Clara menatap ke arah langit yang nampak gelap, seperti hidupnya. Bisa dipastikan jika sebentar lagi hujan akan turun. Namun, gadis itu masih lontang-lantung di jalanan.Ia tidak melanjutkan pelajaran kuliahnya, karena hatinya sedang tidak baik-baik saja. Kata-kata Algo di UKS tadi benar-benar menggema dalam pikirannya."Jika saja aku boleh meminta, aku ingin kembali ke masa kecilku. Di mana tidak ada luka maupun kehancuran. Hanya ada canda tawa dan rasa suka. Aku ingin hidupku bahagia seperti dulu. Tidak ada beban dalam pundakku," lirih Clara.Air matanya menetes bersamaan dengan rintik hujan. Luka dalam hatinya seakan tidak akan pernah bisa sembuh. Hanya ada kenangan pahit yang mengisi hari-harinya.Ia pun berjalan menyusuri jalanan yang lenggang. Tidak ada orang yang peduli. Mereka hanya haha-hihi menertawakan nasib buruknya.Hujan turun rintik-rintik, menambah rasa sakit dalam dadanya. Juga ... ia merasa jika hujan tak lagi seperti dulu. Mereka ikut tertawa dengan dukanya."Jika h
Laki-laki itu nampak fokus dengan layar ponselnya. Ia sama sekali tidak bersuara meski Clara berada di dekatnya."Kenapa gue jadi canggung begini, sih," gerutu Dev dalam hati.Ia pun mulai menscroll beranda sosmed-nya. Sesekali ia melirik ke arah gadis itu. Namun, ia juga sama. Sama-sama sibuk dengan dunia masing-masing."Ra, lu lagi ngerjain tugas?" tanya Dev kikuk."Astaga Devaro, pertanyaan macam apa yang lu ajukan. Udah tahu dia lagi ngerjain tugas, masih aja nanya," batinnya.Gadis itu melihat sekilas ke arahnya sembari berkata, "Iya, aku lagi ngerjain tugas kuliah."Ia pun kembali fokus dengan layar laptopnya. "Apakah lu baik-baik aja?" tanya Dev."Memangnya aku kenapa? Kamu bisa lihat sendiri, kan?" jawabnya tanpa berekspresi.Dev hanya manggut-manggut paham. Ia pun membentuk huruf O dalam mulutnya."Kalau kamu laper, tadi aku udah masak. Tinggal panasin aja kalau nggak mau makan makanan dingin," ujar Clara yang masih fokus dengan laptopnya."Kapan masaknya? Perasaan dari tadi
"Jadi ini istrinya Devaro, cantik juga, manis lagi. Kumis-kumis tipis," gumam Galang dalam hati."Woi, kenapa lu malah bengong. Lu jadi meriksa istri gue nggak?" celetuk Dev.Galang pun langsung terperangah kaget. Karena ia sibuk menghayal istri orang, yang tak lain adalah istri teman masa kecilnya."Kok kalian kayak orang yang udah saling kenal," ujar Clara menatap keduanya secara bergantian."Dia ini Galang, teman masa kecil gue. Sekarang dia udah sukses jadi dokter. Jadi, Dokter Galang yang akan meriksa lu," kata Dev.Mata Clara langsung melotot sempurna. Keringat dinginnya bercucuran. Bulu kuduknya berdiri, ia merasa merinding saat suaminya mengatakan kata dokter. "Udah lu nggak usah takut. Karena Galang nggak akan makan lu hidup-hidup," kata Dev mencoba meyakinkan istrinya.Ia mengusap lembut puncak kepala istrinya. Hal itu membuat Galang seperti obat nyamuk saja. Padahal ia seorang tamu yang harus dilayani. Tapi, malah melayani pasien.Untung saja pasiennya cantik. Kalau nggak
"Dev, kepala aku pusing banget. Hari ini kamu masak sendiri ya? Aku nggak kuat mau berdiri," keluhnya."Yaudah lu istirahat aja. Kan lu sedang mengandung. Jangan sampai calon anak kita kenapa-napa," sahut Devaro.Ia mengelus puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang. Entah mengapa ia merasa jika anak yang Clara kandung adalah darah dagingnya.Karena saat melakukan hubungan intim dengannya, Clara dalam masa subur. Jadi, besar kemungkinan jika itu memang anaknya."Nanti aku juga nggak ke kampus, tolong kamu bilang ke Caca kalau aku sakit," pesan Clara."Lu nggak usah mikirin orang lain. Pikirin kondisi lu sendiri," pinta Dev."Iya-iya, bawel banget jadi laki," cercanya. Lelaki itu hanya memutar kedua bola matanya malas. Karena berdebat dengan gadis keras kepala tidak ada ujungnya.Ia pun pergi ke dapur untuk memasak. Sedangkan Clara ... ia istirahat.Setelah suaminya pergi, ia menangis. Karena terlalu sakit, ia sampai tak bersuara."Kenapa kamu harus hidup, Ra? Harusnya kamu mat
Devaro berjalan menyusuri koridor kampus. Semua pasang mata menatap ke arahnya dengan tatapan manis. Karena ia merupakan salah satu cowok paling populer selain Algo."Kak Dev makin ganteng aja. Pasti yang jadi pacarnya beruntung banget.""Kalau menurut gue lebih gantengan Kak Algo, deh. Hanya saja ... ia lebih dingin.""Berita tentang skandal Kak Dev itu beneran nggak, sih? Kenapa berita itu tiba-tiba lenyap gitu aja!"Begitulah pendapat mereka mengenai seorang Devaro Mahardika Sanjaya. Tidak sedikit yang banyak menaruh harapan pada lelaki itu. Namun, hatinya selalu tertutup dan hanya untuk Fida."Dasar fans," lirihnya.Ia berjalan tanpa melihat ke arah mereka. Karena ia malas jika harus berdebat dengan orang-orang bodoh.Buggghhh!Tiba-tiba, seorang laki-laki menghampirinya dan membogem pipinya hingga ia meringis. Darah segar mengalir dari area hidung. Ia pun jatuh tersungkur karena serangan yang mendadak."Dasar laki-laki bejat!" cerca Algo.Ia ingin membogem laki-laki itu sekali la
"Ra, kapan lu bangun? Apa nggak capek tidur mulu? Kalau emang hobi rebahan, ya nggak gini juga caranya," ucap Dev.Ia meraih telapak tangan istrinya dan menyatukan dengan telapak tangannya. Kemudian, ia menciumnya dengan sayang."Nggak tahu kenapa, gue bisa setakut ini kehilangan lu. Padahal awalnya gue pikir ... lu adalah mimpi buruk bagi gue. Ternyata, lu adalah belahan jiwa gue," lanjutnya.Ia meneteskan air mata. Untuk pertama kalinya ia menangisi seorang perempuan. Entah mengapa, gadis ini benar-benar unik. Karena ia mampu membuat Dev jatuh cinta hanya dalam hitungan hari.'Ternyata belum siap aku kehilangan dirimu. Belum sanggup untuk jauh darimu ... yang masih selalu ada dalam hatiku ....'Dering ponsel dengan lagu 'Belum Siap Kehilangan' itu membuat perhatian Dev teralihkan. Ia mengambil benda pipih berwarna monokrom itu dari sakunya.Fida is calling ...."Kenapa dia nelpon gue?" tanyanya dalam hati.Tanpa berpikir panjang, ia langsung menggeser tombol hijau di layar ponselnya
Clara berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Tidak biasanya ia pulang lewat jalan pintas seperti ini. Karena ingin sampai lebih cepat, akhirnya ia mencoba untuk memberanikan diri. Banyak orang berpendapat jika jalanan ini dihuni oleh makhluk-makhluk astral yang tak kasat mata. Tidak sedikit pula yang berpendapat jika banyak laki-laki misterius yang menjadi penunggu jalanan ini.Ia pun menatap jam tangan yang ia kenakan."Wajar saja jalanannya sepi. Ternyata udah hampir tengah malam. Mana masih lumayan jauh lagi," gerutunya.Ia masih menempuh setengah perjalanan. Karena meskipun lewat jalan pintas, tetap saja ... jaraknya lumayan jauh. "Kalau aja mobil aku nggak mogok tadi, pasti aku udah rebahan di kasur," omelnya.Ia berdecak kesal. Karena jam-jam segini enaknya rebahan sambil maraton drama Korea."Itu ada apa di sana? Kenapa banyak orang," batinnya.Karena merasa butuh bantuan seseorang, ia pun berjalan menghampiri segerombolan anak muda yang sedang asik bermain kartu. Memang bena
Megan dan Ardi kini telah tiba di Malang. Mereka segera menuju ke penginapan putrinya. Tak lupa mereka membawakan makanan khas Bandung kesukaan putri mereka. "Pa, kira-kira Clara baik-baik aja nggak ya? Kenapa firasat Mama tidak enak sejak mimpi semalam," cemas Megan.Ardi yang sedang fokus menyetir pun mengalihkan pandangannya ke arah istr tercinta. Kemudian ia meraih tangannya dan menyatukan tangan mereka sebagai simbol kekuatan."Jangan cemas berlebihan seperti itu. Kamu harus yakin jika mimpi buruk kemarin hanya sebuah angin halu," sahutnya."Bagaimana Mama nggak cemas? Clara anak kita satu-satunya, bagaimana mungkin aku bisa tenang?" desisnya."Clara gadis yang kuat dan mandiri. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Sekarang kita harus berdoa untuk putri kita. Hilangkan pikiran negatif, dan berpikir positif," saran Ardi.Mereka saling melempar senyum. Meskipun rumah tangga mereka sudah berjalan dua puluh tahun lebih, tidak mengurangi keharmonisan dalam hubungan."Aaaaaaaaa ...