Share

BAB 6: Paksaan

“Bagaimana keada’anya?” Tanya Axel sambil bersedekap, pria itu berdiri di sisi jendela melihat keluar klinik.

“Pergelangan tangannya terkilir dan bengkak, lututnya terluka, kaki kirinya di gips karena cedera, ada retakan di tulangnya. Butuh dua bulan, agar akan sembuh total,” jawab Adela sambil menuliskan resep obat. “Kau menabraknya? Apa ada saksi?” Tanya Adela seraya memberikan selembar resep obat kepada Axel.

“Aku harap tidak ada saksi,” bisik Axel dengan serius.

“Kau harus mengurusnya dan bertanggung jawab dengan baik Axel, jangan menambah masalahmu dengan lari dari tanggung jawab.”

“Aku tahu.”

Axel langsung pergi keluar dari ruangan Adela begitu mendapatkan resep obatnya.

Axel pergi menemui Naomi, apapun yang terjadi, dia harus menyelesaikan masalah ini secepatnya dan membuat gadis cerewet itu tutup mulut.

Pergerakan kecil Naomi yang kembali terbangun dari pingsannya membuat Axel semakin mendekat dan berdiri di sisi ranjangnya, pria itu memasang ekspresi dingin memperhatikan gerak-gerik Naomi yang mengerang dalam gumamannya meminta minum.

Tanpa bicara Axel mengambilkan minum dan membantunya.

Perlahan Naomi membuka matanya merasakan kepalanya berputar-putar masih berada di bawah pengaruh obat bius, gadis itu mengerjap pelan melihat seorang pria tampan berdiri di hadapannya.

“Arght,” ringis Naomi merasakan kepalanya berdenyut sakit dan tubuhnya terasa linu, samar ingatan Naomi berputar mengingatkan kembali apa yang telah terjadi kepada dirinya.

Axel segera menarik kursi dan duduk di sisi ranjang. “Jika kau sudah sadar sepenuhnya, aku ingin berbicara denganmu.”

Susah payah Naomi mencoba duduk, sementara Axel hanya diam dan memperhatikan tanpa berniat ingin membantunya, bahkan tidak ada rasa bersalah dan kasihan sedikitpun di matanya. Pria angkuh itu mengakui kesalahannya, namun dia tidak ingin mengulurkan tangan lebih jauh karena dia tidak mengakui bahwa kecelakaan itu sepenuhnya salah dirinya.

“Bagaimana keadaanmu?” Tanya Axel dengan nada suara yang dingin, Axel menyembunyikan kekesalannya karena kecelakaan yang terjadi padanya sekarang membuat Axel harus memundurkan jadwal pekerjaannya.

Naomi menatap sengit Axel begitu teringat pria tampan yang berada di hadapannya saat ini adalah orang yang telah menabraknya.

Rasa sakit di seluruh badan hingga kepala membuat Naomi celingukan memeriksa seluruh tubuhnya bagian mana saja yang terluka. Begitu selesai memeriksa, Naomi kembali melihat Axel yang masih memasang ekspresi dingin dan angkuh.

Di bandingkan dengan sikap angkuh Axel, Naomi lebih serius meneliti wajah hingga penampilan Axel yang membuat gadis itu langsung tahu dari bahwa pria itu adalah orang kaya.

Orang kaya? Ini kesempatan besar untuk Naomi!

“Kau menabrakku,” tuntut Naomi sambil berpikir keras kata-kata apalagi yang harus dia ucapkan agar pria asing di hadapannya bisa membantunya.

“Aku menabrakmu karena kau menyebrang tidak pada tempatnya, kecelakaan ini bukan salahku sepenuhnya,” bela Axel dengan enteng.

“Tetap saja, kau juga salah karena telah lalai mengemudi.”

“Katakan saja apa yang kau butuhkan,” putus Axel tidak mau bertele-tele dan ambil pusing. Belum sempat Naomi angkat bicara untuk menjawab, pria itu sudah lebih dulu mengeluarkan dompetnya, mengambil lembaran banyak uang dan sebuah kartu nama, lalu meletakannya di hadapan Naomi.

“Ini cukup kan?” tanya Axel dengan nada angkuhnya.

 “Cih!” Naomi bercih dan membuang muka. “Luka di lutut akan meninggalkan bekas, itu tidak cukup untuk biaya ke dokter kecantikan, tanganku sakit, kakiku harus di gips, kau pikir uang itu cukup hah?” Naomi menggertak.

Axel segera beranjak dari duduknya. “Hubungi nomer ini, sekretarisku akan mengurus apa yang kau butuhkan.”

“Semua yang aku butuhkan?”

“Memangnya apa yang kau butuhkan?” tanya balik Axel.

 “Luxury apartement,” jawab Naomi begitu jujur. Di bandingkan dengan kesehatan tubuhnya yang saat ini terluka, Naomi lebih butuh tempat tinggal sebelum hari kembali gelap.

Axel berdecih jijik, pria itu tidak habis pikir dengan sikap tidak tahu malu Naomi yang langsung memerasnya secara terang-terangan, bahkan gadis itu memasang wajah polos dengan mata berbinar penuh harap seakan Axel adalah jenis spesies yang bisa memberikan apapun yang di mintanya.

 “Hayalkan saja dalam mimpimu!” balas Axel dengan tajam, pria itu langsung berbalik pergi enggan untuk membuang waktu lagi.

“Tunggu! Kita belum selesai berbicara,” panggil Naomi, namun Axel hanya membalasnya dengan lambaian kecil di tangannya tidak mau membicarakan apapun lagi.

“Tolong aku! Pria itu tidak mau bertanggung jawab setelah menabrakku!” teriak Naomi dengan jeritan kerasnya di dalam kelinik sambil menunjuk-nunjuk Axel.

Semua orang yang ada dalam klinik langsung menengok ke arah Axel, mereka bersiap-siap akan berlari mengejar bila mana Axel tetap pergi. Tangisan Naomi yang kian keras dan memanggil Axel seperti penjahat berhasil menarik banyak perhatian.

Axel menutup wajahnya begitu malu, dengan terpaksa pria itu kembali berbalik menemui Naomi lagi dan segera duduk di sisi ranjangnya.

To Be Continued..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status