Beranda / Romansa / Skandal sang Nyonya Muda / BAB-151: KEJUTAN DI LAYAR

Share

BAB-151: KEJUTAN DI LAYAR

Penulis: UMMA LAILA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 21:41:31

Ponsel yang masih tergenggam erat di tangan Nayara tiba-tiba kembali bergetar. Layar menampilkan nama yang baru saja pergi, membuat nafasnya tercekat sesaat—Rei.

Dengan jantung yang masih berdegup tak karuan, Nayara menggeser layar. “Halo?”

“Menontonlah televisi sekarang,” suara Rei terdengar rendah, namun tegas.

Alis Nayara berkerut. “Apa maksudmu? Ada apa lagi, Rei?”

“Akan ada kejutan. Sesuatu yang sebaiknya kamu lihat sendiri.” Ucapannya singkat, hampir seperti perintah.

“Ke—kejutan?” Nayara semakin bingung. “Rei, jangan main-main di saat seperti ini. Aku baru saja—”

Namun Rei tidak memberi kesempatan. “Nayara, percayalah. Nyalakan televisi. Kamu akan mengerti.”

Sebelum Nayara sempat menuntut penjelasan lebih jauh, sambungan sudah terputus.

Ia menatap layar ponselnya yang kembali gelap, lalu mendengus frustasi. “Dasar pria menyebalkan…” gumamnya pelan.

Dengan langkah gontai, ia mengambil remote dari atas meja. Tangannya sedikit gemetar ketika menyalakan televisi besar yang menempel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB 153 – RUMAH SAKIT?

    Raka perlahan membuka mata. Pandangannya buram, cahaya putih keemasan sore menembus tirai tipis yang menutup jendela besar di sebelah kanan. Hidungnya menangkap bau khas antiseptik bercampur lembut dengan aroma bunga mawar yang diletakkan di meja kecil dekat ranjang. Ia mengerjap, mencoba memahami dimana dirinya berada. Bukan kamarnya di rumah. Bukan ruang kerja. Tempat ini terlalu sunyi, tapi juga terlalu rapi.Jantungnya berdetak lebih cepat. Dengan sisa tenaga, ia menggerakkan tangan. Dingin. Jemarinya menyentuh seprai putih kaku yang terlipat rapi. Matanya beralih, mendapati selang infus menusuk lengannya, meneteskan cairan bening perlahan. Di dinding, sebuah monitor menunjukkan garis-garis ritme jantung.“Kamar... rumah sakit?” gumamnya parau. Tenggorokannya kering seakan habis menelan pasir.Ia mencoba duduk, tapi kepalanya berdenyut tajam. Ingatannya melayang ke momen terakhir—Selina, pertengkaran hebat, lalu... gelap. Seingatnya, ia masih di kamar rumah, bukan di sini. Bagaima

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-152 KEPARAT

    Raka duduk sendirian di ruang tengah rumah besarnya. Kaca jendela tinggi memantulkan bayangan dirinya yang tengah diliputi kegelisahan. Tatapan matanya kosong, namun pikirannya riuh oleh suara-suara yang tak henti menekan: suara Nayara yang dingin, suara dirinya sendiri yang memohon, dan gema penolakannya yang membuat dadanya sesak.Entah sudah berapa kali ia mencoba menghubungi Nayara dalam beberapa hari terakhir, namun hasilnya sama: penolakan. Nayara seolah membangun tembok tebal di hadapannya, menolak segala bentuk kedekatan yang ia tawarkan.“Dia pasti cuma marah sebentar. Nayara hanya sedang merajuk,” gumam Raka pelan, seakan mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Aku tahu dia. Dia akan kembali. Dia pasti kembali…”Namun kata-kata itu terasa hambar di telinganya sendiri. Tidak ada keyakinan di sana, hanya doa yang terpaksa ia ucapkan agar dirinya tak jatuh semakin dalam ke jurang putus asa.Ia menghela napas panjang, lalu menenggak segelas air putih di meja. Tubuhnya terasa berat

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-151: KEJUTAN DI LAYAR

    Ponsel yang masih tergenggam erat di tangan Nayara tiba-tiba kembali bergetar. Layar menampilkan nama yang baru saja pergi, membuat nafasnya tercekat sesaat—Rei.Dengan jantung yang masih berdegup tak karuan, Nayara menggeser layar. “Halo?”“Menontonlah televisi sekarang,” suara Rei terdengar rendah, namun tegas.Alis Nayara berkerut. “Apa maksudmu? Ada apa lagi, Rei?”“Akan ada kejutan. Sesuatu yang sebaiknya kamu lihat sendiri.” Ucapannya singkat, hampir seperti perintah.“Ke—kejutan?” Nayara semakin bingung. “Rei, jangan main-main di saat seperti ini. Aku baru saja—”Namun Rei tidak memberi kesempatan. “Nayara, percayalah. Nyalakan televisi. Kamu akan mengerti.”Sebelum Nayara sempat menuntut penjelasan lebih jauh, sambungan sudah terputus.Ia menatap layar ponselnya yang kembali gelap, lalu mendengus frustasi. “Dasar pria menyebalkan…” gumamnya pelan.Dengan langkah gontai, ia mengambil remote dari atas meja. Tangannya sedikit gemetar ketika menyalakan televisi besar yang menempel

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-150 JALAN YANG DIPILIH

    “Sepertinya waktu kita sudah habis, Tuan Putri. Aku akan kembali sebelum para reporter yang menyebalkan itu tahu aku ada disini.”Rei bangkit dari sofa setelah perbincangan panjang yang melelahkan. Sorot matanya teduh namun tegas, seolah tak ada ruang bagi keraguan. Ia meraih jaket hitamnya yang tadi sempat dilepaskan, lalu melangkah mendekati Nayara.Suksesor Adinata masih duduk kaku di sofa tunggal, jemarinya sibuk memainkan cangkir teh yang sudah dingin. Pandangannya menunduk, tidak berani menatap langsung. Rei tersenyum, lalu dengan lembut menggenggam tangannya.Tanpa aba-aba, ia menunduk. Bibirnya menyentuh punggung tangan Nayara dengan sangat pelan, seperti menyimpan sebuah janji. Kehangatan itu singkat, namun cukup untuk membuat jantung Nayara berdetak lebih kencang.“Jangan nakal lagi seperti kemarin,” ucap Rei lirih, nadanya lembut sekaligus mengikat. “Dan jangan bertindak sendirian… atau aku akan sedih.”Kata sedih itu terucap ringan, tapi membawa beban tersendiri. Ada rasa

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-149 RAHASIA

    Tak lama setelah pelayan menarik napas panjang dan menunggu konfirmasi, pintu ruang kerja itu kembali terbuka. Seorang pelayan muda membawa nampan berisi teko teh jasmine panas dan beberapa kue kecil, langkahnya hati-hati agar tak menimbulkan suara yang akan mengganggu suasana.“Tamu sudah siap, Bu,” suaranya sopan.Nayara mengangguk. Jantungnya masih berdegup cepat—antara tegang dan ingin tahu. Ia berdiri, menyapukan kipas kecil di tangan, lalu menatap langkah yang memasuki ruangan.Tepat seperti yang ia duga, sosok itu tidak memakai jas atau kemeja rapi seperti yang biasa terlihat di ruangan rapat. Hoodie hitam menutupi rambutnya, celana hitam rapi membungkus kakinya—gaya yang simpel namun penuh wibawa. Namun yang paling membuat nafasnya tercekat adalah tatapan dingin itu, mata yang selama ini selalu membuatnya merasa kecil sekaligus aman.“Rei.” Suara Nayara melunak tanpa ia sendiri duga.Rei melepas hoodienya dengan santai, meletakkannya di sandaran kursi. Senyum samar muncul, buk

  • Skandal sang Nyonya Muda   BAB-148 TAMU TAK TERDUGA

    Usai telepon dari Selina terputus, Nayara masih duduk terpaku. Ponsel diletakkannya di meja, tapi bayangan suara tawa sinis itu terus bergema di telinga. Dadanya naik turun, seperti ada beban besar yang menghimpit hingga sulit bernapas.“Kenapa harus begini…” gumamnya lirih, menundukkan kepala.Mata Nayara memandang kosong ke arah jendela kamar. Ia sudah cukup kalut dengan berita fitnah pagi ini, dan kini Selina justru menambah luka dengan kata-kata tajam yang menusuk. Wajar bila rasa takutnya kian menjadi-jadi. Jika benar saksi itu akan menampilkan bukti palsu ke publik, maka kantor Adinata Grup pasti sudah dikepung reporter sejak dini hari.Tangan Nayara gemetar ketika ia meraih ponsel lagi. Ada dorongan untuk segera berangkat ke kantor, membuktikan bahwa dirinya tidak lari dari masalah. Namun bayangan kerumunan wartawan yang menunggu di depan lobi membuat nyalinya ciut.“Tidak… aku tidak sanggup menghadapi itu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status