Share

BAB 5: Kesialan

“Apa urusannya denganmu? Kenapa ingin tahu?” tanya balik Naomi dengan ketus.

Masih dengan senyuman ramahnya Jamal menunjuk ke atas, tepatnya ke jalan penyebrangan yang tidak jauh dari posisi mereka. “Dalam satu tahun ini, sudah ada tiga orang yang duduk di sini dan menangis sepertimu, lalu mereka melompat dari atas sana untuk mengakhiri hidup mereka.”

Bulu kuduk Naomi meremang merasakan ketakutan yang begitu kuat. “Aku kesulitan mencari apartement,” pada akhirnya Naomi memberitahu masalahnya.

“Lalu?”

“Aku butuh apartement murah namun bagus,” jawab Naomi malu.

Jamal bersedekap, meneliti barang bawaan Naomi dan penampilannya yang tidak menunjukan bahwa Naomi adalah gadis biasa.

 Jamal pun berkata, “Kebetulan aku tinggal di sini, di apartement Luxury itu” Jamal menunjuk sebuah gedung apartement di sisi pantai.

Mata Naomi berbinar seketika seakan keputus asaannya sirna hanya dengan mendengar jawaban Jamal. Naomi sangat berharap jika melalui orang asing yang baru beberapa menit dia kenal itu, dia mendapatkan tempat tinggal yang di inginkan. “Benarkah? Bagaimana dengan biaya sewanya?” tanya Naomi berantusias.

“Terjangkau, bagus dan nyaman. Kau bisa berkonsultasi terlebih dahulu,  jika kau ingin melihat-lihat aku bisa mengantarmu ke sana, kebetulan aku juga akan pulang sekarang.”

Naomi mengangguk penuh semangat, dengan terburu-buru gadis itu segera beranjak. Tanpa curiga dan berpikiran dua kali, Naomi percaya begitu saja dengan kebaikan yang di tawarkan Jamal kepadanya.

Naomi kembali menggendong ranselnya dengan senyuman cerahnya.

“Mau aku bantu?” Jamal mengulurkan tangannya dan tetap tersenyum ramah terlihat begitu hangat dan baik.

“Terima kasih,” Naomi mendorong satu kopernya di berikan kepada Jamal, mereka segera pergi menyusuri jalan, Naomi mengikuti Jamal yang berjalan di depannya.

Kesedihan di mata Naomi hilang, kini gadis itu bisa kembali tersenyum lebar dan berharap besar bahwa bantuan Jamal akan menjadi penyelamatanya di hari ini.

“Kau dari mana? Kenapa terlihat kebingungan di sini?” tanya Jamal.

“Aku kabur dari rumahku dan baru pertama kali ada di kota ini sendirian,” Naomi tertunduk sedih memberitahu semuanya dengan jujur.

“Kau terlihat tidak terbiasa bepergian.”

“Ya, begitulah, biasanya ada pengawalku yang membantu,” cerita Naomi.

Senyuman Jamal melebar, pria itu senang kegirangan karena ternyata gadis yang menjadi targetnya kali ini akan sangat mudah di atasi. Senyuman yang semula terlukis di bibir Jamal perlahan menghilang, pria itu membungkuk mengangkat koper besar Naomi untuk di panggul. Di detik selanjutnya, dengan cepat Jamal berlari kencang meninggalkan Naomi.

Naomi sempat mematung kaget melihat Jamal berlari meninggalkannya.

“Hey! Jamal!” Teriak Naomi menjerit begitu tersadar jika pria asing yang membantunya itu adalah pencuri. “Berhenti Kau! Dasar bajingan! Jamal berhenti!” Jeritan Naomi kian keras, dengan bersusah payah gadis itu menarik satu kopenya dan berlari mengejar Jamal yang bergerak kian jauh.

“Tolong! Dia mencuri koperku!”

Teriakan Naomi yang keras dan meminta tolong mengundang banyak perhatian para pejalan kaki. Orang-orang tidak ada yang bergerak dan membantunya, mereka lebih memilih kembali melanjutkan aktivitas mereka daripada harus repot-repot ikut campur.

Langkah kaki Naomi terseok-seok, peluh keringat membasahi wajahnya, Jamal kian jauh di depan matanya. Langkah kaki Jamal yang lebar dan bergerak cepat begitu gesit benar-benar mustahil untuk bisa di kejar.

“Berhenti brengsek!  Jangan membawa barang-barangku! Itu alat kecantikan dan celana dalamku! Jamal berhenti bajingan!” Sekali lagi Naomi berteriak melihat Jamal yang menyebrang jalan.

Baru beberapa langkah Naomi juga akan menyebrang jalan, suara rem sebuah kendaraan terdengar bersama dengan hantaman keras di tubuhnya.

Naomi tertabrak mobil, tubuh Naomi terpental ke kaca dan terjatuh ke aspal.

Naomi langsung menangis dalam rintihan begitu tubuhnya terguling-guling ke jalanan, tangannya terpelintir dan tertindih koper besar yang di bawanya.

***

Axel yang berada dalam mobil mematung kaget, pria itu mengerjap beberapa kali hingga mencengkram kemudi begitu kuat, wajah Axel memucat tersadar jika dia sudah menabrak seseorang.

Axel mengatur napasnya beberapa kali mencoba untuk mengambil ketenangan dan menunggu waktu beberapa detik, berharap jika orang yang tidak sengaja dia tabrak bisa bangun kembali.

“Sialan,” Axel memaki dan memukul kemudi.  Axel memutuskan keluar dari mobilnya dan memastikan keadaan orang yang telah di tabraknya karena dia tidak bangun-bangun.

Rasa khawatir dan gugup menyelimuti Axel begitu melihat seseorang yang di tabraknya meraung menangis kesakitan di jalanan, darah berceceran di aspal, dengan hati-hati Axel mendekat dan membungkuk di hadapan Naomi.

“Nona, Anda baik-baik saja?” tanya Axel terbata.

“Baik-baik saja katamu? Matamu buta hah? lihat tangan dan kakiku brengsek, sakit sekali” Maki Naomi dengan tangisan yang kian keras. Naomi sangat kesal karena hari ini dia langsung di timpa dua kesialan, di rampok dan tertabrak.

“Saya akan membawa Anda ke rumah sakit.”

“Panggil ambulance! Aku tidak ingin di angkat sembarangan!” teriak Naomi lagi dengan tangisan kerasnya. Kakinya begitu sakit dan keram, terasa begitu ngilu hanya dengan sedikit gerakan saja.

Tanpa bertanya lagi Axel langsung mengambil handponenya dan menghubungi klinik terdekat. Axel harus membawanya secepat mungkin agar dapat mendapatkan pertolongan pertama dan tidak ada orang lain yang melihatnya, ini akan menjadi masalah besar untuknya jika ada orang lain yang melihatnya.

***

Sudah hampir dua jam Axel tertahan di klinik karena gadis yang tidak sengaja dia tabrak harus mendapatkan penanganan khusus dan pemeriksaan yang menyeluruh.

Hari ini cukup sial untuk Axel karena dia sudah menabrak seseorang, sialnya lagi keadaan orang yang di tabraknya terlihat cukup parah. Mungkin tidak bisa di selesaikan hanya dengan uang konpensasi saja.

Axel cukup dibuat kerepotan oleh gadis itu, sepanjang perjalanan menuju klinik dia hanya mendengarkan tangisannya dan menggenggam erat tangan Axel, membawa paksa Axel masuk ke dalam ambulance karenat takut Axel pergi kabur lepas tanggung jawab.

Tangisannya kian keras histeris ketakutan begitu memasuki klinik, satu-satunya hal yang membuat gadis itu diam adalah pingsan karena takut di suntik.

Paam sempat berpikir jika orang yang tidak sengaja dia tabrak itu mengalami luka biasa, namun jika dilihat dari penanganan dokter yang menghabiskan waktu lama, Axel merasa sedikit khawatir jika keadaannya jauh lebih buruk.

Ini akan sangat merepotkan Axel.

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status