Ruangan kamar VIP yang dipesan Cindy memang luas dan tentu saja mewah kesannya, jangankan untuk dua orang untuk 3 pasangan sekaliguspun kamar itu masih memadai.Masalahnya di sini Roy tak menyangka jika Cindy hanya memesan satu kamar saja di hotel mewah itu, sementara Roy tentu saja merasa tak karuan dan tak tahu harus berkata maupun bertanya apa pada atasannya di kantor perusahaan itu.Dengan sungkan Roy yang diajak masuk ke kamar itu oleh Cindy mengekor di belakang, karena tak tahu harus bersikap apa Roy pun hanya mengitari pandangannya ke seluruh ruangan kamar yang ia masuki itu.Melihat sikapnya Roy bukan saja baru pertama kali masuk ke kamar hotel mewah, melainkan juga merasa risih berduaan dengan Cindy di kamar itu.“Sini Roy! Loh, kok malah bengong?” ajak Cindy duduk di kursi sofa yang juga tersedia di dalam kamar itu berjarak sekitar 4 meter dari ranjang dan bertaut dengan dinding.“I.. Iya Tante,” Roy tergagap lalu menghampiri Cindy yang lebih dulu duduk di sofa itu.“Kamar i
Jika awalnya Cindy yang nampak agresif, namun saat ini diambil alih oleh Roy hingga membuat CEO cantik perusahaan itu merasa melayang akan gerakan-gerakan yang dilakukan Roy terhadap seluruh bagian tubuhnya terutama di area sensitif.Gerakan-gerakan yang dilakukan Roy makin intens hingga Cindy tak mampu membendung sesuatu hal yang dahsyat ingin ke luar dari dalam tubuhnya, tubuh Cindy mengejang beberapa detik lalu terkulai lemas diiringi lenguhan birahi mengapai titik klimaks percintaan di ranjang.Roy yang mengetahui hal itu segera hentikan gerakan-gerakan liarnya, ia seperti sengaja agar Cindy menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia raih. Setelah dirasa keadaan tubuh Cindy normal kembali dengan berpedoman tarikan napasnya yang sudah teratur, Roy kembali melakukan gerakan-gerakan liarnya.Awalnya Roy memaju mundurkan tubuhnya perlahan-lahan, namun semakin lama semakin cepat hingga kembali Cindy merasakan tubuhnya bak terbang ke langit yang ketujuh. Cindy tak mampu lagi menah
Cindy bukannya ikut kaget ketika Roy mengatakan jika saat itu jam telah menunjukan pukul 9 pagi, ia malah sunggingkan senyum.“Loh, kenapa Tante malah tersenyum?” tanya Roy penasaran.“Hemmm, aku tahu hari ini hari kerja dan semestinya masuk kantor tapi nggak perlu kamu pikirin itu semua kan yang punya kantor dan perusahaan itu aku. Kamu lupa ya, Roy?” jawab Cindy dengan santainya dan kembali diiringi senyumnya.“Nggak lupa kok Tante, tapi gimana dengan para karyawan di sana melihat aku juga nggak masuk kantor hari ini?” Roy menjelaskan kekuatirannya.“Gampang, nanti aku hubungi Tari memberi tahunya kalau kita ada kegiatan dan urusan di luar kota. Kamu kan asisten pribadiku jadi udah sepatutnya pula ikut jika memang ada urusan penting di luar kantor,” tutur Cindy.“Dengan memberi tahu Mbak Tari seperti itu apa nanti nggak ada karyawan yang merasa gimana dan bertanya-tanya tentang aku yang nggak ikut masuk kerja hari ini, Tante?” Roy kembali bertanya ingin memastikan jika tidak masukny
“Maaf Pak, numpang tanya apa benar alamat ini berada di kawasan perumahan ini?” tanya Roy pada Satpam sambil menunjukan pesan WA di ponselnya yang diberikan Ronal sahabatnya itu.“Ya benar, dan kebetulan rumah yang ada di alamat itu rumah yang aku jaga sekarang. Kamu dari mana? Dan ingin bertemu dengan siapa?” jawab Satpam itu balik bertanya.Roy tak langsung menjawab, tiba-tiba saja hadir keraguan di hati pasalnya rumah yang dijaga Satpam itu sangat besar dan mewah tak seperti kos-kosan.“Aku dari desa Pak, aku ke sini ingin bertemu dengan Ronal. Apakah dia tinggal di rumah ini?”Sekarang giliran Satpam itu yang terlihat bingung akan pertanyaan yang dilontarkan Roy.“Ronal? Tidak ada yang bernama Ronal di rumah ini, mungkin temanmu itu salah memberikan alamat.”Terdengar tarikan napas yang berat dari Roy, apa yang membuatnya tadi ragu bertanya ternyata benar adanya.“Mungkin juga Pak, akupun saat turun dari taksi tadi juga ragu jika alamat yang diberikan sahabatku itu berada di kawas
“Aku pemilik rumah ini, Kamu tamatan apa?”“SMA Bu.”Angel nampak terkejut mendengar jawaban dari Roy.“Nekad sekali dia, hanya berijasah SMA datang ke Jakarta mencari pekerjaan. Tapi aku lihat dia orangnya polos dan jujur, mungkin temannya itu memang sengaja memberikan alamat yang salah hingga Roy menyasar ke rumah ini. Kasihan, tapi tentu saja aku nggak bisa menerimanya bekerja di kantor sebagai Office Boy untuk saat ini. Apa dia mau aku pekerjakan di rumah ini merawat taman untuk sementara waktu?” gumam Angel dalam hati, di samping merasa kasihan ia juga melihat sosok Roy pria yang polos dan jujur.Angel kemudian bertanya kembali.“Lalu sekarang kamu akan mencari temanmu itu ke mana?”Roy menarik napas dalam-dalam, rasa kesal dan sedih di hatinya bertambah dengan sebuah kekecewaan.“Entahlah Tante, aku juga bingung harus mencarinya ke mana. Sementara ponselnya tidak aktif sejak aku tiba di kota ini.”Untuk beberapa saat lamanya Angel memperhatikan Roy dari ujung kaki hingga ujung k
“Ya sudah, aku nggak akan bertanya masalah gaji lagi. Nanti aku akan memberimu berupa uang jajan saja ya? Dan itu nggak akan aku pastikan setiap akhir bulan, kapan aku mau memberimu dan berapapun jumlahnya kamu nggak boleh menolaknya,” tutur Angel.Roy tersenyum lalu menganggukan kepalanya.“Iya Tante, terima kasih. Kapan aku mulai bekerja?”Angel kembali tersenyum, baru kali ini ia melihat kepolosan yang benar-benar nyata dari sosok pria muda di jaman yang modern terlebih di Ibu Kota itu.“Hemmm, sabar. Kamu nyantai aja dulu di rumah ini, sebaiknya sekarang kamu masukan dulu barang-barang bawaanmu itu ke dalam kamar yang dulu juga di tempati pekerja taman di rumah ini.”“Bi Surti..” panggil Angel.“Ya Nyonya,” terdengar sautan dari ruang belakang diiringi datangnya seorang wanita yang tadi mengantarkan minuman untuk Roy.“Antarkan Mas Roy ini ke kamar yang dulu ditempati Pak Yana, dia aku pekerjakan menggantikan Pak Yana untuk mengurus taman di depan rumah.”Wanita berusia 40 tahunan
“Nah, itu yang aku nggak tahu. Sementara sahabatnya itu nggak pernah datang bertamu ke rumah ini kata Pak Rudi, tapi aku nggak heran zaman sekarang apa saja bisa terjadi. Paling sahabatnya itu asal tulis alamat saja dan kebetulan pula tertulis alamat rumah ini,” jelas Angel yang mengganggap hal itu wajar terjadi dan sebuah kebetulan saja.“Aku juga melihat sosok Mas Roy baik orangnya dan tidak ada yang musti diwaspadai maupun dikuatirkan darinya meskipun kita baru mengenalnya,” ujar Bi Surti.“Ya, meskipun kita dituntut untuk tidak terlalu percaya pada orang yang baru dikenal, terlebih di kota besar seperti Jakarta ini. Namun kita juga bisa menilai mana sosok yang benar-benar bisa dipercaya, mana yang hanya berpura-pura baik saja. Suruh Roy sarapan dulu gih, Bi!” Angel meminta Bi Surti menemui Roy di perkarangan belakang dan menyuruhnya untuk sarapan dulu.“Baik Nyonya.”Tak terasa sudah seminggu pula Roy berada di rumah Angel sebagai pekerja taman, meskipun ditugaskan hanya untuk mer
Pagi itu di Desa Nelayan Pak Jaka kembali pulang dengan hasil tangkapan ikan yang lumayan banyak, seperti biasanya sambil menunggu langganan pembeli ikan-ikan yang ditaruh di depan rumah, Pak Jaka dan keluarga duduk di ruangan depan.“Ini kopinya Pak,” ujar Bu Ningsih pada Pak Jaka.“Makasih, Hesti udah berangkat sekolah belum?” tanya Pak Jaka.“Sudah barusan saja ia berangkat bareng teman-temannya,” jawab Bu Ningsih.“Oh ya, udah ada kabar dari Roy belum, Bu? Secara udah seminggu lebih dia di kota,” kembali Pak Jaka bertanya.“Belum ada Pak, tahu tuh anak diam-diam aja. Bentar tak ambil HP di kamar dulu buat nelpon dia,” Bu Ningsih berdiri dari duduknya menuju kamar mengambil HP, selang beberapa saat Bu Ningsih kembali lagi ke ruang depan duduk di samping suaminya.“Hallo Roy,” sapa Bu Ningsih melalui sambungan ponselnya.“Ya Bu,” sahut Roy.“Wah, kamu ini diam-diam aja padahal udah lebih seminggu kamu di kota. Bagaimana apa kamu udah dapat kerjaan?”“Maaf Bu, begitu aku tiba di Jaka
“Biasanya kamu sibuk saat akhir bulan, inikan baru minggu kedua itupun kamu nggak pernah Oma lihat seperti ini duduk sendirian sambil bermenung. Ayolah Viola cerita aja sama Oma apa yang sedang kamu pikirkan?” Oma yang tahu persis akan sikap cucunya itu tentu saja tak percaya dan curiga ada sesuatu yang tengah terjadi di diri Viola.“Mas Roy resign dari kantor dan sekarang pergi tinggalkan pulau ini,” Viola akhirnya jujur karena ia merasa takan bisa sembunyikan tentang yang ia lamunankan saat itu.“Roy resign dan pergi? Kapan itu dan ia pergi ke mana?” tanya Oma kaget.“Sehari sesudah aku memarahinya, aku juga nggak tahu apakah dia pulang ke desanya atau kembali ke Jakarta.” Jawab Viola.“Wah, kok sampai separah ini akibatnya hingga dia resign dan pergi.” Oma tak menyangka.“Aku juga nggak menyangka Oma, barang kali benar dugaanku dan juga Puspa jika dia nggak benar-benar mencintaiku.” Ulas Viola dan terdengar dia menarik napas dalam-dalam.“Kamu jangan terlalu cepat menyimpulkan begi
Sore itu sepulang dari kantor, Roy yang telah mandi dan mengganti pakaiannya langsung menuju perkarangan belakang di mana di sana terdapat kolam renang. Roy duduk di kursi yang di depannya sebuah meja berbentuk bulat dan beratap ayaman serap kayu hingga saat tengah hari pun duduk di sana akan tetap terasa sejuik.Setelah menyeruput kopi hangat yang tadi dibuatkan Bi Surti, Roy pun menyulut sebatang rokok dan menghisapnya lalu menghembuskan asapnya ke atas. Melihat dari sikapnya itu agaknya ada sesuatu yang tengah mengganjal pikirannya, tatapannya begitu kosong mengarah ke tengah-tengah kolam.“Nggak terasa udah 1 minggu lebih aku berada di sini dan bekerja sebagai supir merangkap asisten pribadi Tante Angel,” gumamnya dalam hati, lalu ia meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja bulat di dekat gelas berisi kopi itu.“Pesan WA ku dia baca tapi nggak direspon sama sekali, agaknya memang Viola benar-benar marah bahkan mungkin juga benci sama aku. Ada baiknya aku ganti kartu aja agar ak
“Maaf Bu, saya sebenarnya saat Mas Roy menemui saya dan mengajukan resign ingin sekali menelpon Bu Viola. Akan tetapi saat Mas Roy mengatakan jika alasan ia resign karena Bu Viola marah padanya, saya tidak berani menghubungi Ibu. Selain mengembalikan kunci kontak mobil operasional, Mas Roy juga mengembalikan kunci rumah yang ia tempati,” tutur Puspa.“Hah? Kunci rumahnya juga ia serahkan sama Bu Puspa?” kembali Viola terkejut.“Benar Bu,” ucap Puspa menegaskan kembali.“Terus dia bilang nggak akan ke mana dan menginap di mana?” tanya Viola.“Mas Roy bilang jika tidak kembali ke desanya, dia akan ke Jakarta. Mengenai tempat menginap hari itu dia akan menemui Bang Ardi sekaligus menginap ke sana sebelum ia memutuskan untuk pergi ke desanya atau ke Jakarta.” Jelas Puspa, terdengar jelas tarikan napas berat Viola dan ia pun seakan duduk terhenyak di kursinya mendengar keterangan dari Puspa itu.“Aku nggak nyangka akan seserius ini dampaknya setelah aku marah padanya hari itu di sebuah caf
Hari ke empat sejak Roy meninggalkan Pulau Bali dan kembali ke Jakarta, Viola baru mau mengaktifkan ponselnya yang sejak bertemu terakhir dengan Roy di cafe ponsel itu sengaja ia matikan dan taruh di dalam lemari.Selama empat hari itu pula Viola tidak masuk ke kantor, kesehariannya hanya ia habiskan waktu di rumah terlebih di dalam kamarnya. Begitu terpukulnya dia setelah Roy mengungkapkan semua tentang masa lalu kekasihnya itu, hingga akibat kesal dan juga amarah membuat CEO cantik perusahaan pariwisata itu bersikap seperti itu.Ponsel yang baru ia aktifkan itu ternyata terdapat beberapa kali panggilan tak terjawab dan 1 pesan WA dari Roy, karena penasaran pesan WA itu pun ia buka.“Aku tahu kamu nggak bisa menerima akan semua yang aku ceritakan perihal masa laluku itu, aku pun menerima jika memang kamu marah bahkan juga benci padaku. Aku sadar dan mengakui jika aku telah berbuat suatu kesalahan besar, harusnya sejak awal aku ceritakan tentang masa laluku itu padamu. Untuk itu aku m
Pagi itu Angel sarapan tak lagi sendiri melainkan ditemani oleh Roy yang juga telah mengenakan pakaian rapi, sementara ketiga pembantu rumah itu sarapan di meja makan di ruangan belakang.“Benar nih kamu nggak ingin istirahat dulu soalnya baru kemarin kamu tiba di sini dari Bali?” tanya Angel membuka obrolan mereka di meja makan.“Nggak Tante, aku merasa cukup fit kok pagi ini.” jawab Roy diiringi senyumnya.“Oh syukurlah kalau begitu, berarti nggak ada salahnya kan kalau pagi ini aku ajak kamu ke kantor?” ucap Angel.“Tentu nggak Tante, kira-kira apa tujuan Tante mengajakku ke kantor soalnya tadi malam Tante nggak bilang alasannya?” tanya Roy.“Kamu kan belum pernah aku ajak melihat kantor perusahaanku dan memang selama kamu dulu kerja di rumah ini, kamu nggak sekalipun aku minta datang ke sana. Di samping itu di sana nanti kita bahas tentang rencana membuka perusahaan pariwisata yang tempo hari aku bilang sama kamu saat kita bertemu di Bali,” tutur Angel.“Oh begitu, Tante yakin aka
Sekitar jam 5 sore Angel yang telah pulang dari kantor perusahaannya tiba di rumah, setelah memarkirkan mobilnya di halaman ia pun seperti biasanya masuk ke dalam rumah lalu menuju kamarnya di lantai atas untuk mandi dan berganti pakaian.Dengan santai dan tak memiliki firasat apa-apa ia ke luar dari kamarnya turun ke lantai bawah dan duduk di ruang tengah, tak beberapa lama terdengar ia memanggil salah seorang pembantunya.“Bi Surti..!”“Iya Nyonya,” sahut sosok yang dipanggil dari ruangan belakang, dan tak lama ia pun tiba di ruangan di mana Angel duduk.“Nyonya mau dibuatkan teh hangat?” tanya Bi Surti yang memang hampir setiap majikannya itu pulang dari kantor lalu duduk santai di ruangan tengah itu minta dibuatkan teh hangat.“Nggak Bi, karena cuacanya sejak dari kantor tadi dan setelah mandi aku masih merasa gerah. Aku mau Bi Surti buatkan jus alpukat aja, alpukatnya masih ada di kulkas kan Bi?” jawab Angel sembari balik bertanya.“Ada Nyonya, sebentar saya buatkan,” ulas Bi Sur
Pagi itu gerimis turun mengembuni Pulau Bali, Roy yang telah bersiap berangkat ke bandara nampak ke luar dari kamar yang disediakan pihak hotel. Setiba di lobi Roy pun terkejut, ternyata di sana Ardi telah menunggunya berikut mobilnya yang telah ia parkir di depan.“Berangkat sekarang Roy?” sapa Ardi sembari bertanya.“Iya Bang,” jawab Roy yang masih terkejut karena tak menyangka Ardi menunggunya di sana.“Ya udah kalau begitu yuk kita berangkat sekarang,” ajak Ardi.“Loh, kenapa Bang Ardi pakai repot-repot ngantarku ke bandara segala. Aku kan bisa ke sana dengan taksi,” ujar Roy merasa sungkan.“Sejak tahu kamu akan kembali ke Jakarta kemarin, aku emang udah berniat mengantarmu ke bandara.” Ulas Ardi diiringi senyum ramahnya.“Wah, jadi nggak enak udah disediakan kamar dan nggak boleh disewa Bang Ardi juga akan mengantarku segala ke bandara.” ujar Roy makin sungkan.“Hemmm, aku bukan hanya menganggapmu sahabat tapi udah seperti saudara sendiri. Ayo kita berangkat sekarang nanti ketin
Ardi terkejut setelah mengetahui sosok yang mengetuk pintu ruangannya dan dipersilahkan masuk itu adalah Roy, secara spontan ia berdiri dari duduknya lalu menyongsong Roy kemudian mengajaknya duduk di kursi tamu dalam ruangan manajer hotel itu.“Aku kira tadi siapa, ternyata kamu Roy. Ada yang perlu aku bantu sampai kamu datang menemuiku di sini?” Ardi mengawali obrolan mereka di ruangan itu dengan bertanya.“Maaf Bang kalau aku ke sini nggak kasih kabar dulu, nggak ada sih aku hanya ingin menginap di hotel ini untuk malam ini sebelum besok pagi aku berangkat ke Jakarta.” Jawab Roy diiringi senyum ramahnya.“Loh, tumben kamu mau menginap di sini segala? Bukankah kamu disediakan tempat tinggal oleh kantor tempat kamu bekerja itu?” Ardi heran.“Aku udah resign dari perusahaan itu dan besok pagi aku akan ke Jakarta..”“Apa?! Kamu resign?!” potong Ardi terkejut.“Iya Bang, makanya aku akan menginap di sini dulu untuk malam ini.” jawab Roy.“Loh, apa yang terjadi sampai kamu resign dari pe
Seperti biasa pagi hari Roy yang telah mandi dan rapi bersiap pergi ke kantor, akan tetapi ada yang berbeda dari penampilannya kali ini, biasanya mengenakan pakaian kerja berupa seragam tertera logo dan nama perusahaan pariwisata milik Viola itu namun pakaian yang ia pakai sekarang pakaian biasa mengenakan baju kemeja dan celana jeans.Bukan hanya itu saja kejanggalannya, biasanya ia pergi ke kantor ke luar dari tempat kediaman tanpa membawa apa-apa selain kunci kontak mobil operasional yang ia gunakan untuk mengantar jemput para turis, saat ini terlihat ia ke luar dari tempat kediamannya menggandeng koper scooter.Koper scooter itu ternyata hanya ia keluarkan dari dalam rumah dan menaruhnya di teras, lalu ia tinggalkan menuju kantor perusahaan tempat ia bekerja dengan hanya berjalan kaki karena memang dari tempat kediamannya itu jarak kantor hanya 200 meter saja.Mulai dari satpam hingga para karyawan kantor yang berada di ruangan terkejut melihat penampilan Roy yang tak seperti bias