Reno. Karena apa yang diucapkannya itu bohong, Bu. Karena perusahaan saat ini sedang diambang kebangkrutan. Asal Ibu tau ya, semenjak Ibu memberi kuasa kepada Pak Reno untuk memimpin perusahaan. Perusahaan sekarang sering sekali rugi, Bu. Bukan karena perusahaan kalah tender, tetapi karena setiap data yang saya tulis, tidak sesuai dengan dana yang ada di kas. Kebetulan saya telah meminta bantuan ke tim khusus untuk menelitinya, itu pun saya lakukan tanpa sepengetahuan Pak Reno. Kami mencoba menelusuri, dari mana awalnya kerugian ini dan ternyata, ada yang selalu mentransfer uang dalam jumlah besar ke nomer rekening fiktif. Saya melakukan semua ini, bukan karena bermaksud apa-apa, ya Bu. Justru karena saya takut dijadikan kambing hitam nantinya. Apalagi saat ini, saya menjabat sebagai manager keuangan. Saya bertanggung jawab penuh untuk mengelola keluar masuknya uang perusahaan," tutur Pak Hartono.

"Apa, jadi perusahaan saat ini sedang diambang kebangkrutan, Pak Tono? Terus siapa yang selalu mentransfer uang ke nomer rekening fiktif tersebut?" tanyaku.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si mila dungu sok2an hebat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 71

    "Aku lebih memilih memaafkannya, Mas. Karena sepertinya dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepadaku. Akupun tidak mau menyimpan dendam, apalagi orang tersebut sudah mengatakan maaf," terangku.Mas Reynaldi pun manggut-manggut, saat mendengar penuturanku tentang keputusan apa yang aku ambil."Baguslah kalau memang begitu, kamu memang orang baik, Mila. Kamu tidak mempunyai rasa dendam, walaupun orang tersebut telah menyakiti kamu," puji Mas Reynaldi."Ya memang harus seperti itu, Kan mas? Lagian untuk apa juga aku memperpanjang masalah, toh dia juga sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan dia juga telah mengucapkan kata maaf. Itulah yang penting buatku,"Setelah itu kami membahas tentang persoalan lain, yaitu membicarakan masalah pertunangan kami, yang akan dilaksanakan besok malam. Kami akan melaksanakan pertunangan tersebut di sebuah gedung, yang telah kami persiapkan jauh-jauh hari. Lumayan banyak juga orang yang akan kami undang, yaitu keluarga dekat kami, seluruh karyaw

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 70

    "Oh, ada Maya ya, Bi. Ya sudah, Bi, bilang sama Maya tunggu sebentar ya," pintaku."Iya, Non," sahut Bi Ratih.Aku pun segera merapikan pakaian, serta memakai kerudung, lalu setelah selesai baru aku menemui Maya beserta keluarganya. "Mila, maaf aku menganggu," ucap Maya dengan lembut.Maya tidak seperti biasanya yang selalu bersikap arogan. Ia bertanya saat aku baru saja masuk ke ruang tamu. Padahal tadinya aku berniat mau menyapa mereka duluan, tapi ternyata malah didahului oleh Maya."Lho ... kenapa kamu meminta maaf, Maya? Memangnya kamu punya salah apa sama aku," tanyaku berpura-pura tidak mengerti."Mila, kamu jangan melaporkan aku ke Polisi ya! Aku mohon, Mila," pinta Maya memelas.Memangnya kamu salah apa, hingga aku harus melaporkan kamu ke Polisi?" Aku masih tetap berpura-pura tidak tahu, tentang apa yang telah dilakukannya. Maya pun kemudian menjelaskan semuanya, tentang perbuatannya yang menyewa orang untuk mencelakaiku tempo hari.Dia terus memohon kepadaku, jika dia ti

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 69

    "Maaf, semuanya, kami sebagai pihak rumah sakit sudah semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun sayang, pasien tidak bisa bertahan dan ia meninggal dunia," terang Dokter."Innalillahi wainnailaihi roji'un," ucap kami serempakHatiku terhenyak saat mendengar kabar duka yang diucapkan oleh sang dokter yang telah menangani Mas Reno selama ini. Mbak Wina pun menangis, ia memelukku erat. Aku pun tidak kuasa menahan haru dan akhirnya ikut menangis. Aku merasa ikut sedih karena Mas Reno meninggal, sebab ia tidak kuat menahan peluru yang bersarang di pinggangnya. Karena kata dokter, peluru tersebut sampai mengenai ginjalnya. Mengerikan memang, tapi inilah jalan hidup yang harus dijalaninya. "Sudahlah, Mbak, kamu yang sabar ya. Mungkin ini memang jalan Mas Reno untuk kembali kepada pemilikNya. Kita doakan saja, semoga Mas Reno bisa diterima amal ibadahnya, serta meninggal dalam keadaan husnul khotimah." Aku berusaha membujuk Mbak Wina, supaya ia tidak berlarut dalam kes

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 68

    "Aku kok malas banget ya, Mas. Apalagi jika mengingat semua perbuatannya, ujarku."Mas paham, Mila, tapi kamu juga jangan seperti itu. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapa pun, walaupun orang tersebut telah menyakiti kita," tegur Mas Reynaldi.Perkataannya itu membuat aku malu, padahal yang seharusnya julid itu dia. Karena Mas Reno merupakan mantan suamiku, sedangkan dia merupakan calon suamiku. Tapi kini malah dia yang mengingatkan aku, supaya aku mau menengok mantanku tersebut."Iya, Mas, kamu benar. Ternyata aku telah salah telah berpikir seperti itu," ucapku."Itu manusiawi kok, Mila. Karena yang namanya manusia pasti mempunyai salah dan khilaf. Makanya sekarang Mas ngingetin kamu, barangkali kamu sedang khilaf kan," sahut Mas Reynaldi."Bener, Mas, terima kasih ya kamu telah mengingatkan aku. Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit! Kita ajak Mama sama Papa ya, barangkali saja mereka juga mau menengok, biar sekalian kita berangkat bareng," kataku.Aku pun kemudian s

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 67

    "Keadaan Pak Reno untuk saat ini masih hidup, ia membutuhkan perawatan secara medis. Semoga saja dia bisa selamat," sahut Pak Polisi.Aku merasa ngeri saat mendengar Pak Polisi menjelaskan, tentang keadaan Mas Reno saat ini. Ternyata ia di tembak polisi karena berusaha melawan pihak yang berwajib. Pantas saja jika tadi terdengar suara tembakan, serta terdengar suara jeritan bahkan suara tembakannya sampai terdengar dua kali.Aku tidak menyangka, jika Mas Reno sampai segitunya. Hanya karena niat ingin mengusai harta bendaku, sehingga ia menjadi seorang kriminal, yang harus berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Ia bahkan sepertinya tidak kapok, telah membuat Ibu dan adiknya meninggal dunia. Atau mungkin juga ia belum tahu, jika Bu Risma dan juga Reni telah tiada. Kemudian aku melirik ke arah Mbak Wina, ia hanya tertunduk tanpa bersuara. Tetapi wajahnya begitu pucat, entah karena sedang sakit, atau karena kaget dengan semua yang terjadi barusan kepadanya. "Jadi maksudnya, Mas R

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 66

    "Siap, Mas. Apa pun yang terjadi nanti dan hukuman apa yang akan ditanggungnya, itu merupakan resiko yang harus dia pertanggung jawabkan," jawabku."Ya sudah, jika kamu sudah siap. Biar para polisi segera melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin," pungkas Mas Reynaldi.Ia mengakhiri perkataannya, aku pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mas Reynaldi. Kemudian kami berdua kembali fokus untuk melihat para polisi, yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Ada sekitar delapan orang polisi yang menjalankan misi ini. Para polisi tersebut mengepung rumah, yang dikatakan detektif ada kedua tersangka tersebut. Setelah itu salah satu polisi mendobrak pintu, hingga akhirnya pintu terbuka. Kemudian setelah pintu terbuka, masuklah empat orang polisi. Sedangkan keempat orang lainnya berjaga-jaga di luar. Tidak berapa lama setelah polisi masuk, terdengar dua kali suara tembakan dari dalam rumah tersebut, serta jeritan seseorang entah siapa itu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga terde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status