Share

Bab 67—Nikah Besok.

Hampir satu jam lebih, Sanaya duduk di pinggir ranjang rumah sakit, sambil tak lelah berdoa dalam hati agar sang ayah lekas sadarkan diri. Menghela berkali-kali, sesekali mengecek saluran infus yang terdapat di tangan kiri ayah Wili, Sanaya mengalihkan pandangan ke wajah yang mulai menua itu dengan iba.

"Bangun, Ayah. Nay pengen liat Ayah senyum lagi. Please ..." Dia bermonolog, memohon dan berharap sang ayah mau membuka mata. Mengusap punggung tangan yang kulitnya mulai mengeriput dengan rasa sayang tak terkira.

Selain ayah, Sanaya tak memiliki siapa-siapa lagi. Selama ini dia hanya punya ayah di hidupnya semenjak sang ibu memilih pergi dengan laki-laki lain. Melihat ayahnya tak berdaya seperti ini tentu hatinya terasa sakit, dan tak dapat menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang terus saja menghantui.

Ditambah dengan ancaman Leo dan pilihan yang sangat berat untuk Sanaya ambil. Pilihan yang sulit lantaran dia harus memecat Dilan dari restoran, sedangkan ayahnya begitu mempercayai le
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status