Hana teringat ketika dia pertama kali turun dari mobil, dia melihat Bobi sedang bersama dengan Santi. Ada yang tidak beres dengan senyum di wajah Bobby dan Hana merasa akan ada sesuatu hal buruk yang terjadi.
"Perpaduan rasanya enak." Tangan Bobby terulur ke depan dan sebentar lagi dia hendak menumpahkan minuman itu ke baju Hana. Sayangnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, sebab saat itu seseorang menabrak Bobby dan Bobby dengan berat badan besar tidak mampu menahan gelas yang ada di tangannya. Tanpa dikehendaki, isi dari gelas itu tumpah mengenai orang yang berada di sebelah kiri Hana. Beruntung, Hana berhasil menghindar dari tangan Bobby."Aaa!" teriak wanita yang kini bajunya terkena tumpahan air, "ada apa dengan kamu!" wanita berusia 40-an berteriak memaki Bobby. Wanita itu adalah istri dari pemilik hotel tempat mereka berkumpul saat ini.Para tamu undangan ikut terkejut, mereka benar tidak percaya, melihat Bobby m"Sendirian?" tanya seseorang yang berada tepat di belakang Hana.Hanya membutuhkan waktu lima detik, Hana seketika mematung. Bulu kuduknya berdiri, seakan ada sesuatu menakutkan yang sedang terjadi saat ini.Suara ini. Suara yang familier. Dia tentu saja tahu siapa pemilik suara ini.Entah mengapa, tetapi tubuhnya benar-benar tidak bisa digerakkan. Wajah Hana seperti sedang melihat hantu, padahal suara itu datangnya dari belakang.Mau apa laki-laki ini! Sial! rutuk Hana dalam hati. Hubungan mereka sudah berakhir sejak istri laki-laki itu datang dan menginterupsi pernikahannya dengan Bima.Dengan perut buncit, istri Bima datang dan membuat pernikahannya dengan Bima gagal."Apa kamu benar-benar lupa sama saya?" tanya Bima, perlahan suara itu mendekat, dan membuat jantung Hana berdegup amat kencang. Wajah Hana tak keruan. Kakinya bahkan seakan tidak bisa menopang seluruh berat tubuhnya."Jangan mendekat!" Adalah perintah yang hendak
Tiba-tiba, seorang pria meninju penjaga keamanan di wajah dan perut sehingga dia jatuh hingga lututnya menyentuh lantai, dan kemudian pria itu memukul penjaga keamanan tepat di kepala dengan pistol.Seorang pria lain menodongkan pistolnya ke penjaga keamanan lain dan berteriak, "Jangan bergerak! Jangan bergerak! Tetap merunduk! Tetap merunduk!"Dan semua pelanggan yang ada di sana mulai terlihat ketakutan. Semuanya baik pria dan wanita diminta untuk berlutut, salah satu penjahat menembak ke arah langit-langit, alhasil menimbulkan bunyi yang sangat keras. Dia memerintahkan sambil menodongkan pistolnya saat mengatakan, "BERLUTUT!" kepada masing-masing pelanggan dan staf.Pria lain muncul dan berkata, "Tetap merunduk, kami hanya akan mengambil uang dari toko ini, tetap berlutut dan tempelkan kepala kalian di lantai, jangan mencoba untuk berani melawan karena kami tidak akan ragu untuk menembak kalian semua!" Suara si penjahat terdengar mengintimidasi.Hana dan Bim
"Tunangan?" tanya Romeo mengernyitkan dahinya."Tunangan?" Hana memandang Bima dengan pandangan kesal, mengapa dia masih menganggap mereka masih bertunangan?Romeo menarik tubuh Hana, sehingga istrinya kini berada di belakangnya.Sementara Bima yang melihat kejadian ini terbakar api cemburu. Bukan pria itu yang seharusnya melindungi Hana, tetapi dirinyalah yang menjadi pelindung bagi Hana."Apa yang kamu lakukan dengan tunanganku!" bentak Bima dengan wajah dan suara kacau.Tubuh Romeo kaku, dia tidak menyukai ide tentang tunangan. Siapa di dunia ini yang telah beristri kemudian mengakui istri orang lain sebagai tunangannya? tanya Romeo marah sambil mengepalkan tangannya."Apa kamu satu-satunya di dunia yang memiliki pikiran pendek seperti ini?" tanya Romeo dia masih ingat pada hari pernikahan Hana, istri Bima datang dengan memperlihatkan bahwa dirinya sedang hamil kepada semua tamu undangan. Dan bagaimana keluarga wanita itu membela posisi wanita itu ma
Beberapa menit berlalu setelah mereka keluar dari mall. Hana harus segera membersihkan diri."Romeo adalah suami saya. Berhenti mengejar saya. Saya telah memiliki suami." Kalimat terakhir yang diucapkan Hana kepada Bima, membuat Bima merasakan pukulan-pukulan Romeo terasa lebih menyakitkan daripada sebelumnya.Mulut Bima terbuka lebar, dia tidak bisa mengatakan apa-apa."Ja ...." Kalimat ini berhenti sampai di sini dan tidak dilanjutkan lagi oleh Bima. Dia seakan kehilangan lidahnya untuk berkata-kata.Hana tersenyum, tetapi senyum yang diperlihatkan olehnya adalah senyum kepuasan. Dia senang Bima telah menerima pukulan dari suaminya. Suaminya membela dirinya, dan peduli kepadanya.Dari jauh Romeo memperhatikan interaksi antara Bima dan Hana dengan cepat Romeo membalikkan badannya berjalan menjauh.Dia tidak menyukai kejadian ini.Terlalu menjijikkan. Bima sangat menjijikkan."Untuk selanjutnya, kita t
Tubuh Hana menggigil ketika mengingat kejadian itu. Wajahnya segera pucat pasi."Kamu bisa andalkan aku seperti biasa." Dulu Bima juga berkata seperti ini, dan kini kalimat itu diucapkan lagi oleh Bima.Mengandalkan yang seperti apa? tanya Hana dalam hati. Dia sedih dan kecewa.Namun mengapa orang yang hadir saat peristiwa buruk ini terjadi malah orang yang paling dibencinya? Ke mana Romeo? Mengapa Romeo tidak peka seperti Bima? tuntut Hana dalam hati. Namun dia tahu bahwa pernikahannya dengan Romeo hanyalah sebuah keterpaksaan. Romeo sama sekali tidak mencintainya. Seumur hidup Romeo, laki-laki itu hanya mencintai Susi, dan bukan dirinya.Hana menarik napas, dan dia mulai kembali kerja.Tetapi pandangan menyudutkan dari orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya tidak berubah. Para wanita masih saja menunjuk-nunjuk dirinya. Hal ini terjadi hingga waktu makan siang. Dia pergi ke luar kantor."Hay, Nona," sapa seorang wanita kepada Hana. W
Oleh sopir pribadinya, Romeo diberitahu bahwa Hana dibawa pergi oleh seorang wanita tak dikenal. Kengerian segera muncul di wajah Romeo."Ke mana perginya mereka?" tanya Romeo tidak sabar, dia mempercepat langkah kakinya.Ada yang tidak beres di sini, Hana selalu memberitahu ke mana dia pergi. Tetapi sekarang mengapa Hana tidak mengatakan apa-apa.Romeo diantar oleh sopirnya ke sebuah gang yang tidak banyak ornag berlalu lalang di sana, dan matanya membelalak lebar, melihat apa yang sedang terjadi di sana."Hubungi Jenny," pinta Romeo dengan cepat.Tuan Chen, sopir pribadi Romeo, menganggukkan kepala, dan mengambil ponselnya segera menghubungi wanita yang berprofesi sebagai polisi itu.Romeo keluar dari mobil, dia melangkahkan kakinya keluar.Para wanita masih saja berusaha melakukan perlakuan kasar kepada Hana."Suamiku," panggil Hana ketika dia melihat Romeo baru saja keluar. Semburat merah hadir di wajah Romeo
Berita tentang kejatuhan Tuan Barito sudah diketahui di seluruh kota mereka.Tuan Barito dipenjara karena kasus penganiyaan istrinya, namun kasus tentang video itu seakan hilang lenyap dari peredaran, dan tidak ada yang pernah membahasnya lagi. Kasus pembulian yang melibatkan Hana sebagai korban juga telah diketahui oleh masyarakat sekitar, dan mereka sangat menyesali bahwa Nyonya Barito tersangka utama atas kasus ini.Setelah itu, Bima membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, dan dia tetap mendekati Hana, seperti rencana awalnya.Romeo tidak menyukai tentang ide ini, tetapi dia hanya memperhatikan dari jauh."Saya yang menang kali ini, Bim!" ungkap Hana sangat senang telah memenangkan pertandingan malam ini. Hana dan Bima berada di lapangan badminton, mereka bermain bersama malam ini.Napas Bima terengah-engah. Dia merasa kewalahan.Mengapa melawan wanita saja dia tidak bisa? pikir Bima dalam hati. Seharusnya tidak sepert
Mengapa meninggal? Apa artinya bayinya telah tiada? Kami kehilangan bayi kami? tanya Romeo berkali-kali dalam hati. Siapa yang telah membuat bayinya meninggal? tanya Romeo dalam hati, dia benar-benar geram. Memutuskan untuk menghubungi Tian, orang kepercayaannya.“Siapa orangnya yang telah menganiaya Hana?” tanya Romeo tanpa basa-basi. Wajahnya menahan geram dan dia menginginkan pecundang itu sekarang juga.Dalam waktu yang singkat, Tian berkata, “Namanya Ali. Dia adalah pemain badminton di tempat yang sama dengan Nyonya Hana. Sekarang sedang berada di dalam pesawat. Dia telah membeli tiket pesawat satu hari sebelum. Tujuan kota A. Kelihatannya sudah direncanakan.” “Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan,” jawab Romeo dengan suara dingin.“Apakah kamu serius?” Adalah pertanyaan yang hendak ditanyakan Tian kepada teman sebayanya, namun dia tidak pernah menanyakan hal ini kepada Romeo. Romeo se