Romeo menepikan mobilnya di klinik terdekat yang berada tak jauh dari rumah Rangga. Pikirannya kacau sekali, melihat Hana seperti ini.
Apakah Hana benar-benar tertekan?Apakah Hana tidak mau menikah dengannya sehingga dia jatuh pingsan seperti sekarang?Dia hanya berharap Hana akan segera membaik. Sangat tidak baik untuk ibu hamil berada dalam keadaan tertekan.Romeo mematikan mesin mobil.Dia segera keluar, dan memutari bagian depan mobil menuju pintu mobil bagian penumpang.Romeo menghela napas ketika melihat Hana. Wajah perempuan itu sangat pucat. Tampak tertekan meski dalam keadaan tidur. "Hana. Setelah ini, saya harap kamu akan baik-baik saja," bisik Romeo ketika dia mengangkat tubuh wanita itu.Kulitnya halus. Dia pernah merasakan kulit itu menyentuh kulitnya. Pintu mobil tertutup, dan dengan cepat dia berjalan menuju ke klinik."Silakan, Pak," seorang sekuriti klinik membuHari telah sangat larut, besok adalah permulaan hari. Di mana semua orang akan sibuk bekerja.Romeo pun sudah mulai merasa lelah.Dia memerhatikan Hana yang sedang terbaring lelap di depannya.Gadis itu memang memiliki wajah seperti malaikat. Teduh dan menenangkan. Romeo duduk di samping brankar tempat Hana berbaring.Tangannya yang semula menyentuh tangan Hana, kemudian bergerak perlahan menyentuh pipi perempuan itu.Ada dorongan dalam hati Romeo untuk memberikan ketenangan pada Hana. Dia tersenyum saat tangannya membelai wajah lembut Hana, menekuri setiap lekuk garis wajah lembut wanita itu. Alis mata wanita itu tebal. Romeo sering memerhatikan Hana beberapa hari terakhir tanpa disadari olehnya, maupun Hana tentunya. Rahang pipi Hana tinggi. Romeo berlama-lama menikmati pemandangan indah di depannya; entah sejak kapan Romeo mulai merasakan bahwa wajah Hana menjadi candu bagi matanya. Hidung Hana mancung. Dia senang sekal
"Tadi kamu pingsan di rumah," jawab Romeo setelah dia duduk kembali ke kursinya. Wajahnya datar dan tanpa ekspresi.Romeo melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan."Pingsan?" Hana membeo. Dia tidak percaya bahwa dia telah pingsan. Berusaha mengingat kembali bahwa memang tadi dia merasa pusing sekali, tetapi dia tidak tahu bahwa dia telah pingsan."Iya, kamu tadi pingsan di kamar."Mata Hana membelalak lebar. Cukup terkejut, kemudian tersipu karena berpikir bahwa Romeo yang telah menggendongnya. "Terus kenapa Bapak yang bawa saya ke sini? Kak Rangga sama Mbak Susi mana?""Mereka masih di rumah. Tadi, saya langsung bawa kamu ke sini," ujar Romeo tanpa ekspresi berlebihan.Hana masih membayangkan cara Romeo membawa dirinya ke sini.Apakah kulit mereka bersentuhan? Wajah Hana memanas. Dia seakan merasakan tangan kekar itu membalut tubuhnya. Memeluk serta mendekapnya erat.Hana menunduk. Dia menatap ke
Saat kembali ke dalam mobil, Romeo duduk menatap lurus dengan pandangan mata terarah ke depan, membuat wajahnya yang sempurna tampak lebih misterius. Gerakan lelaki itu saat mengusap dahinya terlihat sangat elegan, seakan dia tahu bahwa dirinya berada dalam lukisan.Hana tahu benar bahwa Romeo saat ini sedang memikirkan sesuatu. Dia mengamati melalui ekor matanya.Kaki lelaki itu terlihat tidak tenang, terdengar suara sepatu terketuk pelan.Hana menggigit bibirnya sendiri.Apakah Romeo sedang memikirkan dirinya? tawa Hana dalam hati yang dia tahu sudah pasti bahwa Romeo tidak akan repot-repot memikirkannya.Namun, beberapa detik kemudian Romeo segera menolehkan kepalanya menatap bibir Hana.Hana merasa ada sesuatu yang aneh dan bertanya dengan tidak yakin, "Ada apa?"Romeo tidak berbicara, namun dia bergerak mendekati Hana, membuat Hana bahkan lebih gugup, bergidik ngeri.Dalam teori yang Hana ketahui bila lelaki memerhatikan bibir per
Hana menggunakan kebaya dengan payet sederhana. Warnanya lembut selembut kulitnya. Rambutnya disanggul tinggi, memperlihatkan lehernya yang jenjang.Para undangan sudah banyak yang hadir. Hana gugup. Dia belum pernah merasa gugup seperti sekarang. Hari ini dia akan menikah dengan Romeo.Ada semburat senyum yang sangat tipis yang sejak beberapa jam lalu tidak bisa terhapus pada wajahnya.Dia bahagia. Sangat bahagia.Akhirnya Romeo benar-benar menepati janjinya untuk menikahi Hana.Hampir empat jam berlangsung setelah mereka mengucapkan ijab kabul. Kini keduanya berada di dalam kamar pengantin."Saya ganti baju dulu." Perkataan Hana terlalu terburu-buru, membuat wajah dan jantungnya berjalan tidak seirama.Wajahnya terlihat sangat kaku, sementara jantungnya berdegup sangat kencang.Romeo memandang Hana dari tempatnya berada dengan pandangan mata menggelap. Membuat Hana semakin tidak nyaman berada dalam satu kamar ya
Tubuh Hana gemetar. Sorot mata Romeo menatap Hana lekat disela cumbuannya. Hana merasakan tatapan menusuk yang dilayangkan Romeo padanya. Dia kecewa. Romeo bernafsu padanya, tetapi hati lelaki itu bukan untuk Hana. Hati lelaki itu jatuh pada wanita yang sudah memiliki suami.Apakah begitu sulit melupakan seseorang yang sudah memiliki pasangan?Mengapa terus mengharapkan wanita yang jelas-jelas telah memilih laki-laki lain?Tanpa sadar Hana menutup mulutnya. Pikirannya dipenuhi oleh perasaan kecewanya.Namun Romeo sudah tidak bisa menahan hasratnya yang sedari tadi ditahan oleh lelaki itu. Gairahnya sudah membuncah. Entah mengapa menghadapi bibir penuh milik Hana membuat nafsu Romeo meledak-ledak."Kamu sedang bermain susah untuk didapat, ya?" tanya Romeo dengan suara serak, dia mendongakkan kepalanya, dan sedikit memberi jarak antara dirinya dengan Hana. Kemudian dilihatnya dengan matanya bibir Hana yang basah dan l
Dengan angkuh, lelaki itu bangun, matanya menatap tajam nakas yang tak jauh dari tempatnya. Bunyi ponsel datang dari sana."Kamu tunggu sebentar," ujar Romeo suaranya masih serak, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya seakan tidak memiliki jiwa di dalamnya. Begitu dingin dan menusuk."Halo," ucap Romeo dengan suara tinggi kepada seseorang yang sedang ditelepon.Dari tempatnya berbaring, Hana bisa mendengar suara Susi membalas sapaan Romeo, "Romeo, apa kalian berdua sudah makan?"Romeo meraup mukanya dengan telapak tangannya. Wajah lelaki itu seketika berubah menjadi sukar ditebak. Dia segera berjalan mengambil pakaiannya yang semula ditanggalkan.Hati Hana hancur ketika melihat Romeo memutuskan untuk tidak melanjutkan apa yang sudah mereka mulai."Tunggu, saya tanya dulu ke Hana." Romeo menolehkan kepalanya ke tubuh polos sang istri, namun Hana sudah menarik selimutnya hingga menutupi bagian dadanya. Mata Romeo menggel
Debaran jantung Hana jauh lebih tenang sekarang, setelah hampir satu jam lamanya Romeo keluar dari kamar mereka.Namun kemudian ketika genap seratus kali Hana melirik terus-menerus ke arah pintu, Hana mendapati kekecewaan menyergap dirinya.Ke mana Romeo? Mengapa dia belum kembali juga? Apa lelaki itu bersungguh-sungguh saat mengatakan "Kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai sebelumnya"?Hana memukul pahanya merasa telah mengkhianati dirinya sendiri karena telah mendamba lelaki yang tidak menganggapnya sebagai perempuan, bahkan ketika lelaki itu sedang melumat liar bibir Hana, entah siapa yang ada di dalam pikiran lelaki itu!Hati Hana pedih sekali. Dia merasa amat kecewa.Tetapi, mengapa Romeo belum datang juga? Hana gelisah.Karenanya Hana bangun dari tempat tidur, dia mengganti baju, dan mengambil sweater yang tersampir pada gantungan baju di lemari.Saat dia membuka pintu kamar, dia tidak yakin ke mana Romeo pergi
Menjijikkan sekali!Hana menatap kedua orang itu dengan pandangan mata tidak suka."Maaf."Maaf? Romeo meminta maaf pada Susi karena telah menikahi Hana? Pikiran Hana berkecamuk tidak nyaman.Terdengar isak tangis Susi setelah itu, dan hal ini membuat wajah Hana terbakar karena amarah."Kamu pernah berjanji nggak akan pernah menikah," tuntut Susi.Hana meremas-remas tangannya, dia bahkan menancapkan kukunya di kulit telapak tangannya.Mengapa Romeo menjanjikan hal seperti itu pada Susi? Hana meneguk ludahnya yang sudah terasa pahit.Romeo menarik kembali tangannya. Dia memberi jarak antara dirinya dengan Susi, lelaki itu tidak berani menatap wanita di depannya. "Ada hal-hal yang nggak bisa saya cegah."Lutut Hana terasa lemas.Cinta Romeo memang hanya untuk Susi!"Keluarga kamu nggak menghendaki pernikahan kita," ujar Susi sembari terisak."Saya minta kamu bersabar, saya sedang merayu orang