Share

Bab 41—Tidak berani membayangkan.

"Ayah kira kalian menginap," ucap ayah, rautnya terlihat murung ketika Sanaya dan Dilan hendak berpamitan pulang.

Ketiganya sudah berada di halaman rumah. Langit pun sudah menggelap.

Sanaya memeluk pinggang ayah. "Maaf, Yah. Besok-besok, kalo ada waktu lagi Nay pasti nginep."

Dilan pun turut menimpali. "Iya, Om. Besok-besok Dilan pasti bakal main ke sini lagi."

"Ajak calon istrimu juga. Om mau kenalan sama dia," pinta ayah, raut murungnya telah berubah sumringah seketika. Kabar Dilan yang tiga hari lagi akan bertunangan disambut dengan bahagia oleh beliau.

Maksud Dilan mengabari ayah hanyalah sekadar membagi kebahagiaan. Meski nyatanya dia sama sekali tidak merasakan hal itu. Yang ada sesak di dadanya malah justru semakin merajai. Pembahasan soal hubungannya dengan Sanaya tadi sore, berakhir dengan dingin. Bayangan adegan panas yang telah terancang di otaknya pun terpaksa harus buyar dan enyah. Berganti dengan rasa kecewa, dan tidak saling bertegur sapa hingga detik ini.

"Pasti,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status