Pagi menyapa dengan cahaya lembut menembus jendela flat Chiara. Di kamar mandi yang berkabut, Chiara dan Damien berbagi shower setelah tiga ronde panas semalam yang membakar gairah."Ouch!" Chiara memekik pelan, jemarinya menyentuh area pribadinya yang terasa perih. Desisan lembut itu meluncur seperti bisikan halus, yang sontak membuat Damien menoleh secepat kilat.Mata pria itu langsung menyala dengan intensitas yang membara. Desisan sang kekasih bagaikan melodi indah yang membangkitkan gairahnya seketika.Chiara menangkap arti tatapan itu dengan cepat. Ia mendongak, jari telunjuknya berdiri tegak membentuk benteng pertahanan."Sudah cukup!” ucapnya dengan suara yang tegas namun masih terdengar menggemaskan.Damien tidak menyerah, "Sayang... sekali lagi, ya?" rengeknya.Chiara menggeleng pelan, sedikit menahan tawa melihat ekspresi memelas kekasihnya."Kalau tambah sekali lagi cara berjalanku akan semakin aneh. Aku tidak mau menjadi bahan candaan Dona dan yang lain," ujarnya, membaya
Di dalam kamar mandi yang sedikit berkabut, Tyler menatap Nathalie yang tengah berlutut di depannya. Tangan Nathalie seakan bergerak perlahan, meraih senjatanya yang telah mengeras sempurna."Iya, Sayang... beri aku hadiah," desah Tyler. Pria itu menggigit bibir bawahnya sendiri, saat merasakan sentuhan lembut dari tangan sang kekasih. Ekspresi Nathalie yang menggoda membuat gairah Tyler terbakar.Nathalie memijat batang Tyler dengan lembut, tangannya bergerak naik turun, memberikan sensasi yang memikat dan membuat Tyler mendesis.Wajah Nathalie lalu mendekat, mulutnya terbuka, mengarahkan dirinya ke benda keras itu. Dengan hati-hati, dia memasukkan bagian tersebut ke dalam mulutnya, membuat desis Tyler berubah menjadi erangan. Tyler menutup mata, menikmati setiap detik kenikmatan yang diberikan Nathalie.“Ugh! Sayang.”Kepala Nathalie bergerak maju mundur, tangannya membantu memberikan pijatan lembut pada benda yang keluar masuk dari mulutnya. Tangan Tyler memegang kepala Nathalie, p
Waktu menunjukkan pukul 8 malam, empat sahabat karib Damien - Tyler, Nathalie, Dona, dan Tessa - baru saja kembali dari rumah sakit setelah menemani Bianca dan Livia.Mereka memasuki lobby mewah Diamond Rose Hotel, langsung menuju restoran elegan di lantai satu. Begitu memasuki restoran, mereka terkejut melihat Luca, putra Damien, tertawa riang dan berlari kecil mengitari area makan, ditemani oleh Julian dan Carol, orang tua Damien.Luca, menyadari kedatangan mereka, berlari menghampiri dengan semangat. Tyler, dengan spontan, mengangkat dan menggendong bocah itu dalam pelukannya."Paman Tyler! Ini Hotel ayah, besar sekali!!" seru Luca bersemangat, matanya berbinar penuh kekaguman."Iya, dan ayahmu masih punya banyak hotel seperti ini, di tempat lain," tambah Tyler, membuat Luca semakin bersemangat.Sambil menggendong Luca, Tyler didampingi Dona, berjalan menghampiri Julian dan Carol, yang menyambut mereka dengan hangat. Dona memeluk Julian dan Carol bergantian, menunjukkan kasih sayan
"Ahh... Chiara, kamu terasa begitu sempurna," desahnya pelan, suara yang membuat Chiara merasa seperti meleleh.Chiara mengatur napasnya, menatap wajah Damien, mata mereka bertemu dalam kilasan nafsu dan keintiman. Dia lalu memberikan anggukan pelan, memberi tanda jika ia sudah siap dengan aksi Damien selanjutnya.Damien tersenyum, senyum yang penuh dengan janji kenikmatan. Ia mulai bergerak, pinggulnya mengayun pelan namun pasti, setiap gerakan membuat Chiara merasa seperti terdorong ke puncak kenikmatan."Oooh... Dami," erang Chiara, suaranya naik turun seiring dengan gerakan Damien. Keringat mulai membasahi kulit mereka, menciptakan kilau yang memantulkan cahaya lembut dari lampu kamar."Dami, lebih cepat... sedikit lagi," rintih Chiara, tangannya meremas tangan Damien lebih kuat, seolah meminta lebih.Damien tersenyum, giginya menggigit bibir bawahnya, tanda bahwa dia juga sudah di ambang. Ia mempercepat gerakannya, setiap hentakan membuat Chiara merasa seperti melayang."Ahh, Chi
Matahari senja memancarkan cahaya lembut yang menyelimuti ruangan, menciptakan suasana hangat dan intim. Chiara terbaring di tempat tidur, tubuhnya terekspos tanpa penghalang apapun. Dia menatap Damien, yang berada di depannya dan terus menatap dirinya dengan tatapan jahil.Napasnya perlahan mulai teratur, setelah ledakan puncak yang ia dapat berkat permainan bibir Damien yang begitu liar. Setiap hembusan napasnya kini terasa lebih tenang.Di depannya, tangan Damien bergerak lincah, melepas dasi dengan gerakan yang penuh percaya diri. Pria itu lalu membuka kancing kemejanya, memperlihatkan singlet putih yang menempel di tubuhnya, menonjolkan lekuk tubuhnya yang kini tidak begitu atletis, namun tetap membuat Chiara terpesona.Tatapan pria itu terus mengunci wajah Chiara, yang sejenak tadi terlihat menantang. Ia membuka singlet putih yang menempel pada tubuhnya. Dan, saat tangannya bergerak turun, membuka ikat pinggangnya, wajah Chiara kembali merona.Ketika Damien mulai melepas celana
Damien dengan lembut membaringkan tubuh Chiara di atas tempat tidur, dengan kedua pupil birunya terpaku pada wajah Chiara, menangkap setiap ekspresi yang muncul. Chiara tersipu malu, pipinya memerah, membuat Damien tidak bisa menahan senyum nakal."Ekspresi ini yang begitu kurindukan," gumamnya, merayu dengan suara rendah sambil menatap lebih dalam ke mata Chiara, menikmati setiap kilasan emosi.Wajah Damien perlahan-lahan mendekat, tangannya dengan lembut meraih dagu Chiara, jemarinya mengelus pelan. Ia lalu mengangkat dagu Chiara, membuat mata mereka bertemu.Lalu, dengan gerakan yang lembut, ia mendaratkan bibirnya di bibir Chiara. Ciuman yang awalnya lembut perlahan-lahan semakin dalam, mengungkapkan semua emosinya yang terpendam.Damien mengulum bibir Chiara, dengan lembut namun penuh gairah. Bibirnya bergerak pelan, memijit dan memainkan bibir Chiara, membuatnya terbawa dalam arus keintiman yang mendalam.Nafas Chiara semakin berat, ia mencoba mengimbangi pergerakan bibir Damien