Home / Fantasi / Silsilah Naga Emas / 11 - Cahaya di Ujung Perjalanan

Share

11 - Cahaya di Ujung Perjalanan

Author: Lann
last update Last Updated: 2025-02-07 13:21:49

Saat bola energi emas meluncur lurus ke arah Li Zhen dan Mei Xiang, waktu seolah-olah melambat. Li Zhen merasakan tubuhnya membeku, tak mampu bergerak meskipun otaknya berteriak untuk menghindar. Namun, tepat sebelum bola itu menyentuh mereka, cahaya biru dari manik-manik yang baru saja meledak tiba-tiba memantul kembali, menciptakan penghalang transparan yang melindungi mereka. Bola energi itu bertabrakan dengan penghalang, meledak menjadi cahaya terang yang menyilaukan.

Ledakan itu membuat seluruh ruangan bergetar hebat. Tanah di bawah mereka mulai retak, dan dinding-dinding batu mulai runtuh. Makhluk raksasa yang menjaga tempat itu menggeram keras, suaranya bergema seperti guntur. "Kalian telah menggunakan kekuatan yang tidak kalian pahami," katanya dengan nada marah. "Namun, ini belum berakhir."

Li Zhen dan Mei Xiang terhempas beberapa langkah ke belakang oleh gelombang kejut ledakan itu. Mereka jatuh berlutut, napas mereka tersengal-sengal karena kelelahan. Namun, mereka tahu b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Silsilah Naga Emas   12 - Jejak Cahaya di Ujung Kegelapan

    Saat Li Zhen dan Mei Xiang merasakan tubuh mereka lenyap ke dalam cahaya yang menyilaukan, mereka tidak tahu apakah mereka sedang menuju kematian atau sesuatu yang lebih besar. Namun, ketika cahaya itu perlahan memudar, mereka menemukan diri mereka berada di tempat yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Mereka berdiri di tengah sebuah padang rumput luas yang tak terlihat batasnya, dengan langit biru cerah yang dipenuhi awan putih yang mengambang pelan. Udara di sini terasa hangat namun segar, seperti angin musim semi yang lembut. Li Zhen melihat sekeliling dengan bingung, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. "Di mana kita?" tanyanya dengan nada pelan, suaranya nyaris hilang di antara desiran angin. Mei Xiang tampak lebih tenang, matanya menyapu seluruh area dengan penuh perhatian. "Ini adalah dimensi lain," katanya akhirnya. "Tempat ini bukan bagian dari dunia yang kita kenal. Ini adalah wilayah di antara realitas—tempat di mana Silsilah Naga Emas mungkin disembunyikan."

    Last Updated : 2025-02-07
  • Silsilah Naga Emas   13 - Bayangan yang Menyelimuti Cahaya

    Saat kegelapan pekat mulai menyelimuti mereka, Li Zhen dan Mei Xiang merasakan tubuh mereka seperti terperangkap dalam ruang hampa. Tidak ada suara, tidak ada gerakan—hanya keheningan yang begitu tebal hingga rasanya bisa diraba. Namun, di tengah keheningan itu, mereka merasakan sesuatu yang aneh—seperti denyut nadi yang bergetar lemah di udara. Denyut itu bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam diri mereka sendiri. Li Zhen mencoba menggerakkan tangannya, namun ia hanya merasakan hampa. Ia ingin memanggil Mei Xiang, namun suaranya tidak keluar. Semua inderanya seolah-olah mati rasa, hanya meninggalkan perasaan kosong yang mendalam. Ia tidak tahu apakah ini adalah akhir dari perjalanan mereka ataukah awal dari sesuatu yang lebih mengerikan. Namun, sebelum rasa panik sepenuhnya menguasai dirinya, sebuah cahaya samar mulai muncul di kejauhan. Cahaya itu sangat lemah, hampir tak terlihat, namun cukup untuk membuat mereka sadar bahwa mereka masih hidup. Cahaya itu perlahan-lahan se

    Last Updated : 2025-02-08
  • Silsilah Naga Emas   14 - Cahaya yang Memecah Kegelapan

    Saat Li Zhen dan Mei Xiang melangkah menjauhi tepi danau, mereka merasakan perubahan halus di udara. Angin dingin yang tiba-tiba berhembus membawa serta bisikan-bisikan aneh—suara-suara yang tidak terdengar jelas, namun cukup untuk membuat bulu kuduk mereka berdiri. Mereka saling bertukar pandang, mencoba memastikan apakah mereka benar-benar mendengar hal yang sama. "Kita tidak punya waktu untuk ragu," kata Mei Xiang dengan nada tegas, meskipun matanya menyiratkan ketegangan. "Apa pun yang ada di depan, kita harus siap menghadapinya." Li Zhen mengangguk, meskipun ia merasa beban tanggung jawab itu semakin berat di pundaknya. Ia tahu bahwa perjalanan ini belum selesai—bahwa kekuatan Silsilah Naga Emas yang mereka temukan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sesuatu yang lebih besar. Namun, ia juga sadar bahwa mereka tidak bisa mundur sekarang. Setiap langkah yang mereka ambil telah membawa mereka lebih dekat pada takdir yang tidak bisa dihindari. Mereka mulai melanjutk

    Last Updated : 2025-02-08
  • Silsilah Naga Emas   15 - Jalan Menuju Cahaya

    Saat Li Zhen dan Mei Xiang berdiri di tepi padang pasir yang luas, mereka merasakan perubahan yang mendalam dalam atmosfer sekitar. Angin lembut yang sebelumnya menyapu wajah mereka kini berubah menjadi angin dingin yang menusuk tulang. Langit biru cerah yang dipenuhi awan putih mulai tertutup oleh awan kelabu tebal, menciptakan suasana mencekam yang membuat bulu kuduk mereka berdiri. Namun, meskipun ketegangan semakin memuncak, mereka tahu bahwa tidak ada jalan untuk mundur. "Inilah akhir dari perjalanan ini," kata Mei Xiang dengan nada pelan, matanya menatap ke arah cakrawala yang gelap. "Namun, kita harus tetap waspada. Kita belum benar-benar aman." Li Zhen mengangguk, meskipun ia merasa tubuhnya masih gemetar karena kelelahan. Ia tahu bahwa mereka telah melewati banyak ujian—dari Ruang Refleksi hingga pertempuran melawan pasukan bayangan—namun sesuatu di dalam dirinya memberitahunya bahwa ini bukan akhir. Ada sesuatu yang lebih besar menanti di depan, sesuatu yang mungkin akan m

    Last Updated : 2025-02-09
  • Silsilah Naga Emas   16 - Cahaya di Balik Perjalanan

    Saat Li Zhen dan Mei Xiang melangkah menjauhi tepi danau, mereka merasakan perubahan yang mendalam dalam atmosfer sekitar. Udara yang tadinya dingin dan mencekam mulai berubah menjadi lebih hangat, seperti angin musim semi yang lembut menyapu wajah mereka. Namun, meskipun suasana terasa lebih damai, ada sesuatu yang tidak bisa diabaikan—sebuah perasaan bahwa perjalanan mereka belum benar-benar selesai. "Kita telah menemukan Silsilah Naga Emas," kata Mei Xiang dengan nada pelan, matanya menatap gulungan tua yang ia pegang erat-erat. "Namun, ini bukan akhir dari segalanya." Li Zhen mengangguk, meskipun ia merasa tubuhnya masih gemetar karena kelelahan. Ia tahu bahwa perjalanan ini telah membawa mereka melalui banyak ujian—dari Ruang Refleksi hingga pertempuran melawan pasukan bayangan—namun sesuatu di dalam dirinya memberitahunya bahwa ini bukan akhir. Ada sesuatu yang lebih besar menanti di depan, sesuatu yang mungkin akan menguji batas kemampuan mereka sepenuhnya. Mereka mulai mela

    Last Updated : 2025-02-09
  • Silsilah Naga Emas   17 - Jejak Pertama di Tanah Terasing

    Li Zhen menatap sisa-sisa bara yang masih berpendar lemah di depan rumah kayu tempatnya berteduh semalam. Pagi itu masih berkabut. Udara pegunungan yang biasa terasa sejuk, kini malah membekukan tulang. Kejadian di desanya beberapa hari lalu—serangan mendadak oleh Kelompok Pencuri Bayangan—masih terus terbayang. Sebagian besar warga berhasil menyelamatkan diri, namun tidak sedikit yang terluka. Meski hatinya masih dirundung duka, Li Zhen tahu ia tak bisa berdiam diri. Gulungan tua yang ditemukannya di kuil kuno telah menjadi alasan mengapa desanya diserang. Dan kini, ia menyadari bahwa ia tak bisa lagi kembali pada kehidupan sederhana seperti dulu. “Sudah siap?” Suara lembut Mei Xiang membuyarkan lamunan Li Zhen. Gadis itu berdiri di ambang pintu dengan pakaian serba hijau pucat yang membuatnya nyaris menyatu dengan kabut. Wajahnya tampak tegar, tapi ada jejak kelelahan di matanya. Selama beberapa hari terakhir, mereka terus berpindah tempat untuk menghindari kejaran musuh. “Aku

    Last Updated : 2025-02-14
  • Silsilah Naga Emas   18 - Mendung di Langit Xiping

    Angin pagi berembus pelan melalui celah jendela kamar di lantai atas Rumah Teh Wu. Udara terasa lembap setelah hujan yang sempat mengguyur kota Xiping semalam. Cahaya matahari yang masih pucat menembus tirai tipis, membangunkan Li Zhen dari tidur yang gelisah. Ia membuka mata perlahan, merasakan sisa-sisa mimpi buruk tentang naga emas dan api yang berkobar. “Sudah pagi…” gumamnya, setengah sadar. Di dipan seberang, Mei Xiang masih terlelap. Namun, kerutan di kening gadis itu menandakan tidurnya pun tidak sepenuhnya tenang. Li Zhen menyingkap selimut, bangkit, lalu menghampiri jendela. Dari celah tirai, ia bisa melihat atap-atap bangunan di kota Xiping, masih basah oleh embun dan sisa gerimis malam. Di kejauhan, kabut tipis bergelayut di atas jalanan, menciptakan pemandangan suram sekaligus menawan. “Kota yang besar,” pikir Li Zhen, mengingat kesan pertamanya semalam. “Tapi entah kenapa, aku merasa ada bahaya yang mengintai di setiap sudutnya.” Ingatan tentang dua sosok berjuba

    Last Updated : 2025-02-14
  • Silsilah Naga Emas   19 - Malam Pengkhianatan: Gulungan Pertama Dicuri

    Malam di Kota Xiping semakin larut. Setelah hari yang penuh intrik dan pengejaran di lelang rahasia, Li Zhen, Mei Xiang, dan Wang Jian pun kembali berkumpul di sebuah kamar sewaan kecil di distrik barat. Di sana, mereka berusaha menenangkan diri dan menyusun rencana selanjutnya. Meskipun kelelahan jelas menguasai, ketiganya tidak bisa mengabaikan rasa cemas yang terus menghantui—terutama mengenai gulungan yang selama ini menjadi pusat misteri. Di dalam kamar yang sederhana, dinding bata lusuh dan lantai kayu berderit setiap kali langkah terdengar, Li Zhen duduk merenung di sudut sambil memandangi gulungan tua yang selama ini ia pelihara dengan susah payah. Gulungan itu, yang ia temukan di kuil kuno di desanya, telah membawa bencana ke kampung halamannya. Kini, ia berharap benda itu menjadi kunci untuk mengungkap rahasia Silsilah Naga Emas. Namun, di balik tekad itu, ada bayang-bayang kegelisahan. Mei Xiang duduk di sampingnya, dengan perban yang baru saja diganti di lengannya. Waj

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Silsilah Naga Emas   49 – Pencarian Setelah Pencurian

    Di balik kabut pagi yang tipis di Desa Songlin, suasana terasa sendu dan penuh beban. Setelah peristiwa pencurian gulungan pertama yang mengguncang, Li Zhen, Mei Xiang, dan Wang Jian berkumpul kembali di sebuah pondok kecil yang telah lama menjadi tempat pertemuan rahasia mereka. Di dalam ruangan sempit yang dindingnya dipenuhi coretan peta dan catatan hasil penyelidikan, tersusun rapi tiga potongan Silsilah Naga Emas—meskipun kini salah satunya tak lagi utuh, dan bayang-bayang pengkhianatan masih menyelimuti hati mereka. Li Zhen duduk termenung di meja kayu tua. Tangannya masih bergetar ketika ia membuka buku catatan kecil yang telah ia tulis selama perjalanan. Suaranya serak namun penuh tekad saat ia membaca dengan lirih: “Setiap tetes keringat, setiap luka, adalah bukti bahwa kita telah menempuh jalan penuh pengorbanan. Artefak itu seharusnya menjadi kunci bagi harapan desaku, namun kini telah dicuri oleh tangan-tangan kotor yang bekerja untuk Tuan Muda Hua. Kehilangan ini buka

  • Silsilah Naga Emas   48 – Jejak yang Menghilang

    Di tengah kekosongan yang menyisakan duka dan amarah akibat pencurian gulungan pertama, suasana di Desa Songlin berubah drastis. Setelah peristiwa pengkhianatan yang mengguncang, Li Zhen, Mei Xiang, dan Wang Jian berkumpul kembali di sebuah ruang pertemuan rahasia yang sederhana. Dinding-dinding kayu tua dipenuhi coretan peta dan catatan hasil penyelidikan, sementara lampu minyak yang redup menciptakan bayang-bayang yang seakan menyimpan rahasia masa lalu. Tiga potongan Silsilah Naga Emas yang telah mereka kumpulkan kini tersusun rapi di atas meja, namun kekosongan di bagian akhir naskah yang menyebut “pengorbanan jiwa” dan “darah suci” masih menghantui pikiran mereka. Li Zhen membuka buku catatan kecil dengan tangan gemetar. Suaranya pelan: “Setiap tetes keringat, setiap luka yang kita derita, adalah bagian dari takdir kita untuk mengembalikan harapan bagi desaku. Namun, pencurian gulungan itu telah memaksa kita untuk memulai pencarian baru. Kita harus tahu siapa yang berani mencur

  • Silsilah Naga Emas   47 – Langkah ke Pencarian Baru

    Di pagi yang kelabu, setelah kekacauan yang mengguncang pasca pencurian artefak pertama, Li Zhen duduk termenung di teras sebuah pondok kecil di pinggiran Desa Songlin. Udara pagi yang dingin membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang jatuh, seolah alam pun turut merasakan duka yang menyelimuti jiwa para pejuang. Di tangan Li Zhen, tersisa potongan-perpotongan gulungan yang kini menjadi saksi dari perjuangan dan pengorbanan; meskipun artefak itu telah hilang, kenangan tentang keberadaannya membakar tekadnya untuk melangkah ke babak baru. Li Zhen membuka buku catatan kecilnya yang lusuh dan membaca dengan suara serak, “Setiap tetes keringat yang kita keluarkan, setiap luka yang kita derita, adalah bagian dari takdir yang harus kita jalani. Artefak itu adalah kunci, bukan hanya bagi desaku, tapi bagi harapan seluruh rakyat. Jika dibiarkan jatuh ke tangan musuh, penderitaan akan berlanjut tanpa henti.” Ia menunduk, matanya berkaca karena amarah dan keputusasaan, lalu melanjutkan, “Kit

  • Silsilah Naga Emas   46 – Langkah Baru Pencarian

    Di pagi yang kelabu dan sepi, setelah segala kekacauan dan kegetiran yang menyertai peristiwa pencurian gulungan pertama, Li Zhen, Mei Xiang, dan Wang Jian berkumpul kembali di sebuah rumah tua di pinggiran Desa Songlin. Rumah itu—tempat yang selama beberapa minggu terakhir menjadi pusat pertemuan rahasia dan strategi—menjadi saksi bisu dari tekad mereka yang semakin menguat. Di ruang sederhana yang dindingnya dipenuhi coretan peta, dokumen usang, dan catatan hasil penyelidikan, mereka duduk bersama dengan wajah serius. Di atas meja kayu besar, tersusun rapih tiga potongan Silsilah Naga Emas, meskipun salah satunya kini menjadi kenangan pahit karena pencurian yang mengguncang. Li Zhen memandangi gulungan yang tersisa, tangannya masih gemetar oleh amarah dan duka. Suara detak jam tua di sudut ruangan dan desiran angin yang menyelinap melalui celah jendela seolah menghitung setiap detik penderitaan yang telah mereka lalui. Dengan suara serak, ia membuka buku catatan kecil yang telah ia

  • Silsilah Naga Emas   45 – Pencarian di Balik Bayang

    Di tengah kekacauan yang menyisakan luka mendalam akibat pencurian gulungan pertama, suasana di Desa Songlin terasa berbeda. Setelah serangan itu, langit yang dulu cerah kini tampak mendung, seolah-olah alam pun turut merasakan duka dan amarah yang melanda. Li Zhen, yang masih terbayang wajah-wajah yang terluka dan desaku yang hancur, duduk termenung di sebuah pondok kecil di pinggiran desa. Di ruang yang sempit itu, dinding-dindingnya dipenuhi coretan peta dan catatan hasil penyelidikan, sementara lampu minyak yang redup menari di atas meja kayu tua, menciptakan bayang-bayang yang seakan menceritakan kisah penderitaan dan harapan. Li Zhen membuka sebuah buku catatan yang pernah ia tulis dengan susah payah. Tangan gemetar karena emosi, ia membaca dengan suara serak: "Gulungan pertama adalah kunci awal yang membuka jalan ke Silsilah Naga Emas. Jika artefak itu jatuh ke tangan yang salah, maka penderitaan dan kezaliman akan merajalela. Kita harus mencari

  • Silsilah Naga Emas   44 – Jejak Terpendam

    Di pagi yang kelabu tanpa embun menyambut, Li Zhen, Mei Xiang, dan Wang Jian bersiap meninggalkan persembunyian rahasia mereka di pinggiran Desa Songlin. Setelah kejadian pengkhianatan yang mengguncang—di mana artefak gulungan pertama dicuri oleh sekelompok pembunuh bayaran yang bekerja untuk seorang bangsawan korup—tiga pejuang itu kini harus memulai pencarian baru untuk mengungkap jejak yang tersisa. Di ruang persembunyian kecil yang terbuat dari kayu tua dan bata, dinding-dindingnya masih dipenuhi coretan peta dan catatan hasil penyelidikan. Di atas meja besar yang lapuk, tersusun rapi tiga potongan Silsilah Naga Emas yang telah mereka kumpulkan, meski salah satunya kini hilang dalam peristiwa pengkhianatan. Kode rahasia pada gulungan yang tersisa—dengan kalimat yang terputus di bagian akhir yang menyebut “pengorbanan jiwa” dan “darah suci”—masih menjadi misteri yang menggantung, seolah mengancam nasib perjuangan mereka. Dalam keheningan yang mencekam, Li Zhen membuka sebuah buku

  • Silsilah Naga Emas   43 – Awal Pencarian Baru

    Di bawah langit malam yang kelam, di tengah heningnya jalan setapak yang berliku di pinggiran Desa Songlin, Li Zhen, Mei Xiang, dan Wang Jian berkumpul kembali dalam suasana penuh duka dan tekad. Kejadian yang mengguncang baru saja terjadi: gulungan pertama, artefak kuno yang selama ini dipercaya menyimpan rahasia Silsilah Naga Emas, dicuri secara tiba-tiba oleh sekelompok pembunuh bayaran. Pencurian itu bukan hanya mencederai rasa aman, tetapi juga menggugah emosi serta mengungkap pengkhianatan yang menyayat hati. Kini, tatapan tegas dan bibir yang terkatup rapat menjadi saksi bahwa mereka harus segera memulai pencarian baru—pencarian yang akan membawa mereka menelusuri jejak-jejak yang hilang, membuka rahasia di balik bayang-bayang kekuasaan, dan menuntaskan tugas mulia untuk mengembalikan harapan bagi desanya. Di sebuah pondok kecil di pinggiran desa, yang menjadi tempat persembunyian sementara mereka, Li Zhen duduk termenung di sudut ruangan. Di tangannya, ia masih menggenggam er

  • Silsilah Naga Emas   42 – Jejak Pengorbanan

    di sebuah sudut pedesaan di pinggiran Kota Xiping, perjalanan Li Zhen, Mei Xiang, dan Wang Jian memasuki fase baru yang penuh dengan kepedihan dan tekad. Setelah pengkhianatan yang mengguncang di Bab 41, di mana artefak pertama yang mereka percayai sebagai kunci Silsilah Naga Emas dicuri oleh sekelompok pembunuh bayaran yang bekerja untuk seorang bangsawan korup, kini mereka harus menapaki jejak yang lebih sulit. Tak hanya untuk merebut kembali artefak yang hilang, tetapi juga untuk mengungkap rahasia yang terkubur di balik kode-kode kuno dan peringatan yang pernah mereka terima. Di ruang persembunyian rahasia yang terletak di sebuah bangunan tua di pinggiran Kota Xiping, lampu minyak yang redup menerangi dinding-dinding kayu usang. Meja kayu besar yang penuh dengan peta, dokumen, dan catatan terjemahan dari Li Fu masih terhampar, seolah menjadi saksi bisu perjuangan mereka. Tiga potongan Silsilah Naga Emas kini tersusun rapi di atas meja, namun masih ada kekosongan d

  • Silsilah Naga Emas   41 – Pencarian Setelah Pengkhianatan

    Di tengah-tengah perjalanan awal yang penuh gejolak, ketika langit senja mulai memudar menjadi kelam dan bayang-bayang malam mulai menguasai jalan setapak di pedesaan, Li Zhen bersama Mei Xiang dan Wang Jian terhenti sejenak di sebuah jalan setapak di luar sebuah desa kecil. Mereka baru saja mengalami peristiwa yang mengguncang jiwa: gulungan pertama, artefak kuno yang selama ini menjadi kunci bagi rahasia “Silsilah Naga Emas,” telah dicuri secara tiba-tiba. Kecurigaan pun segera melanda, dan kebenaran pahit mulai tersingkap—pencuri itu bukanlah orang biasa, melainkan sekelompok pembunuh bayaran yang bekerja untuk salah satu bangsawan korup yang berusaha memanfaatkan artefak tersebut demi kekuasaan pribadinya.Dalam keheningan malam yang semakin pekat, Li Zhen menatap ke arah gulungan yang kini hilang, wajahnya menggambarkan campuran kemarahan dan keputusasaan. “Kita harus mencari tahu siapa yang berani mencuri artefak itu dan mengapa,” ujarnya dengan suara serak, seolah menahan amara

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status