“Kau membuatku melupakan su …” ucapan Sasha dipotong Kevin dalam sebuah ciuman yang dalam.“Jangan pikirkan dan sebut nama pria lain. Saat ini hanya ada kau dan aku saja,” Kevin menyatukan tubuh mereka dalam beberapa kali hentakan.“Ah, Kevin! Mengapa kau memberikan kenikmatan ini kepadaku,” desah Sasha.Kevin menjawab dengan menyatukan tubuh mereka berdua, hingga keduanya mencapai puncak secara bersama-sama.setelah selesai bercinta Kevin mencium bibir Sasha sekilas, kemudian ia beranjak dari atas tempat tidur menuju kamar mandi. Sebelum masuk ia berhenti di depan pintu berkata, “Ayo, bergabunglah denganku membersihkan badan.”Sasha terlihat ragu, karena merasa malu terlihat tanpa busana di hadapan pria itu. Keraguannya diketahui oleh Kevin.“Apakah kau masuh merasa malu di hadapanku? Aku sudah melihat dan menyentuh semua bagian tubuhmu. Tidak ada yang tidak kuketahui dari tubuhmu itu,” kata Kevin.Sasha mendelikkan mata ke arah Kevin, tetapi ia pada akhirnya menyingkirkan juga selim
“Diamlah, Sha!” Sebelum Sasha sempat menyadari apa yang dilakukan oleh Kevin. Ia merasakan tanganya ditarik keluar dari lift tersebut.Sasha tidak berontak, karena ia tidak mau menarik perhatian dari petugas keamanan atau pun tamu hotel yang lainnya. Ia takut akan menjadi berita dan diketahui olah suaminya.Dibiarkannya dirinya dibawa Kevin kembali ke kamarnya. Begitu keduanya sudah masuk, Kevin menutup pintu dengan keras. Ia memukulkan lengannya pada dinding kamar Sasha. Membuat wanita itu berjengit terkejut. “Kau pikir dengan main kabur seperti itu akan memecahkan masalah? Duduk dan nikmati makananmu! Besok kita akan melanjutkan perjalanan. Tidak ada kata, serta sikap merajuk lagi!” perintah Kevin.Sasha berjalan menuju kamar mandi. Sesampai di sana, ia mencuci wajah dengan air hangat. Ia tidak ingin berlama-lama melihat pantulan wajahnya di cermin. “Kukira kau akan mengurung dirimu di kamar mandi dan memerlukan dirimu untuk membopong keluar dari sana,” sindir Kevin.Sasha hanya d
Sasha melototkan mata ke arah Kevin, ia mendengus dengan kasar “Apakah Anda tidak pernah mengetahui, kalau seseorang itu tidak ingin berbicara, berarti Anda juga harus diam.”Mendapat jawaban, seperti itu dari Sasha, Kevin menjadi naik darah. Ia memukul dengan keras meja, hingga membuat piring dan gelas menjadi bergetar. Satu gelas yang terletak di pinggir meja menjadi terjatuh ke lantai menimbulkan bunyi nyaring.Tubuh Sasha bergetar takut, ia sadar sudah memancing kemarahan Kevin. Ia berlutut untuk memunguti pecahan gelas, supaya tidak terinjak. Namun, ia sedikit ceroboh justru menjadi terluka jarinya. Terkena ujung pecahan gelas yang runcing.“Aw!” Sasha bangkit dari berlututnya.Ia berjalan menuju wastafel. Dicucinya luka di tangan dengan air hangat. sambil menggigit bibir menahan rasa sakit.‘Kenapa aku sampai bertindak ceroboh, seperti ini,’ gumam Sasha.Air keran yang tadinya tidak berwarna menjadi berwarna merah, karena bercampur dengan darah yang mengucur dari luka di jarinya
Badan Sasha bergetar, karena emosi. Matanya berkabut dengan butir air mata yang siap tumpah. “K-kau tidak seharusnya mengucapkan kalimat itu! Kau hanya membuatku mengingat, kalau diriku ini adalah seorang pendosa yang pantas dihukum.”“Sial!” umpat Kevin kasar.Ia meraih Sasha kepelukannya dan diabaikannya penolakan, serta perlawanan dari wanita itu. Ia mengukung Sasha ke dalam pelukannya yang kokoh. “Diamlah, Sha! Aku minta maaf, sudah mengatakan hal yang tidak berperasaan, seperti tadi. Berhentilah menyalahkan dirimu,” bisik Kevin.Sasha memukulkan kepalan tangannya yang mungil ke dada Kevin. Ia benci pria itu yang baru saja berkata kasar kepadanya. Kemudian bersikap lembut, setelah melihat ia terluka. “Aku bukanlah ping pong yang bisa kau mainkan sesukamu.”Diusapnya air mata yang membasahi wajah Sasha menggunakan lengan kemejanya. Ia juga menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Sasha. “Kau memang bukan bola, kau adalah wanita yang memiliki hati dan perasaan.”Sasha
Kevin mencondongkan badan ke arah Sasha, hingga jarak wajah mereka begitu dekat. “Kau boleh bilang begitu! Akan tetapi tidak denganku. Aku akan memaksamu untuk melakukan tes, apabila kamu memang hamil.”Sasha memberengut, ia mendorong Kevin menjauh. Ia merasa malu, karena pertengkarannya dengan Kevin terdengar oleh sopir taksi. Ia mendesah dengan keras merasa dirinya tidak bisa melawan Kevin.“Tuan dan Nyonya! Kita berhenti dahulu untuk istirahat.” Sopir taksi itu melirik mereka, melalui kaca spion.“Iya!” sahut Kevin singkat.Begitu taksi yang mereka tumpangi berhenti di parkiran restoran. Ketiganya turun dari taksi berjalan memasuki restoran tersebut.Duduk hanya berdua saja dengan Kevin, karena sopir mereka lebih memilih untuk duduk di luar restoran tersebut. “Saya mau ke toilet dahulu.” Sasha meletakkan tas kecilnya yang berisikan dompet dan ponsel. Ia langsung berjalan menuju toilet tidak menunggu jawaban dari Kevin. Sesampainya di sana Sasha menuntaskan kegiatan alamiahnya. Ke
Sasha meraih tangan Kevin menggenggamnya dengan erat. Ia bahkan menempelkan badannya kepada pria itu. Badannya bergetar dengan keringat dingin mebasahi punggung, serta lengannya.“Pak Kevin, saya takut mereka semua melihat saya dengan tatapan nakal,” bisik Sasha kepada Kevin.Mengikuti arah tatapan dari Sasha, Kevin menduga, kalau sudahada kaabr yang tidak baik tentang hubungan mereka berdua.Kevin mengajak Sasha untuk duduk di sofa ruang tamu, bangunan yang merupakan mess untuk pekerja. Ia melayangkan tatapan dingin kepada bawahannya.“Apa yang kalian lihat? Wanita ini namanya bu Sasha, ia istri dari pak Lukman yang akan menjadi wakil pimpinn proyek di sini. Beliau tidak bisa datang bersama dengan istrinya, karena ada beberapa hal yang masih harus diselesaikannya di Jakarta. Bersikaplah sopan kepadanya!” tandas Kevin.Seakan tersedar, setelah mendapatkan teguran dari Kevin. Mereka pun pamit kembali ke kamarnya masing-masing.Pegawai yang sebelumnya menyambut kedatangan Sasha dan Kev
Rahang Kevin mengetat, matanya menyorot dingin. Namun, ia berusaha bersikap tenang. Agar tidak memancing pegawai yang sebentar lagi akan berstatus sebagai mantan pegawainya ini bertindak nekat. “Hmm, cerita yang kamu dengar salah besar! Saya tidak memiliki hubungan apa pun dengan bu Sasha. Dan kamu juga harus menghormatinya sebagai wanita yang bersuami,” ucap Kevin.Sementara itu pria yang satunya berhasil mendobrak pintu kamar Sasha, Hal itu membuat Kevin tidak bisa menahan dirinya lagi. Terlebih ia mendengar jerit ketakutan dari Sasha.“Mau kemana, Pak? Urusan kita belum selesai.” Pegawai yang mendekati Kevin coba menghalanginya.Pria itu mengangkat tangan hendak mengayunkan kunci inggris yang dipakainya kepada Kevin. Namun, tiba-tiba saja terdengar seruan bernada tegas.“Berhenti! Kamu jangan melakukan tindakan yang hanya akan membuatmu berada dalam masalah.” Petugas keamanan dari proyek tersebut berseru memberikan peringatan. Sambil tangannya mengacungkan pistol yang dipegangnya.
Kevin menatap Sasha dengan tenang tidak peduli dengan kalimat yang diucapkan wanita itu. “Kamu hanya sedang mengalami syok, setelah kejadian tadi. Apa yang dilakukan pria tadi sama sekali tidak ada hubungannya denganku.”Sasha yang badannya memang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Jatuh pingsan, tetapi beruntung dengan sigap Kevin menangkap tubuhnya. Agar ia tidak jatuh ke tanah.Kevin membopong Sasha masuk mess langsung menuju ke kamar wanita itu. Dibaringkannya tubuh Sasha ke atas tempat tidur.Seorang pegwai menghampiri Kevin, sambil membawakan teh hangat dan minyak kayu putih. “Tuan, sebentar lagi akan ada dokter untuk memeriksa kondisi nyonya Sasha.”“Terima kasih! Saya mau tahu apakah rumah untuk pak Lukman dan istrinya sudah bisa ditempati besok? Saya tidak mau bu Sasha merasas tidak nyaman dengan berada di sini.” Kevin menerima minyak kayu putih itu yang ia gunakan untuk membaui Sasha. Agar ia tersadar dari pingsannya.Perlahan Sasha membuka mata yang pertama dilihatnya adal
Plak!Sebuah tamparan mendarat di wajah Lukman. Ayahnya menatap berang putra semata tunggalnya itu. “Kamu berani melawan kami orang tuamu hanya karena wanita itu! Kamu bahkan mengkhianati kesucian pernikahanmu dengan Sasha. Wanita yang kami tolak menjadi istrimu, tetapi kau tetap bersikeras menjadikannya istri.”Devinna membelalakkan matanya, ia tidak mengetahui akan hal itu. Dirinya selama ini mengira Sasha menantu pilihan dan kesayangan orang tua Lukman.“Kami merasa setuju, kalau Sasha meminta bercerai darimu. Kamu suami yang tidak bisa menjadi seorang kepala keluarga. Kamu sudah membuat kecewa banyak orang. Selesaikan masalahmu sendiri dan jangan datang kepada kami, kalau wanita ular yang bersamamu mencampakkanmu di saat kau tidak punya apa-apa!” berang ayah Lukman.Ibu Lukman hanya bisa menangis dengan wajah yang menyiratkan kesedihan bercampur kecewa. Tidak ada kata-kata yang sanggup keluar dari bibirnya. Ia merasakan sakitnya, karena putranya telah mencorang nama baik keluarga.
Devinna memandangi kepergian Kevin sampai pria itu menghilang dari balik pintu. Barulah ia berbalik meliihat kepada Lukman. “Katakan kepadaku tadi kenapa kau terlihat ragu dan sedih untuk menyetujui menyeraikan Sasha? Aakah kau masih mencintai wanita itu? Kau menyakitiku!”Lukman yang masih bingung dengan perasaannya memandangi Devinna. Ekspresi wajahnya terlihat sedih. “Aku sudah mengecewakanmu dan membuat kau terluka, bukan? Aku memang pria yang tidak bertanggung jawab. Karena tidak hanya kau saja yang terluka karenaku, tetapi juga Sasha!”Devinna membuka mulut hendak membentak Lukman. Yang masih saja membawa nama Sasha dengan penuh cinta. Akan tetapi begitu dilihatnya ekspresi pria itu yang terlihat datar, serta tatapan mata hampa. Membuatnya terdiam, ia tidak siap melihat kehancuran di wajah pria yang dicintainya,“Aku belum sepenuhnya menjadi wanita yang kau cintai, bukan? Akan selalu ada Sasha di hatimu. Apalah artinya diriku ini wanita jahat yang merebut seorang suami dari istr
Lukman memberikan kode kepada Devinna untuk tetap di tempatnya. Dirinyalah yang akan melihat siapa yang datang. Alangkah terkejutnya Lukman melihat siapa yang datang begitu pintu dibukanya. “Pak Kevin! Apa yang Bapak lakukan di sini?”Kevin memberikan senyum sinis kepada Lukman. Ia berdiri dengan tangan terlipat di dada, serta tatapan mata yang membuat Lukman gemetar.“Apakah kau akan mempersilakan kepadaku untuk masuk atau kita berbicara di luar saja?” tanya Kevin dingin.Lukman melirik ke dalam kamar di mana Devinna terlihat penasaran. Tidak ada yang salah, kalau mereka berbicara di dalam. Mereka tidak akan menarik perhatian orang lain, yang bisa saja menjadi tertarik dan dapat mengenali mereka semua. Itu jelas tidak baik bagi dirinya dan Devinna yang sedang dalam pelarian.“Tentu saja! Mari kita berbicara di dalam, silakan masuk.” Lukman membuka lebar pintu kamarnya.Devinna membelalakkan matanya begitu melihat siapa yang datang. “Pak Kevin! Bagaimana Bapak bisa menemukan kami?”“H
Sasha terpaku di tempatnya berdiri, ia sama sekali tidak menduga reaksi Kevin akan seperti itu. “Mas Kevin mau kemana?”Sasha akan membiasakan dirinya untuk memanggil Kevin dengan panggilan, Mas. Karena pria itu sekarang adalah tunangannya.Kevin tidak menoleh ke belakang, ia terlalu marah untuk dapat dibujuk dengan permintaan maaf dari Sasha. Ia cemburu, karena dari kalimat yang diucapkan Sasha tadi secara tersirat ia masih mencintai Lukman.Duduk di balik kemudinya, Kevin menggenggam dengan erat kemudi di tangannya. “Brengsek! Kenapa aku merasa diriku masih harus bersaing dengan Lukman? Kalau Sasha memang masih mencintai suaminya itu aku tidak akan memaksanya.’Dinyalakannya mesin mobil dengan kecepatan tinggi untuk meluapkan emosinya. Ia akan meninggalkan Sasha di sana dan tidak peduli apakah wanita itu akan datang kepadanya atau tidak. Ia sudah bosan dengan sikap labil Sasha.***Sasha menangis dipelukan ibu panti. Ia merasa sedih dan terluka, Kevin marah karena dirinya. Ia tau pr
Kevin menyentuhkan keningnya dengan kening Sasha. Senyum mengembang di wajahnya dan itu dapat dirasakan oleh Sasha. “Kamu terlalu banyak menonton berita kriiminal dan drama. Aku tidak akan melakukan hal yang jahat kepada wanita yang kucintai.”Tangan Kevin terulur melepaskan sabuk pengaman yang dipakai Sasha kemudian ia membuka pintu mobi, lalu keluar dari sana. Tangannya terulur memegang tangan Sasha membantunya untuk turun dari mobil tersebut.“Hati-hati! Tundukkan kepalamu, biar tidak terbentur pintu mobil,” peringat Kevin.“Kalau aku sampai terbentur atau jatuh itu salah siapa? Kenapa juga mataku mesti di tutup? Apa yang begitu rahasia?” ketus Sasha.Kevin tertawa kecil mendengar Sasha yang marah. Ia mengacak rambut wanita itu yang tentu saja tidak dapat membalasnya.Berdiri di belakang punggung Sasha, Kevin membantu tunangannya itu memasuki sebuah bangunan sederhana. Ia memberikan kode kepada tuan rumah yang menyambut kedatangan mereka untuk menutup mulut, tidak bersuara. Dan mer
Mendengar penuturan dari dokter tersebut sontak saja membuat Sasha menjadi sedih. Air matanya jatuh membasahi wajahnya. “Saya tidak akan menggugurkan bayi ini, dok! Apa pun yang terjadi saya tetap akan mempertahankannya.”Kevin meremas jemari Sasha memberikan kekuatan kepada wanita itu. Untuk saat ini ia tidak akan mendebat apa yang dikatakan Sasha. Karena dirinya tidak mau mereka bertengkar di hadapan dokter pribadinya. Yang tentu saja akan senang mengejek dirinya, ketika mereka berdua bertemu secara pribadi.“Terima kasih, dok atas keterangan yang Anda berikan. Kami membatalkan rencana untuk mengadakan tes DNA.” Kevin membantu Sasha bangkit dari kursi yang didudukinya.Bersama-sama pasangan kekasih itu keluar dari ruang praktik dokter itu. Mereka berjalan menuju parkiran di mana sopir pribadi Kevin dengan sigap membukakan pintu penumpang untuk keduanya.Begitu sudah duduk di dalam mobil Sasha duduk jauh dari Kevin dengan tatapan melamun. “Aku ingin kembali ke rumahku sendiri untuk m
Mata Sasha membelalak tidak percaya, kalau Kevin mendesak dirinya. “Kenapa harus secepat itu melakukan tes? Tidak bisakah kamu menunggu sampai kita menikah saja? Apakah karena alasan anak kau mau menikahiku? Dan seandainya tidak terbukti anak yang sedang kukandung adalah anakmu, kau akan membatalkan lamaranmu?”Sasha bergerak mundur dengan butir air mata yang mengembang di pelupuk mata. Hatinya bagaikan teriris, karena merasa terluka dengan apa yang ia pikirkan.Kevin meraih Sasha ke dalam pelukannya, tetapi wanita itu mencoba untuk memberontak. Dan Kevin mengabaikan hal itu. Ia mengabaikan penolakan Sasha.“Sha! Jangan pernah lagi kau berfikir, seperti itu! Aku tidak akan pernah membatalkan rencanaku untuk menikahimu. Aku mencintaimu dari hati, bukan karena bayi yang sedang kau kandung. Sekalipun dirimu tidak hamil, aku tetap akan menikahimu. Dikarenakan aku yang tidak bisa jauh darimu,” tegas Kevin.Sasha menatap mata Kevin yang menyiratkan kesungguhan dengan apa yang dikatakannya.
Shasa mendorong Kevin menjauh, ia perlu waktu untuk dirinya. Meskipun dirinya harus mengakui terpengaruh dengan godaan yang diberikan Kevin kepadanya. “Kevin! A-aku …”Sasha tidak dapat melanjutkan ucapannya, ia bingung dengan dirinya sendiri. Perasaannya campur aduk saat bersama dengan Kevin.Kevin menatap Sasha dengan ekspresi datar. Ia membenci wanita itu yang tidak mau mengakui hasratnya akan dirinya. Kevin menyisir rambut dengan kedua jarinya. Ia membalikkan badan tidak ingin menatap wajah Sasha.Sadar, kalau dirinya sudah membuat Kevin kecewa. Dilangkahkannya kaki, hingga ia berdiri di belakang Kevin. Dipeluknya dengan erat perut Kevin dari arah belakang.“Aku mencintaimu dan aku benci dengan perasaan itu. Aku hanya merasa bersalah saja kepada diriku sendiri, karena membiarkan diriku larut dalam kesalahan terindah.” Sasha mencium punggung Kevin.Dalam satu tarikan cepat Kevin memutar badan Sasha, hingga mereka berhadapan. “Aku tidak suka mendengar kau mengatakan kesalahan, tetap
Kevin menatap tajam wartawati itu. “Saya akan menjawab, bahwa hubungan saya dengan bu Sasha sama sekali bukan urusan orang lain. Benar suaminya adalah pegawai saya dan ia terlibat dalam penggelapan uang perusahaan bersama dengan kekasihnya. Yang juga merupakan sekretaris saya.”Kevin diam sebentar, ia dapat mendengar riuh suara terkejut dari yang mendengar pernyataannya. “Sasha terpaksa mengikuti perintah dari suaminya, ia tidak bersalah atas apa yang terjadi. Dan saya memang akan menikahi Sasha, begitu ia dan suaminya secara resmi bercerai. Oleh karena itu, saya meminta bantuan kepada kalian semua untuk menemukan keberadaan Lukman dan kekasihnya. Agar keduanya bisa mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.”Kevin mengangkat tangannya, ia kembali berkata, “Saya rasa sudah cukup apa yang harus kami sampaikan. Saya harap setelah ini tidak ada lagi berita tidak penting, seperti ini, karena sama sekali bukanlah hal yang penting. Saya lebih suka membahas tentang perusahaan tidak untuk masal