Share

Ch. 5 — Mobil Mewah itu Punya William

Sebuah mobil sedan keluaran terbaru memasuki halaman kampus Universitas Indonesia. Pandangan mahasiswa di sekitar terpaku pada kemewahan mobil tersebut. Orang-orang mulai berkumpul dan mencoba menerawang sang pemilik melalui siluet.

“Lihat, bukankah itu adalah mobil keluaran terbaru?”

“Aku tidak tahu kalau di fakultas kita ada orang kaya,” tambah yang lainnya.

Dagu Sarah perlahan naik, ia mendengus, dan tersenyum sombong. Perhatian orang-orang membuatnya semakin bersemangat. Setelah kejadian di mall kemarin, ia harus kesulitan untuk membujuk dan mengembalikan mood James.

‘Aku sudah bersusah payah mendapatkan mobil ini. Sudah sewajarnya kalian merasa iri,’ batin Sarah.

Sarah melepaskan sabuk pengaman, menekan tombol pembuka pintu, dan menunjukkan diri di depan mahasiswa lain untuk memamerkan mobil barunya. Ia tersenyum penuh keangkuhan dan menutup pintu, berusaha untuk menyapa kenalannya.

Tiba-tiba, perhatian semua orang beralih. Sarah ikut mencoba mencari tahu pencuri perhatian tersebut hingga mendapati sebuah mobil sport melaju pelan dan parkir tepat di depan mobil Sarah.

Gadis itu mengigit bibirnya sendiri, merasa perhatiannya dicuri. Ia penasaran siapa orang yang membawa mobil mewah itu ke kampus. Dan lagi, itu adalah mobil sport yang dia lihat kemarin masih di pajang di showroom!

Dalam hitungan detik, Sarah akan menemukan siapa pencuri perhatian itu dan akan membuat perhitungan karena telah menganggunya, pasangan dari putra tunggal keluarga Eliort.

Saat pintu mobil tersebut terbuka dan menampakkan siluet seorang pria tinggi dengan setelan mahal, Sarah sempat berpikir dia akan memulai target baru untuk ia isap sebagai lintah. Tetapi, begitu dia menemukan siapa pria itu, senyuman Sarah dengan tiba-tiba merekah,

“Bukankah dia William?!”

“Bagaimana mungkin? William berubah begitu cepat setelah menghilang selama beberapa hari!”

Kerumunan mulai memenuhi William ketika mereka merasa saling mengenal satu sama lain setidaknya untuk menyapa. Semua orang di sana tahu, William memiliki hati baik.

Tidak peduli dari mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu, entah dari tiket lotre ataupun melakukan hal ilegal, mereka pasti akan menerima sedikit cipratan uang jika mengungkit sedikit kebaikan mereka di masa lalu.

William menyeringai, menatap pada mereka yang segera memakai topeng mereka kembali ketika menemukannya telah mengubah takdir. Ia berpikir untuk setidaknya memberi mereka pelajaran, namun itu tidak akan seberat hukuman yang akan dia jatuhkan pada Sarah dan James.

Sarah memandangi dalam diam di kejauhan, terlarut dalam pikiran.

‘James bilang mobil mewah itu senilai dua miliaran. Bagaimana William bisa mendapatkan uang untuk membeli mobil tersebut? Jika aku mengungkit ini di depan orang lain, mereka mungkin akan menyadari kejanggalan dan menuduh William melakukan kejahatan. Jika aku mampu mempermalukannya dan mengendalikan situasi, James pasti senang,’ batin Sarah.

Sarah tersenyum penuh kelicikan sebelum dia berjalan menuju ke arah William dengan tergesa-gesa. Ia berdiri di antara orang-orang yang mengelilinginya, dan mata mereka saling membalas satu sama lain.

“William, senang melihat kabarmu baik-baik saja. Seminggu lalu, aku mendengar kamu masuk rumah sakit setelah mengalami kecelakaan. Apa kamu masih merasa sakit?” tanya Sarah penuh perhatian palsu.

Situasi berubah. Dari semula mereka memenuhi ruangan dengan pertanyaan dibenak mereka, pusat pembahasan menjadi lebih fokus pada pertanyaan Sarah. Semua orang memberikan tatapan sama; mencoba memastikan apakah pernyataan tersebut benar.

“Kamu tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu kamu khawatirkan, Sarah. Kamu membuat dirimu terlihat seperti orang lain saja,” sindir William. Terlihat ekspresi terkejut Sarah, tetapi dia tidak berhenti di sana. “Bagaimanapun, memang benar selama seminggu ini aku dirawat di rumah sakit, tetapi bukan masalah besar karena dokter mengatakan pemulihanku begitu cepat.”

Sarah menggigit bibir, berkata dengan segera sebelum situasi berubah merugikannya, “Lihatlah, mobil barumu. James bilang mobil ini seharga dua miliar. Bagaimana kamu bisa mendapatkan uang yang cukup banyak untuk membelinya? Jika aku cukup beruntung, aku mungkin sudah memenangkan tiket lotre, tetapi tidak ada berita tentang seseorang memenangkan hadiah utama selama satu bulan terakhir. Kamu tahu, mencari uang sebagai seorang pria itu adalah pekerjaan sulit.”

“Sarah, kamu sangat mengetahui itu. Sebagai seorang pria, aku perlu bekerja keras untuk mendapatkan kekayaan dan keberuntunganku sangatlah buruk. Aku tidak bisa membiarkan orang lain berdiri di atasku dan mengendalikan diriku, tidak juga menyerahkan tubuhku pada orang lain demi lembaran kertas. Aku sangat yakin kamu sendiri mengetahui itu,” ucap William, memicu kembali ingatan membekas di antara mahasiswa lain.

Sebelum itu, William pernah mendengar rumor buruk tentang Sarah, yang menempel pada anak orang kaya untuk memeras mereka dengan kecantikan yang dia miliki. Sudah bukan rahasia umum kalau sebagian besar orang memandang Sarah demikian, dan itu membuat mereka saling berbisik.

“Perkataan William benar. Ia tidak mungkin menggelantung pada orang lain untuk mendapatkan uang.”

“Bukankah itu berarti mobil Sarah didapatkan dari pria yang dia tempeli?”

“Jika suatu hari nanti aku mendengar dia menjadi wanita simpanan, aku tidak akan terkejut,” tambah yang lain.

William menilik ke arah Sarah, mengetahui gadis tersebut menahan emosi dan mencoba untuk tidak terpancing.

“Tentu saja, aku membicarakan tentang orang lain. Aku memahami dan mengerti kalau kamu bukan wanita seperti itu, Sarah, karena kita sudah mengenal selama dua bulan.”

Sarah memasang sedikit senyuman pahit. Perkataan William barusan membuat situasi panas mulai redam kembali. Ia menyadari kalau hal ini pasti akan sampai ke telinga James, maka dari itu William mengetahui kesalahan tersebut dan mencoba untuk memperbaikinya.

‘Pada akhirnya, William masih memiliki ketakutan terhadap James. Aku akan meladenimu kalau begitu.’

“Tetapi, Sarah, kamu memang pandai memilih pasangan. James berasal dari keluarga terpandang, keluarga Eliort, berpikir kamu menjadi pasangan dari tuan muda mereka membuatku sulit untuk berkata-kata.”

“Aku penasaran pertukaran semacam apa yang membuatnya sampai membelikanmu mobil,” lanjut William dengan seringai jahat.

Keadaan kembali memanas. Saat itu, emosi Sarah sudah memuncak dan dia hampir akan menerjang William dengan umpatan dan kata-kata binatang. Namun, dengan tiba-tiba, jarak di antara mereka menjadi kian menyempit, dan bisikan membuat Sarah bungkam.

“Aku tidak akan mengungkapkan kebohongan dan rekayasamu di hadapan orang lain untuk menjaga martabatku. Tetapi kamu akan menerima akibatnya jika mencoba untuk bermain-main denganku,” bisik William memberi peringatan keras.

**

Sarah memecahkan vas bunga, mencoba untuk meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ia berada di kelas. Saat ia melihat William mulai mencari muka dan bertindak semena-mena, Sarah terus mengutuk di dalam hati dan berharap pemuda itu mati.

James melihat kemarahan Sarah dan berusaha untuk menenangkan. Ia dengan perlahan memeluk gadis tersebut dari belakang, mencoba untuk menenangkannya.

“Sayang, kenapa kamu begitu emosi? Ini tidak seperti dirimu saja.” James menaruh perhatian penuh, sangat khawatir.

Ia mendengarkan semua perkataan Sarah, mendengar tentang mobil baru William dan bagaimana Sarah dipermalukan di depan orang lain. Seketika, kobaran api memenuhi hati James. Kebencian dan emosi memenuhi rongga hati hingga dia sendiri merasa sesak untuk berdiam diri.

“Ini tidak bisa dibiarkan! Jika dia sangat ingin memulai peperangan, maka aku akan menghadapinya! Kamu tenang saja, kita akan membuat William kembali merasa seperti di neraka!” gertak James.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status