Share

Ch. 6 — Rasa Bersalah dan Bahaya

Mobil mewah itu melaju lebih kencang lagi di tengah gemerlap perkotaan dengan gedung-gedung menjulang tinggi. Jalan raya dipenuhi oleh cahaya-cahaya neon dari gedung-gedung pencakar langit yang megah, menciptakan suasana yang futuristik dan glamor. Kendaraan lainnya berlalu lalang, namun semua perhatian tercuri oleh mereka.

Saat atap mobil terbuka, adrenalin meningkat dan teriakan histeris pria di kursi penumpang bergabung dengan deru mesin mobil yang kuat, menciptakan kegembiraan yang luar biasa di tengah keramaian kota. William, sang pengemudi, tak bisa menyembunyikan senyuman kepuasannya dan semakin memacu kecepatan, menikmati setiap detiknya.

Namun, kegembiraan itu berubah menjadi momen penuh ketegangan saat William merasa tangan pemuda di sampingnya menggenggam pundaknya dengan kuat. Melalui tatapan berbinar, pemuda itu menunjukkan rasa ketakutannya dan memohon untuk melambatkan mobil. William mengerjap, menyadari bahwa mereka harus mengurangi kecepatan, menyadari terlalu terbawa suasana.

Segera setelah itu, mobil mewah itu memasuki pusat perbelanjaan megah yang menghadirkan pemandangan luar biasa. Gedung-gedung bertingkat tinggi menyatu dengan pusat perbelanjaan modern yang mewah.

Saat mobil berjalan pelan di dalam pusat perbelanjaan, pemandangan gemerlap dan kemewahan dari berbagai toko dan restoran menyambut mereka. Para pejalan kaki berlalu lalang dengan tas-tas bermerk, sementara lampu-lampu sorot berwarna-warni menciptakan suasana yang semarak di malam hari.

William merasakan ketenangan kembali saat mobil melambat, dan pemuda di sampingnya juga merelakan rasa takutnya berangsur-angsur menghilang. Mereka berdua menikmati suasana perkotaan yang unik ini, terpikat oleh keindahan dan kegembiraan yang hanya dapat ditemukan di tengah gemerlapnya gedung-gedung menjulang tinggi di pusat kota.

Dengan senyuman puas, William memarkirkan mobil.

“Aku sungguh akan muntah!” Joel menutup mulut, berusaha untuk mencari kantung untuk digunakan sebagai penampung.

“Jangan khawatir, aku tidak akan memarahimu hanya karena itu,” sahut William santai.

Tatapan Joel menajam. Ia seperti tidak mempercayai perkataan William secara spontan, dan menaikkan alis. Joel telah merasa lebih baikan—berkat perkataan mengejutkan itu.

“Bagaimana mungkin aku mengotori mobil sahabatku sendiri! Kamu bekerja keras untuk membeli mobil ini. Sebagai sahabatmu, adalah hal wajar untuk mengapresiasinya! Jika aku melakukan itu, aku adalah sahabat terburuk di dunia!” Joel bersikukuh, tetapi dia sudah tidak tahan lagi, dan segera keluar dari mobil membuang sisa makanan di perut.

“Aku mengeluarkan makan siangku,” rengek Joel.

“Berhenti mengeluh dan ikut denganku!”

“Aku akan mentraktirmu makan,” lanjut William dengan mengacungkan jempol.

**

Hidangan mewah tersaji dengan begitu indah di hadapan mereka. Pandangan Joel berjalan perlahan dari sudut meja ke sudut yang lain. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang dia lihat. Dulu sekali, Joel dan William hanya dapat memandangi mereka dari kejauhan, tetapi sekarang berbeda.

“William.” Joel memegang pundak William dengan erat. Ia menatap lekat. Suasana di antara mereka kian menegang karena Joel tidak kunjung mengangkat suara.

“Kamu tidak mendapatkan uang melalui tindakan ilegal dan berbahaya, kan?”

Hubungan pertemanan mereka sudah lewat beberapa tahun. Sudah menjadi hal wajar untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain. Mereka akan saling berbagi masalah dan kesenangan, namun suatu hari William tiba-tiba menghilang dan kembali. Bagaimana mungkin Joel menutup mata dengan kejanggalan ini?

“Jangan melibatkan dirimu dalam bahaya, William. Kamu cuma memiliki satu nyawa. Jika itu hilang, maka berakhir sudah.”

William mengangguk, terlihat sangat tenang, dan melepaskan kedua tangan Joel. Ia beralih menuju hidangan di meja dan menikmati tanpa rasa bersalah. Tidak lama, William memberi jawaban.

“Aku tidak akan membahayakan diriku sendiri. Aku memang melakukan sesuatu untuk memperoleh semua ini. Kamu bisa tenang, Joel.”

Ingatan tentang masalah lain mulai menghantui William dengan rasa bersalah. Beberapa bulan lalu, Joel adalah orang pertama dan terakhir yang menentang hubungan William dengan Sarah. Ia malah mengabaikan peringatan tersebut dan justru membuat hubungan mereka kian merenggang. Saat ini, ialah saat untuk menebus kesalahan.

Joel termenung. Ia tidak bisa berkomentar lagi jika William berharap demikian.

“Jika memang itu keinginanmu, aku akan berhenti bertanya. Kita sudah seperti saudara kandung, jadi jangan ragu untuk datang padaku ketika kamu dalam masalah.”

Perasaan bersalah William semakin dalam mendengar perkataan barusan. Ia merasa malu dengan diri sendiri. Menghentikan suapan, William menundukkan muka. Ia tidak bisa menatap mata Joel dan menghembuskan nafas.

“Joel, aku ingin meminta maaf padamu. Tentang Sarah, kamu benar. Ia memang mendekatiku untuk mempermainkanku. Aku juga sudah berkata kasar padamu untuk membela Sarah. Aku sungguh menyedihkan.”

“Jadikan itu sebagai pelajaran untuk dirimu sendiri, Will. Saat kamu melakukan kesalahan, kamu cenderung belajar dari pengalaman dan berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Gunakan itu sebagai kesempatan untuk menjadi lebih baik lagi, dengan demikian aku akan memaafkanmu,” ucap Joel.

Joel kemudian melanjutkan. Ia menghentikan sumpit di tangannya sebelum benar-benar mencapai mulut.

“Kamu sungguh akan membayar makanan ini, kan?”

William tertawa renyah, berkata, “Kenapa tidak? Kamu adalah sahabatku nomor satu!”

**

Pemuda itu berjalan pulang menuju apartemen setelah memarkirkan mobil. Belum lama sebelum dia mencapai kamar, beberapa orang dengan penampilan mengerikan menghentikan langkah kakinya. Mereka memiliki pandangan jahat, terlihat jelas melalui mata mereka.

Salah satu dari mereka bahkan membawa kayu balok. Bagaimana mungkin William masih menganggap mereka adalah orang baik?

Saat ia mencoba untuk mengacuhkan mereka dan pergi, langkah kaki William berhenti. Tangan raksasa itu memegang pundak dan mencengkram erat hingga ia merasa sakit. William menoleh dan memandangi perlahan.

Jauh di dalam jiwa, perasaan takut mulai kembali menghantui William.

“Ikuti kami tanpa protes jika kamu ingin selamat.”

「Peringatan! Situasi berbahaya terdeksi.」

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status