Samuel memberikan bunga pada Maya dan Stelio. "Selamat telah menyelesaikan syuting drama ini!" "Terima kasih, papa." Stelio tersenyum senang. Para kru dan para artis yang terlibat mulai melakukan perayaan dengan foto besama. "Sebagai perayaan, aku akan mentraktir kalian semua di restoran." Samuel mengucapkan hal yang sangat diidamkan oleh pemain dan juga para kru lainnya. "Ayo, kita langsung ke restoran yang aku pesan sekarang juga."Semua orang mulai bersiap. Samuel mencegah Stelio yang akan mengikuti Maya dan Manager Chen. "Stelio, kau akan berada di mobilku. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu."Stelio menatap Samuel dengan bingung, tetepi dia tetep saja naik ke mobil. Selama perjalan, Samuel langsung memberikan pertanyaan padanya. "Apa kau dekat dengan Mike? Hubungan apa yang kalian berdua miliki?" tanya Samuel. "Papa, bukankah papa ingin aku untuk memisahkan mereka berdua? Aku tidak memiliki hubungan lain dengan orang itu selain hal ini," jawab Stelio dengan tenang. "Ap
Maya awalnya menjalankan syuting dengan aman, tetapi dalam beberapa hari semua berubah. Saat anak itu tiba-tiba saja datang. "Sutradara, apa ini? Kenapa plot di naskah berubah begitu drastis? Bahkan, kau memasukkan karakter seorang anak?" Maya memprotes apa yang terjadi. Dia sengaja berbicara berdua dengan Sutradara. "Maya, ini bukan perubahan drastis. Penulis hanya menambahkan. Beberapa adegan menunjang. Lagipula, kita juga bisa memanfaatkan kepopuleran kalian berdua untuk drama ini saat tayang." Maya masih mencurigai sesuatu. "Sutradara, apa suamiku menemuimu dan memberikan investasi besar dengan syarat cerita diubah agar ada adegan seorang anak?" "Tidak ada yang seperti itu. Aku sendiri yang memilih untuk memasukkannya. Maya Lin, kau tidak perlu memikirkan tentang ini. Hanya fokuslah untuk berakting. Ini seharusnya mudah bagimu untuk berinteraksi karena dia adalah putramu, kan? Jangan banyak protes dan lakukan saja apa yang telah ditentukan."Maya Pergi dengan perasaan kecewa.
Stelio mendapatkan banyak komentar negatif, bahkan para haters juga mulai berani untuk melakukan tindakan kejam seperti melemparkan telur busuk ke arah Stelio saat anak itu keluar untuk menemui para penggemar yang datang. Maya tidak sempat menghentikan itu. Dia dapat melihat ekspresi tidak menyenangkan yang di miliki oleh Stelio. Namun, senyum profesional masih terukir di bibirnya saat para penggemar mengkhawatirkannya. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu membersihkannya." Namun, semua itu tidak sesederhana itu karena kulit Stelio menjadi memerah. Sepertinya telur itu juga diberikan obat lain yang membuat kulit iritasi. Beruntung bahwa Stelio sudah menyelesaikan semua bagiannya. Maya tidak tahan lagi melihat hal ini. "Stelio, lebih baik kau berhenti saja setelah ini!" ucap Maya dengan keras ketika mereka berada di kamar. "Tidak mama, aku--" "Aku tidak tahan lagi. Kau selalu saja terlibat dalam masalah dan sekarang citramu sudah buruk di mata publik. Selain itu ka
Mulut Stelio terbuka lebar melihat nama yang tertera di batu nisan itu. Marion Lin Ren. "Orang ini memiliki nama tengah yang menjadi surname Mama dan juga Ren. Apa dia ada hubungannya dengan keluarga Ren?" Stelio merasa semua semakin jelas, apalagi pernyataan Maya tadi. Namun, hati kecilnya masih sulit untuk percaya. Ada banyak pertanyaan di pikiran Stelio. Pria kecil itu melihat ke sebuah foto bayi kecil. Foto yang disentuh oleh Maya berulang kali. Tanpa sadar, dirinya merasa iri dengan hal itu. Stelio berbalik lalu pulang ke rumah dengan dipenuhi kerumitan di pikirannya.Seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Tubuh Stellio tersentak kaget. Dia berbalik dengan ragu karena takut jika itu adalah Mamaya. "Tuan Kecil Stelio, saatnya untuk pulang." Stelio merasa lega karena supir yang mendatanginya. ***"Papa, apa papa memilliki anak yang lain?" Stellio tidak tahan ingin tahu tentang ini. Samuel yang sedang fokus mengetik sesuatu, langsing mengalihkan pandangan pada Stelio. "Tidak ada.
"Maya, jika ada hal penting yang terjadi, aku akan meminta izin agar ada yang bisa menggantikan mu," ucap Manager Chen yang melihat kecemasan di wajah Maya. Maya menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, ini bukan urusan yang penting."Maya yakin tanpa dirinya ikut campur, Samuel pasti akan menemukan Stelio. Maya mengulurkan ponselnya pada Manager Chen, seperti biasa Managernya yang akan menyimpan ponselnya selama dia syuting. Selama syuting, Maya berusaha untuk tetep ceria dan bergaul dengan anggota reality show yang lain, tapi suasana hatinya sedang tidak baik. Banyak pemikiran di kepalanya. "Apa Samuel sudah menemukannya? Bagaimana keadaan anak itu? Apa alasan dia pergi tiba-tiba? "Kita akan break sebentar, bersiaplah untuk sesi selanjutnya." Maya langsung pergi menemui Managernya. Dia langsung diberitahu, "Maya, ada telepon dari nomer yang tidak di kenal. Dia menelepon berulang kali." "Biarkan aku mengeceknya!" Saat ponsel itu berada di tangannya, Maya langsung mendapatkan telepo
"Mama!" Seorang anak laki-laki tiba-tiba saja berlari ke arah wanita cantik yang sedang melakukan wawancara. Wanita itu secara refleks menunduk, melihat seorang anak berusia 5 atau 6 tahun yang memeluk pinggangnya. Senyum cerah penuh kebahagiaan yang awalnya dia tunjukkan lenyap. Matanya membulat seketikan saat melihat wajah anak ini. "Kenapa dia....?" suaranya pelan dipenuhi dengan keterkejutan. Dua orang yang memiliki warna mata yang sama saling bertatapan. Mata dan warna rambut yang identik menimbulkan kecurigaan bagi orang yang melihat. Wartawan langsung menyerbunya dengan pertanyaan. "Nona Maya Lin, apa ini anak Anda?" "Sejak kapan Anda menikah? Siapa ayah dari anak ini?" "Nona Maya Lin, kenapa Anda menyembunyikan anak Anda?" Wanita bernama Maya Lin menjadi pucat. Secara refleks tangannya mendorong pelan untuk melepaskan anak ini darinya. "Ti-tidak, dia bu-bukan anakku." Suaranya gelagapan dan dengan cepat mundur menjauh dari anak itu. Dia berlari untuk menghindari wartawan.
"Pergi temui aku di hotel X sekarang juga. Aku sudah mengirim mobil untukmu. Kurang dari 30 menit Kau harus datang , jika kau masih menginginkan bantuanku untuk karirmu!" Suara dingin seorang pria dengan nada Bossy. "Samuel, kau sudah gila untuk memintaku--Hallo, Hei!" Maya belum sempat menyelesaikan ucapannya saat mendengar bunyi tut tut di ponselnya. Wajah Maya dipenuhi dengan amarah. Tangannya mengepal. "Bertemu di hotel? Apa yang sebenarnya pria itu inginkan?"Maya benar-benar tidak ingin terlibat lagi dengannya, tatapan dingin dan nada suara pria itu seperti menikmati penderitaannya saat perpisahan mereka, masih terbayang dalam benaknya. Sekarang, pria itu meminta untuk bertemu dengannya dan menawarkan bantuan?"Dia tidak hanya mengatakan omong kosong untuk mempermainkanku, kan?" batin Maya. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi masalah ini.Maya keluar dari toilet, dia berjalan mengendap-endap seperti pencuri, memandang lingkungan dengan waspada. Hingga sese
"Samuel, kau sudah gila memberikan tawaran itu? Tidak akan pernah bagiku menerima tawaran bodoh itu," tolak Maya. "Tapi putraku meminta untuk--""Ya itu demi putramu tidak ada hubungannya denganku."ucap Maya. "Kau akan menyesalinya jika menolak. Aku akan memberimu waktu untuk--""Aku pergi. Tidak ada gunanya membujukku!" Maya meninggalkan ruangan itu. Lalu dengan buru-buru mencari taksi.***Dreet Dreet Dreet Maya mengabaikan getar di ponselnya karena pikirannya yang kacau. Bohong jika dia mengatakan tidak terpengaruh dengan ancaman itu. Pandangannya hanya menatap kosong jalanan kota yang masih saja ramai lalu mulai sepi saat taksi itu berhenti. Maya langsung keluar setelah membayar. Kakinya menyusuri wilayah luas itu. "Sayang, mama datang!"Penampilan Maya saat ini begitu glamor, jelas tidak cocok untuk datang ke tempat yang berisi nisan dan foto-foto orang yang telah tiada. Namun, siapa yang akan memperhatikan penampilannya di larut malam seperti ini. Kakinya terus melangkah sa