Share

Bab 3

Skandal BabySitter dan Suamiku

(3)

..

"Jangan gegabah dengan langsung melabrak mereka di muka umum. Nama besarmu akan ikut tercoreng jika tiba-tiba melabrak suamimu yang sedang berselingkuh dengan babysittermu," ucap Satya menasehati dengan menyodorkan beberapa lembar foto yang dia ambil sewaktu mengintai mereka.

"Persetan dengan nama besar. Yang aku inginkan hanya menangkap basah mereka berdua!"

Dadaku dipenuhi emosi, rasa tak sabar untuk menjambak rambut panjang Nadia sudah terngiang di kepalaku. Perempuan seperti Nadia bensr-benar tidak bisa di beri hati.

"Baik, silahkan lakukan apa yang kamu mau. Namun, aku tidak ikut campur jika nanti media akan tahu tentang kasus ini. Jangan lupa, restomu adalah salah satu resto ternama. Kamu tidak takut jika usaha yang telah kamu bangun selama ini tumbang begitu saja hanya karena wanita itu?"

Sejenak aku terdiam. Perkataan Satya ada benarnya juga. Seluruh orang tahu mengenai keharmonisan keluargaku dan Mas Darma. Tidak lucu jika tiba-tiba tersiar kabar rumah tanggaku hancur hanya karena ulah babysitter, sungguh rendahan!

"Kembali ke rumah, urus semua yang perlu kamu urus. Setidaknya sekarang kamu sudah melihat dengan mata dan kepalamu sendiri bahwa suamimu memang ada main di belakangmu."

"Lalu? Sia-sia saja aku datang kemari jika tak melabrak mereka langsung," tandasku lagi masih tetap pada pendirian.

"Jangan bod*h, Alia! Kamu bisa benar-benar kehilangan apa yang telah kamu bangun selama ini jika kamu tetap seperti ini. Serahkan semua padaku, pulang, dan tenangkan otakmu."

Ah ... Bod*h sekali aku ini. Buang-buang waktu!

Namun tidak, kedatanganku ke tempat ini pun tidak akan terbuang sia-sia begitu saja. Jika aku tidak bisa melabrak mereka secara langsung, maka aku akan membuat mereka segera kembali ke rumah saat ini juga!

Kuusap layar ponselku, lalu mencari nomor telepon Nadia. Boleh saja dia berusaha merebut suamiku, tapi sepertinya dia lupa siapa diriku, semua bisa kudapatkan dengan apa yang kumiliki.

"Hallo, Nadia. Maaf aku mengganggu," kataku berusaha lembut seperti biasa.

"Iy-iya ada apa, Bu?"

Alah! Sok suci!

"Arkan rewel, tidak bisa tidur jika tidak denganmu. Apa kamu bisa kembali ke rumah sekarang? Bapak juga pergi, jadi aku tidak bisa mengurus Arkan sendirian," kataku beralasan.

"Tapi, Bu ... Bahkan saya belum jadi honeymoon dengan suami saya."

Suami saya? Bukankah itu suamiku?

"Tolong ... Kembalilah sekarang. Atau kalau tidak aku akan menyebarkan sesuatu ke sosial media," kataku lagi sedikit mengancam.

"Sesuatu apa, Bu?" tanyanya sedikit gugup.

Aku terkekeh kecil. Dengan yakin aku bisa menangkap bahwa di samping perempuan murahan itu pasti ada Mas Darma.

"Besok pagi aku mau kamu sudah ada di rumah."

Klik!

Jika aku tidak diperbolehkan melabrak Mas Darma di tempat umum, maka aku akan melakukannya dengan cara yang halus dan lembut. Ah, seharusnya Mas Darma beruntung memiliki istri sepertiku.

..

Aku terbang menggunakan pesawat paling pagi, lalu bergegas menyimpan berkas-berkas penting yang sekiranya akan kubutuhkan. Jangan Nadia pikir semua yang kami miliki ini adalah murni milik Mas Darma, aku pun juga memiliki kekayaan yang tak kalah banyak dengan suamiku itu.

Selera Mas Darma benar-benar rendahan. Dia begitu berseleranya dengan perempuan seperti Nadia.

"Bu, Nadia pulang," tutur Mbok Nem mengagetkanku yang baru saja menyimpan berkas di almari.

Gegas kuhampiri dia, terlukis jelas raut kecewa ketika dia masuk ke dalam rumah. Namun, hal itu justru membuatku bahagia.

"Waah pengantin baru yang baru honeymoon pulang, nih. Maaf ya aku merusak suasana bahagiamu," kataku setengah meledek.

Dia tersenyum kecut, "tidak apa-apa, Bu. Memang Arkan adalah tanggung jawab saya," jawabnya yang jika sebelumnya mungkin aku akan terenyuh dibuatnya.

"Bu, sebenarnya ada apa? Apa yang hendak Ibu sebarkan di sosial media?" tanyanya terkesan tak sabar dengan apa yang ingin aku katakan.

"Oh, nanti saja. Kita tunggu Bapak pulang, ya."

Dengan bersusah payah aku masih bersikap manis padanya. Tidak lain, sikapku demikian karena ingin melihat keduanya pias secara bersamaan.

"Lho, kok Bapak?"

"Sudah ... Kamu nurut aja."

Aku meninggalkannya kemudian mengumpulkan surat-surat yang hendak aku tunjukkan pada mereka. Tak masalah jika aku harus kehilangan Mas Darma, toh tanpanya saja aku masih bisa hidup.

..

Sore harinya, Mas Darma juga ikut sampai di rumah. Raut wajahnya sama, kusut. Mungkin dia kecewa karena honeymoonnya kurusak begitu saja. Rasakan!

"Lho, kok kamu juga udah pulang, Mas? Kompakan banget sama Nadia?"

"Nadia udah pulang, Dek? Aku malah nggak tahu."

Dasar mulut buaya! Tidak tahu katanya. Memuakkan.

"Kita bicara sebentar di sana yuk, Mas."

"Aku capek, Dek. Nanti saja, ya."

"Oh, capek, ya? Lalu, kalau ini capek tidak?"

Kuperlihatkan sebuah foto ketika dia tengah menggandeng mesra Nadia dan mencium pipinya manis. Seketika kedua mata Mas Darma membola, tapi aku justru terkekeh kecil.

"Gimana, Mas?"

"Ap-apa ini?"

Tanpa menjawab pertanyaannya, aku lantas duduk di sofa ruang keluarga. Namun sebelum itu aku meminta Mbok Nem untuk memanggilkan Nadia.

Babysitterku itu juga telah terlihat pias, sepertinya dia tahu apa yang hendak aku jelaskan dengan memanggilnya ini. Masih tak habis pikir, kenapa dia bisa bersikap serendahan itu dengan menggoda suami majikannya sendiri.

"Nad, tolong terangkan mengenai ini." Lagi, kusodorkan foto serupa pada Nadia, membuat wajahnya semakin pucat bak tak teraliri darah.

"Sayang aku bisa jelaskan. Ini pasti hanya editan. Tolong kamu percaya denganku, aku tidak mungkin berkhianat," terang Mas Darma berkilah, tapi kali ini aku benar-benar sudah tidak percaya padanya.

"Mas ... Tidak perlu lelah menjelaskan. Aku hanya ingin kamu menandatangi surat ini. Surat pengajuan perceraian," kataku langsung pada intinya.

"Dan juga, aku ingin memperjelas, bahwa separuh hartamu ini adalah hartaku yang dulu kubawa saat menikah denganmu. Mobilmu itu sudah kamu atas namakan diriku, termasuk rumah ini pun juga, jadi aku memiliki hak penuh ya, Mas."

Mulut Nadia menganga. Sepertinya dia terkejut dengan penuturanku.

'Kenapa, Nadia? Kamu kaget? Apa kamu pikir semua ini murni milik suamiku? Jangan salah, bahkan separuh kekayaan Mas Darma adalah milikku' gumamku dalam hati dengan senyum lebar di bibir.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
rasain dsr pembantu pelakor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status