“Aku tidak ingat terakhir kali aku mengunjungi pusaramu, Ibu.”Daniel menunduk, mengepalkan tangan erat-erat. “Kau pasti menganggapku sebagai anak yang buruk karena aku baru mendatangimu saat aku memiliki masalah yang besar.”Daniel mengembus napas panjang, mengamati nisan saksama. “Aku sangat takut dan marah sekarang. Aku takut kehilangan Dariel, putraku satu-satunya. Aku juga sangat marah pada saudara-saudaraku karena mereka menantang dan berniat mencelakaiku.”“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika aku melenyapkan mereka semua, ayah pasti akan sangat curiga. Tapi, jika aku tidak melakukannya, mereka pasti akan terus mengganggu hidupku dan bahkan menghabisiku.”“Apakah aku harus berdamai dengan mereka agar aku bisa hidup dengan tenang?” Daniel mendongak ke langit mendung. Angin berembus sangat dingin. Dedaunan terlihat terbang. “Apakah aku bisa memberikan maaf pada mereka?”Daniel menoleh pada pusara anggota keluarga lain. Pria itu terdiam saat melihat tiga makam yang berada tid
“Kalian harus memastikan kalau kalian bisa meyakinkan Jack. Dia akan sangat marah jika kalian hanya membual. Aku juga tidak akan bisa membantu kalian saat itu,” ujar Alan.Julian dan Julius saling bertatapan sesaat. “Kami mengerti.”“Kalian bisa beristirahat sekarang. Aku tidak ingin melihat wajah busuk kalian.” Alan berbaring di sofa, menguap beberapa kali.“Bagaimana dengan Toba, Lexy, dan John? Apakah kau sudah mengirimkan pasukanmu untuk mencari mereka?” tanya Julian.“Dasar brengsek! Kau mengganggu waktu istirahatku,” ketus Alan sembari memunggungi Julian dan Julius. “Aku sudah mengirimkan beberapa bawahanku untuk mencari mereka. Selama mereka memiliki cairan itu, mereka akan aman. Bukankah kalian yang mengatakan hal itu padaku berkali-kali?”“Aku memiliki firasat buruk kalau mereka tertangkap.” Julian duduk di sebuah kotak kayu, berdecak saat kotak kayu itu mendadak ambruk hingga ia terjatuh. “Toba adalah orang yang melihat dan bertemu langsung dengan pria yang memberikan botol
Pria itu duduk di sofa, mengamati keadaan ruangan. “Kau dikelilingi oleh orang-orang menyebalkan, Gio. Mereka memeriksaku hingga berkali-kali.”“Aku sungguh minta maaf hal itu, Tuan. Apa yang bisa aku lakukan untukmu sekarang?” tanya Gio sembari mendekat ke sisi pria itu.“Seperti yang aku katakan barusan, aku ingin mengecek keadaanmu. Aku kebetulan berada di kota ini. Aku memiliki sebuah pekerjaan penting.” Pria itu mengetuk-ngetuk meja.Gio segera mengambil sebotol minuman dari kulkas, meletakkannya di meja.“Kau tahu apa yang aku mau, Gio. Kau junior yang sangat baik dan perhatian.” Pria itu tertawa, meneguk minuman perlahan, bersandar di sofa. “Aku merasa jengkel dengan salah satu rekan baruku. Dia membuatku sangat muak.”“Rekan barumu?” Gio tampak tertarik.Pria itu melirik Gio sekilas. “Sayangnya, aku tidak bisa melakukan apa pun padanya sekarang. Aku sangat berharap aku bisa sedikit memberikannya pelajaran berharga.”Pria itu mengamati CCTV di sudut ruangan. “Lalu, bagaimana de
Hujan masih mengguyur deras saat Davis berlatih di ruangan olahraga bersama Sammy dan yang lain. Ruangan tampak ramai dengan pertarungan dan latihan.“Apa yang terjadi denganmu, Sammy? Kau terlihat tidak serius saat melawanku,” ujar Davis saat mendesak Sammy ke sisi ruangan.Sammy, Don, Trex, dan yang lain kelelahan setelah berlatih di ruangan simulasi semalam, apalagi Sebastian memberikan hukuman pada mereka.“Jangan sombong dahulu, Davis.” Sammy mundur beberapa langkah, menerjang Davis dengan cepat. “Kau masih terlalu cepat untuk mengalahkanku.”Davis mulai terdesak, tetapi ia justru semakin bersemangat. “Latihan ini tidak sebanding dengan latihan di ruangan simulasi semalam.”Davis tidak ingin kalah, meluncurkan serangan-serangan kuat tanpa ragu. Pertarungannya dengan Sammy menarik perhatian Sebastian, Alvin, dan Sonya.“Tuan Muda tampak sangat bersemangat hari ini. Matanya memancarkan kepercayaan diri yang sangat luar biasa. Aku yakin dia bisa menjadi lebih kuat dibandingkan hari
Malam yang panjang akhirnya berganti pagi. Sayangnya, hujan deras mengguyur sejak berjam-jam lalu. Angin berembus kencang, membuat udara menjadi dingin. Di saat kebanyakan orang memilih berada di dalam rumah, beberapa orang justru terpaksa tetap pergi bekerja di hari libur. Keadaan memaksa mereka untuk tetap pergi.Para penjaga bersenjata menjaga sebuah gedung dan halaman sekitarnya dengan sangat ketat. Anggota pasukan memeriksa satu per satu ruangan di beberapa menit sekali. Mereka saling berkoordinasi dan mengirimkan informasi.Di sebuah ruangan, seorang wanita tengah mengamati tetes hujan di jendela. Tatapannya tampak kosong, tetapi pikirannya justru tertuju pada rangkaian masa lalu.Daisy termenung di kursi roda, tenggelam dalam pikirannya. Wanita itu masih tampak pucat dan lemah, tetapi ia memilih untuk pergi dari ranjang karena bosan.Daisy bertanya mengenai keadaan setelah pertarungan pada Dennis, tetapi ayahnya itu memilih tidak mengatakan apa pun. Dennis memintanya untuk teta
“Kalian bisa membaca informasi terkait latihan sekarang,” ujar Dalton.Layar hologram mendadak muncul di depan Sebastian, Alvin, Sonya, Eric, dan yang lain. Mereka harus mengalahkan musuh sebanyak mungkin dalam waktu satu jam. Mereka hanya bisa menggunakan salah satu alat di antara sarung tangan, sepatu, tongkat, pistol, tombak, dan panah.“Pilih senjata kalian masing-masing.”Sebastian memilih sarung tangan. “Sarung tangan ini sama beratnya dengan seragam. Aku tahu kalau latihan ini tidak akan mudah.”“Aku akan mengirimkan kalian ke posisi kalian masing-masing. Gunakan waktu kalian sebaik mungkin.” Dalton menekan sebuah tombol.Sebastian menoleh ke sekeliling. “Alvin, Sonya, dan yang lain mendadak menghilang, padahal mereka berada di dekatnya sebelumnya. Aku harus mengakui kalau ini luar biasa.”Sebuah pasukan robot manusia muncul di sekeliling Sebastian dan yang lain. Robot-robot itu memasang gerakan siap bertarung.Sebastian, Alvin, Sonya, Eric, dan yang lain terkejut. Mereka bersi