Keterangan: Drama S dan Drama S+: Kategori drama tertinggi dalam platform drama digital tetentu yang biasanya memiliki investasi tinggi dengan promosi besar. Biasanya hanya aktor dan aktris Top bermain dalam drama ini dan menjadi lonjakan untuk artis lini ke dua untuk populer
"Aku sudah menyiapkan semuanya, bukankah kau tadi pagi marah karena ini? Sekarang kenapa wajahmu menjadi tidak senang?" ucap Samuel menatap Maya. Maya tersenyum pahit. "Benar, aku memang menginginkan ini dipercepat, tapi melihat apa yang kau lakukan tadi pagi, aku jadi ingin mempertimbangkannya lagi. Apa kau lupa apa yang aku katakan di kebun binatang tadi? Kau tidak pikun dan tuli, kan?" "Sudah terlambat, kita sudah di sini sekarang dan semua persiapan telah selesai. Kita hanya perlu mengambil buku nikah kita lagi. Tidak ada gunanya penolakanmu," ucap Samuel dengan sombong. "Aku akan mengatakan padamu sekali lagi bahwa aku tidak akan menerima surat nikah walaupun kau mendapatkannya. Aku hanya ingin kau penuhi janjimu terlebih dahulu," ucap Maya bersikeras. "Maya, kita sudah resmi terdaftar seara hukum. Kau menerimaku atau tidak itu bukan lagi masalah. ""Kalau begitu ambil saja sendiri. Aku tidak akan menurutimu untuk masuk.""Maya Lin, apa kau akan menggunakan cara yang sama, kau
"Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau untuk mengikatku, sekarang aku menuntut keadilan, Jika kau tidak mau melakukannya, Aku akan terus mendesak sampai kau bosan." Maya menagih janji pria itu. Samuel menunjukkan ekspresi bosan. "Aku sudah mengatakan akan mengumumkan di pesta perusahaan, tapi aku ingin kau berjanji satu hal padaku," ucap Samuel menatap lurus Maya. "Kau masih memintaku melakukan hal lain lagi? Samuel Ren, ada berapa banyak tuntutan yang kau ingin aku lakukan bahkan tidak ada dalam kontra perjanjian kita?" "Maya Lin, ini adalah hal yang paling penting dan jika kau tidak setuju maka aku tidak akan pernah dapat memenuhi keinginanmu." Maya merasa kesal, dia sering bertemu dengan sutradara yang menyebalkan atau lawan main yang sombong, tapi tidak ada yang lebih merepotkan daripada berhadapan dengan bos sombong yang egois seperti pria ini. Dia bertanya-tanya pasti diri sudah buta saat itu karena tergila-gila dengan pria ini di masa lalu bahkan mengorbankan banyak hal."
"Maya Lin, kau mau percaya atau tidak, faktanya bukan aku yang melakukannya!" ucap Samuel dengan tegas. Saat ini mereka berdua sedang berada di kamar utama untuk mendiskusikan hal pribadi tentang masalah yang terjadi. "Jika bukan kau siapa orang yang akan menyebarkan masalah beberapa tahun lalui? Aku ingat, di masa lalu kaulah yang menuduhku berselingkuh?" ucap Maya bersikeras dengan tuduhannya. Samuel membaca postingan yang ada di ponselnya dan melihat foto-foto yang memang terlihat di ambil beberapa tahun yang lalu. Dia kemudian kembali menatap Maya. "Apa kau memang berselingkuh dariku saat itu?"Maya yang sedang marah semakin marah dengan percikan minyak yang semakin menyalakan api. "Samuel, jika aku memang seperti itu, apa mungkin aku akan menjalani kehidupan penuh kesulitan dan bahkan memulai karirku dari bawah. Kau juga tidak akan mempercayai alasanku ini, kan?" "Kau bahkan tidak mau mengakui anakku karena berpikir seperti itu, kan? Kau juga menuduhku berselingkuh saat itu d
"Maya Lin! Kau!" Samuel merintih pelan karena tindakan kasar Maya Lin. Wanita itu telah menendang harta berharganya. "Rasakan, itu hukuman yang pantas untukmu sehingga kau tidak melecehkan seseorang hanya demi memenuhi keinginan benda itu." Maya dengan cepat melarikan diri dari ruangan itu. Samuel tidak punya tenaga untuk mengejarnya. Pria itu hanya duduk memulihkan dirinya. "Awas saja nanti, aku akan membuatmu kecanduan dan tidak bisa berjalan selama seminggu," ucap Samuel bertekat untuk membalasnya..***"Aku bukan anak remaja lagi, tetapi kenapa jantungku berdebar kencang seperti ini hanya karena dia ingin mencium. dan menyentuhku?" Maya menghela nafas berusaha untuk mengatur debaran jantung yang tidak terkendali. Sebagai seorang aktris yang bermain dalam drama romansa, sudah biasa baginya melakukan adegan ciuman bahkan berpelukan, tetapi kenapa perasaannya aneh. "Tidak mungkin aku masih menyukai pria itu? Perasaan itu sudah lama aku buang jauh-jauh."Kehidupan ini bukanlah sebu
"Dia bilang dihubungi oleh nomer tidak di kenal. Susah untuk melacak IP si penelepon dengan mudah, pihak operator juga tidak mau bekerja sama,' ucap Asisten Jung menjelaskan."Samuel merespon dengan kesal. "Apa mereka ingin menentang?" Wajah Samuel menjadi gelap lalu berkata, "Kita hancurkan saja perusahaan mereka.""CEO Ren, jangan gegabah. Anda tidak lupa dengan apa yang terjadi pada kerabat anda yang menggunakan kekuasaan sesuka hati. Lagipula perusahaan itu milik pemerintah. Aku akan meminta seorang teman untuk menyelidiki ini dengan lebih mendalam." Asisten Jung mencoba menenangkan Bosnya ini. Samuel menghela nafas panjang, setuju denan perkataan Asistennya itu. "Baiklah, lakukan saja. Bilang saja nanti berapa biaya jasa temanmu itu. Jika berhasil menangkap tikus itu aku akan memberimu dan dia bonus." "Ya, tapi ada hal darurat lain yang perlu anda tahu." Samuel tidak menjawab saat mendengar helaan nafas dari Asistennya yang berada di ujung telepon. "CEO Ren, kapan anda datang
Samuel menatap Maya tajam, "Aku berniat untuk memberikan tanggung jawab rumah ini, termasuk para pelayan padamu, tapi...,” ucapnya berhenti sejenak, sambil memperhatikan setiap gerakan Maya, “tapi melihat kau memiliki rencana buruk padaku. Aku pikir lebih baik kau tidak memiliki akses untuk mengatur para pelayan.”"Rencana buruk apa yang aku miliki? Aku hanya meminta pelayan ini untuk mengambil pakaian yang ada di almari." Maya menjawabnya dengan tenang. "Benarkah hanya itu? Kenapa pelayan itu sampai berlutut? Maya, kau menyembunyikan yang sebenarnya, kan?" Samuel masih menatapnya dengan curiga; dia tidak percaya dengan jawaban Maya. "Kenapa kau selalu curiga padaku? Apa aku hanya bisa melakukan hal-hal buruk, itukah yang kau pikirkan? Aku juga tidak peduli kau mau percaya padaku atau tidak. Bahkan, aku juga tidak butuh kau memberiku tangung jawab di rumah ini." Maya mengucapkan dengan acuh tak acuh. Dia tidak ingin bertengkar dengan pria ini. Maya kembali mengalihkan pandangannya k
"Sial, kenapa bisa seperti ini? Samuel tidak menyadari rencanaku, kan? Aku harap dia tidak melakukan sesuatu yang tidak masuk akal lagi." Maya berteriak marah. "Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Samuel sehingga menjebakku seperti ini?" Maya berulang kali mondar mandir lalu menarik knop pintu, tetapi tidak ada yang berubah. Seberapa keras menariknya, pintu itu tidak bergerak seincipun; dirinya benar-benar terkunci dari luar. Maya membuka pintu balkon, ada banyak orang yang berjaga di sana. Maya menghela nafas panjang. "Tidak cukup baginya untuk membuatku tidak bisa membebaskan diri ke dunia luar, Sekarang bahkan keluar dari kamar juga tidak bisa. " keluhnya dengan perasaan campur aduk. Maya tidak terlalu peduli jika dirinya harus terjebak, tetapi tidak untuk saat ini. "Jika begini bagaimana aku menerimanya paket itu?" Maya telah menghubungkan managernya untuk membawakan pakaian sekaligus sesuatu yang lain. "Seandainya Samuel memeriksanya, aku akan kehilangan itu lagi."Wajah Maya
"Tuan Kecil, maafkan atas tindakan saya. Saya tahu seharusnya saya tidak memeriksa dengan kasar. Tidak perlu menganggu Tuan Muda dalam masalah ini. " Kepala pelayan akhirnya memilih untuk menyerahkan. Wajah Stelion masih serius. " Paman Kepala Pelayan, apa gunanya kau meminta maaf padaku? Ini bukan milikku, kau seharusnya datang pada mama, akui tindakanmu lalu meminta maaf padanya!" "Kenapa? Bukankah sudah sewajarnya bagi orang yang bersalah untuk meminta maaf secara langsung pada orangnya? Itu yang diajarkan padaku. Kepala Pelayan, apa tidak ada yang mengajarkan padamu tentang hal ini? Apa kau bahkan tidak tahu yang anak kecil sepertiku saja tahu." Stelio menyindir dengan cara halus, tetapi tatapannya masih begitu tajam. Kepala pelayan terdiam dan merasa ketidaknyamanan pada tatapan tajam Stelion. Dia merasa diejek oleh sang tuan kecil yang tampaknya begitu cerdas. "Baiklah. Saya akan meminta maaf pada Nyonya secara langsung," ucap Kepala Pelayan setelah terdiam untuk merenungka