"Naomi hilang, Mamih," jerit Rendalina panik.
"Hah, ke mana?" tanya Liby bingung seingatnya tiga puluh menit yang lalu Naomi masih ada mengenakan baju kebaya putih yang sangat cantik di kamarnya.
"Nggak tau, Naomi hilang," jerit Rendalina sambil memutar-mutar badannya seperti orang sawan.
"Yang bener kamu!?" bentak Tresno sambil berjalan ke arah Rendalina sambil memelototkan matanya dan menarik lengan Rendalina geram.
"Bener Pih, Naomi ilang. Nggak ada di mana-mana," ucap Rendalina sambil menggigiti syal miliknya.
Para tamu undangan langsung berbisik-bisik saat mendengar perkataan Rendalina, beberapa orang bahkan ada yang menatap sedih ke arah Fajar yang duduk dan menatap Tresno, Liby dan Rendalina.
"Yang bener kam
Fajar kaget saat merasakan pukulan di wajahnya, saat dirinya sadar Fajar sudah merasakan rasa sakit dan pedih di bagian bibirnya. Kupingnya langsung berdenging parah, sakitnya bukan main. Badan Fajar tersungkur ke belakang dan terduduk di tanah."Astaga Fajar," teriak Byan sambil berusaha menarik Tresno agar tidak mendekati Fajar lagi untuk memukul Fajar lagi."Kamu nggak bisa seenaknya Fajar, ingat permintaan terakhir Ayah kamu. Ayah kamu itu sahabat saya, saya yang tolong dia biar jadi orang. Kamu harus balas budi!?" Tresno mencoba mengingatkan Fajar, Tresno merasakan badannya di tarik oleh Liby agar tidak memukuli Fajar."Mas sabar, kalau kamu pukul-pukulan masalah makin ribet. Makin susah surat perjanjian pemindahan perusahaan bisa kita dapetin," ucap Liby sambil berdiri menghalangi Tresno untuk memukuli Fajar lagi."Tapi, anak itu kurang ajar Mah,
Fajar diam menatap handphonennya yang menggila. Dari kemarin sampai detik ini handphonennya sama sekali tidak berhenti berdering. Hampir semuanya notifikasi menanyakan keadaannya atau merasa kasihan pada dirinya karena tidak jadi menikah.Mereka tidak tau saja, Fajar sesungguhnya ingin menari dan membuat pesta merayakan itu semua. Fajar benar-benar berbahagia mengetahui dirinya tidak jadi menikah dengan Naomi. Tapi, ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Joya sama sekali tidak bisa dia hubungi."Astaga Joy, kenapa kamu nggak angkat telepon aku sih?" tanya Fajar geram sambil menatap layar handphonennya yang bertuliskan nama joya."Angkat Joy!?" seru Fajar geram, saking kesalnya dia lempar handphonennya ke kasur. Sudah semenjak kemarin malam Fajar berusaha menghubungi Joya tapi, Joya s
Joya yang baru bangun dari tidurnya hanya bisa berjalan kelur kamar. Di tatapnya ranjang Szasza yang sudah bersih dan rapi, Joya tersenyum dan mengerti Szasza pasti sudah pergi menunaikan tugasnya untuk memberikan kenikmatan pada Byan.Iya ... semenjak Szasza berpacaran dengan Byan, Szasza sudah tidak pernah lagi menjual dirinya pada para sugar daddy. Szasza pun hidup lebih baik, perekonomiannya benar-benar membaik semenjak bersama Byan. Dan yang terpenting Szasza hanya melakukan hubungan transfusi darah putih dengan Byan saja tidak dengan orang lain. Itu yang Joya syukuri.Mata Joya perih bukan main, semalaman dia menangis dan meraung seperti orang gila karena perkataan dan kelakuan Fajar yang tidak punya hati nurani. Menyentuhnya dan menciumnya gila-gilaan tapi menikah dengan Naomi. Astaga ... itu cowo titisan siluman buaya buntung ka
Joya dengan semangat empat lima berjalan di Bandara Soekarno Hatta. Tanpa seragam dan sepatu hak tinggi sialannya itu. Joya berjalan dengan menggunakan summer dress berwarna putih yang menunjukkan dadanya yang penuh. Joya tidak peduli dia ingin bebas dengan sepatu dan cardigan berwarna senada dengan dressnya.Saat berjalan di pemeriksaan Joya disapa oleh petugas bandara."Loh Mbak Joya nggak pake seragam?" tanya Petugas Bandara yang bernama Mulyana."Nggak Pak, saya mau jalan-jalan sama sahabat saya. Libur Pak, jangan kerja aja," ucap Joya sambil mengambil kopernya dan menyeret kopernya menjauhi bagian pemeriksaan.Setelah mengurus segala-galanya, Joya berjalan ke ruang tunggu. Szasza sudah mengirim tiket ke Batam lewat emailnya dan S
Byan yang sudah sampai di Bandara kaget saat mendapati handphonennya bergetar di saku celananya. Dengan cepat diangkatnya telepon dari sepupu kesayangannya itu. "Yup, kenapa Bro?" tanya Byan santai. "Lo di mana?" tanya Fajar. "Parkiran Bandara, belom telat lah. Pesawat jam sebelas kan. Ini masih jam sepuluh bisalah gue masuk," ucap Byan santai sambil melirik Szasza yang mengenakan dress selutut berwarna biru dongker. "Nggak usah masuk, lo pergi jauh-jauh," ucap Fajar. "Lah ... gimana cara? Kan gue mau ke pulau yanga bakal gue jadiin resort. Pulau punya gue napa gue nggak boleh kunjungin?" tanya Byan bingung, sepertinya Fajar kebanyakan minum vodka sampai melarang dirinya untuk d
Joya mengerucutkan bibirnya sambil menatap pemandangan jendela pesawat terbang. Dia kesal bukan main karena Szasza malah asik kuda-kudaan bersama Byan sedangkan, dirinya disini bersama Fajar yang dari tadi membuat dirinya kesal."Joy, kopinya nggak enak. Enak kamu yang bikinin," ucap Fajar saat meminum kopi kemasan."Bikin sendiri sono!?" ucap Joya geram sambil menyilangkan kedua tangannya di dada membuat payudaranya mengembul."Wow ... punya kamu gede juga yah," ucap Fajar sambil menatap payudara Joya."Ya tuhan ... tolong itu otak sama matanya dicuci dulu deh. Pake detergen biar bersih," ucap Joya sambil menutup dadanya dengan kardigan miliknya. Joya menyesal mengenakan dress ini, seandainya dia tau kalau akan bertemu Fajar mungkin dia akan menggunakan baju tertutup atas
Setelah perjalanan pesawat mereka langsung menaikispeed boatuntuk sampai ke pulau tujuan. Pulau milik Byan yang akan Byan jadikan resort khusus kalangan atas dengan harga yang fantastis. Di sana mereka sudah disambut oleh pegawai Byan, ada satu orang ketuanya namanya Danang."Pak Byannya nggak ada?"tanya Danang pada Joya dan Fajar."Nggak ada dia dateng mungkin beberapa hari l
Joya memejamkan matanya, tangannya meremas selimut tanpa ampun. Napasnya sesak, dia sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya. Setiap inci tubuhnya menjerit dan mendamba bibir Fajar, fantasi erotis Joya yang terkubur lama seperti merengsak keluar dari dalam pikiran terdalamnya. Dia ingin bibir Fajar mengecupi tubuhnya, dia ingin Fajar mengentaknya!?"Fajar," desah Joya.Fajar yang merasakan gairah Joya langsung tersenyum, rasanya