Joya berguling ke kanan dan ke kiri, tubuhnya lelah bukan main. Dia butuh tidur tapi, bayangan bibir Fajar yang melumat bibirnya dengan penuh kelembutan dan kehangatan membuat Joya benar-benar tidak bisa tidur. Dia mengutuki semuanya, dia benar-benar kesal bukan main kenapa dia masih berpikir tentang bibir Fajar yang membersihkannya dengan baik.
“Argh ... sialan?! Kenapa malah ke pikiran bibir klakson? Astaga ... kenapa otak aku ini, sudah lama nggak dibelai jadi gini,” maki Joya sambil mengingat kapan terakhir kali dia ciuman. Ah ... terakhir kali itu saat bersama pembeli kegadisannya. Joya sama sekali tidak pernah melakukan dengan siapa pun lagi.
Dengan kesal Joya melempar selimutnya dan berdiri dari kasurnya, Szasza sahabatnya sedang pergi bersama Byan. Jangan ditanya mereka ke mana, mereka pasti kuda-kudaan atau pergi entah ke pulau mana untuk berlarian di pantai tanpa pakaian. Pasangan mesum.
Joya berjalan ke dapur sambil membawa handphone
Setelah menutup teleponnya Fajar terdiam melihat layar handphonennya, rasanya dia ingin memaki dirinya sendiri. Kenapa, dia harus mengatakan kalau dia jijik dengan Joya? Padahal dirinya lah yang membuat Joya tertawa penuh kepalsuan.Fajar langsung meraih air minumnya dan meminumnya hingga tandas, menatap gelas di hadapannya benar-benar membuat kepala Fajar pusing bukan main. Entah sejak kapan ada gadis bernama Joya yang berlari-lari di pikirannya, entah sejak kapan Joya benar-benar membuat dirinya tersenyum kembali.“Cinta,” panggil Naomi sambil memeluk Fajar dari belakang tubuhnya, menekan payudaranya yang penuh ke bagian punggung Fajar.Fajar diam merasakan pelukkan Naomi, dia lelah menghadapi Naomi yang makin hari makin membuat kepalanya pecah. “Apa?”“Kamu nggak mau cium aku?” tanya Naomi sambil mengusap bagian pribadi Fajar dengan jari jemarinya yang lembut.
Naomi mengenakan kimononya dengan kesal, tubuhnya puas dan lelah. Tapi, pikirannya merutuki kelakuan Fajar yang benar-benar menggunakan dirinya dengan seenaknya. Dengan kesal diambilnya handphone miliknya kemudian menelepon Rendalina manajernya.“Renda.”“Apa Cinty, semua buat nikahan kamu sudah siap yah. Bahkan, baju nikahan kamu udah ada, Cinty. Cucok pokoknya,” ucap Rendalina dengan gayanya yang centil.“Nggak usah diurusin, kita urus saja rencana aku. Aku mau bikin Fajar sengsara,” ucap Naomi sambil berjalan ke arah kamar Fajar dan mengintip ke dalam kamar Fajar. Naomi tersenyum melihat Fajar yang sedang asik menatap layar laptopnya.“Kamu yakin? Nanti jadi Skandal loh, karier kamu bisa ambruk sayangku.” Rendalina mengingatkan Naomi.“Hahaha ... nggak mungkin, karier aku nggak bakal ambruk. Malah bakal keliatan aku kaya perempuan teraniyaya.” Naomi berkata sambil membuka kembali
“Ini makanan abis semuanya? Kamu makan sendirian?” tanya Fajar sambil melihat bekas bungkusan yang sangat banyak. Seingatnya dia membelikan makanan yang sangat banyak untuk Joya, hampir lima menu dia berikan dan detik ini dia sama sekali tidak melihat sisa makanan apa pun di meja makan.“Iya, kenapa? Keberatan?” tanya Joya sambil duduk di kursi sebelah Fajar."Nggak, ternyata makan kamu banyak banget yah. Nggak nyangka badan kecil tapi, makan ampe lima porsi dong," ucap Fajar sambil mengeluarkan sebungkus strawberry yang masih tersisa di sana."Bodo, dah makan tuh strawberry asem," ucap Joya.Sambil memakan strawberrynya, Fajar langsung melihat Joya yang sudah mengganti pakaiannya dengan piayama lengan panjang dan celana panjang. Fajar menatap bagian dada Joya dan tampak kecewa karena mendapati Joya sudah mengenakan branya.“Apa?” tanya Joya galak sambil menatap Fajar yang sedang menatap bagian dadanya.&l
“Joya?!” teriak Szasza kaget saat melihat Joya menumpahkan wine ke meja.“Hah ... Oh, iya maaf.” Joya dengan cepat mundur dan mencari lap untuk membereskan winenya, seoarang petugas langsung membantu Joya. Setelah semuanya beres, Joya menatap gaunnya yang terkena wine.“Lo kenapa?” tanya Szasza bingung.“Nggak kenapa-kenapa, mungkin nggak enak badan. Tahu kan butuh hiburan,” dusta Joya, tidak mungkin Joya berkata kalau kepalanya sakit bukan main karena detik ini dia sedang ada di acara pernikahan Fajar. di hadapannya ada Fajar yang sedang mengobrol dengan Byan dan akan bersiap melakukan ijab kabul.“Butuh banget?” tanya Szasza curiga, tidak biasanya sahabatnya ini bertingkah sangat aneh.“Iya,” jawab Joya sambil menatap Fajar yang sialnya detik itu juga sedang menatap matanya sambil tersenyum manis.Joya rasanya ingin mengambil meja dan melemparkannya ke kepala Fajar, le
"Mana si Fajar?" tanya Byan pada Szasza sambil merangkul bahu kekasihnya itu."Nggak tahu, tadi dia ngejar Joya," jawab Szasza."Wah ... beneran tebakkan aku, si Fajar suka Joya," ucap Byan sambil menegak vodka dengan santai."Tahu dari mana? Jangan ngaco By. Joya selalu cerita kalau Fajar itu hobinya berantem mulu sama dia kalau lagi kerja. Mana Fajar itu sarkas banget sama Joya, saban Joya senyum di bilang jijiklah pura-pura lah—""Itu karena Fajar suka sama Joya, dia kalau liat Joya inget almarhum Mamihnya. Mamih Fajar itu mirip banget sama Joya, apalagi kalau senyum beh ... mirip banget itu." Byan berkata sambil mengambil gelas yang sudah diisi bartender dengan vodka.Szasza hanya bisa terdiam sambil menghela napas melihat Byan yang sudah meminum vodka entah sudah gelas keberapa, alamat dia harus memapah Byan ke kamar hotel lagi hari ini. "By, sudah jangan minum aja. Ka
"Naomi hilang, Mamih," jerit Rendalina panik."Hah, ke mana?" tanya Liby bingung seingatnya tiga puluh menit yang lalu Naomi masih ada mengenakan baju kebaya putih yang sangat cantik di kamarnya."Nggak tau, Naomi hilang," jerit Rendalina sambil memutar-mutar badannya seperti orang sawan."Yang bener kamu!?" bentak Tresno sambil berjalan ke arah Rendalina sambil memelototkan matanya dan menarik lengan Rendalina geram."Bener Pih, Naomi ilang. Nggak ada di mana-mana," ucap Rendalina sambil menggigiti syal miliknya.Para tamu undangan langsung berbisik-bisik saat mendengar perkataan Rendalina, beberapa orang bahkan ada yang menatap sedih ke arah Fajar yang duduk dan menatap Tresno, Liby dan Rendalina."Yang bener kam
Fajar kaget saat merasakan pukulan di wajahnya, saat dirinya sadar Fajar sudah merasakan rasa sakit dan pedih di bagian bibirnya. Kupingnya langsung berdenging parah, sakitnya bukan main. Badan Fajar tersungkur ke belakang dan terduduk di tanah."Astaga Fajar," teriak Byan sambil berusaha menarik Tresno agar tidak mendekati Fajar lagi untuk memukul Fajar lagi."Kamu nggak bisa seenaknya Fajar, ingat permintaan terakhir Ayah kamu. Ayah kamu itu sahabat saya, saya yang tolong dia biar jadi orang. Kamu harus balas budi!?" Tresno mencoba mengingatkan Fajar, Tresno merasakan badannya di tarik oleh Liby agar tidak memukuli Fajar."Mas sabar, kalau kamu pukul-pukulan masalah makin ribet. Makin susah surat perjanjian pemindahan perusahaan bisa kita dapetin," ucap Liby sambil berdiri menghalangi Tresno untuk memukuli Fajar lagi."Tapi, anak itu kurang ajar Mah,
Fajar diam menatap handphonennya yang menggila. Dari kemarin sampai detik ini handphonennya sama sekali tidak berhenti berdering. Hampir semuanya notifikasi menanyakan keadaannya atau merasa kasihan pada dirinya karena tidak jadi menikah.Mereka tidak tau saja, Fajar sesungguhnya ingin menari dan membuat pesta merayakan itu semua. Fajar benar-benar berbahagia mengetahui dirinya tidak jadi menikah dengan Naomi. Tapi, ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Joya sama sekali tidak bisa dia hubungi."Astaga Joy, kenapa kamu nggak angkat telepon aku sih?" tanya Fajar geram sambil menatap layar handphonennya yang bertuliskan nama joya."Angkat Joy!?" seru Fajar geram, saking kesalnya dia lempar handphonennya ke kasur. Sudah semenjak kemarin malam Fajar berusaha menghubungi Joya tapi, Joya s