Share

BAB 5: Kesialan

Author: Asayake
last update Last Updated: 2022-11-22 11:15:34

“Apa urusannya denganmu? Kenapa ingin tahu?” tanya balik Naomi dengan ketus.

Masih dengan senyuman ramahnya Jamal menunjuk ke atas, tepatnya ke jalan penyebrangan yang tidak jauh dari posisi mereka. “Dalam satu tahun ini, sudah ada tiga orang yang duduk di sini dan menangis sepertimu, lalu mereka melompat dari atas sana untuk mengakhiri hidup mereka.”

Bulu kuduk Naomi meremang merasakan ketakutan yang begitu kuat. “Aku kesulitan mencari apartement,” pada akhirnya Naomi memberitahu masalahnya.

“Lalu?”

“Aku butuh apartement murah namun bagus,” jawab Naomi malu.

Jamal bersedekap, meneliti barang bawaan Naomi dan penampilannya yang tidak menunjukan bahwa Naomi adalah gadis biasa.

 Jamal pun berkata, “Kebetulan aku tinggal di sini, di apartement Luxury itu” Jamal menunjuk sebuah gedung apartement di sisi pantai.

Mata Naomi berbinar seketika seakan keputus asaannya sirna hanya dengan mendengar jawaban Jamal. Naomi sangat berharap jika melalui orang asing yang baru beberapa menit dia kenal itu, dia mendapatkan tempat tinggal yang di inginkan. “Benarkah? Bagaimana dengan biaya sewanya?” tanya Naomi berantusias.

“Terjangkau, bagus dan nyaman. Kau bisa berkonsultasi terlebih dahulu,  jika kau ingin melihat-lihat aku bisa mengantarmu ke sana, kebetulan aku juga akan pulang sekarang.”

Naomi mengangguk penuh semangat, dengan terburu-buru gadis itu segera beranjak. Tanpa curiga dan berpikiran dua kali, Naomi percaya begitu saja dengan kebaikan yang di tawarkan Jamal kepadanya.

Naomi kembali menggendong ranselnya dengan senyuman cerahnya.

“Mau aku bantu?” Jamal mengulurkan tangannya dan tetap tersenyum ramah terlihat begitu hangat dan baik.

“Terima kasih,” Naomi mendorong satu kopernya di berikan kepada Jamal, mereka segera pergi menyusuri jalan, Naomi mengikuti Jamal yang berjalan di depannya.

Kesedihan di mata Naomi hilang, kini gadis itu bisa kembali tersenyum lebar dan berharap besar bahwa bantuan Jamal akan menjadi penyelamatanya di hari ini.

“Kau dari mana? Kenapa terlihat kebingungan di sini?” tanya Jamal.

“Aku kabur dari rumahku dan baru pertama kali ada di kota ini sendirian,” Naomi tertunduk sedih memberitahu semuanya dengan jujur.

“Kau terlihat tidak terbiasa bepergian.”

“Ya, begitulah, biasanya ada pengawalku yang membantu,” cerita Naomi.

Senyuman Jamal melebar, pria itu senang kegirangan karena ternyata gadis yang menjadi targetnya kali ini akan sangat mudah di atasi. Senyuman yang semula terlukis di bibir Jamal perlahan menghilang, pria itu membungkuk mengangkat koper besar Naomi untuk di panggul. Di detik selanjutnya, dengan cepat Jamal berlari kencang meninggalkan Naomi.

Naomi sempat mematung kaget melihat Jamal berlari meninggalkannya.

“Hey! Jamal!” Teriak Naomi menjerit begitu tersadar jika pria asing yang membantunya itu adalah pencuri. “Berhenti Kau! Dasar bajingan! Jamal berhenti!” Jeritan Naomi kian keras, dengan bersusah payah gadis itu menarik satu kopenya dan berlari mengejar Jamal yang bergerak kian jauh.

“Tolong! Dia mencuri koperku!”

Teriakan Naomi yang keras dan meminta tolong mengundang banyak perhatian para pejalan kaki. Orang-orang tidak ada yang bergerak dan membantunya, mereka lebih memilih kembali melanjutkan aktivitas mereka daripada harus repot-repot ikut campur.

Langkah kaki Naomi terseok-seok, peluh keringat membasahi wajahnya, Jamal kian jauh di depan matanya. Langkah kaki Jamal yang lebar dan bergerak cepat begitu gesit benar-benar mustahil untuk bisa di kejar.

“Berhenti brengsek!  Jangan membawa barang-barangku! Itu alat kecantikan dan celana dalamku! Jamal berhenti bajingan!” Sekali lagi Naomi berteriak melihat Jamal yang menyebrang jalan.

Baru beberapa langkah Naomi juga akan menyebrang jalan, suara rem sebuah kendaraan terdengar bersama dengan hantaman keras di tubuhnya.

Naomi tertabrak mobil, tubuh Naomi terpental ke kaca dan terjatuh ke aspal.

Naomi langsung menangis dalam rintihan begitu tubuhnya terguling-guling ke jalanan, tangannya terpelintir dan tertindih koper besar yang di bawanya.

***

Axel yang berada dalam mobil mematung kaget, pria itu mengerjap beberapa kali hingga mencengkram kemudi begitu kuat, wajah Axel memucat tersadar jika dia sudah menabrak seseorang.

Axel mengatur napasnya beberapa kali mencoba untuk mengambil ketenangan dan menunggu waktu beberapa detik, berharap jika orang yang tidak sengaja dia tabrak bisa bangun kembali.

“Sialan,” Axel memaki dan memukul kemudi.  Axel memutuskan keluar dari mobilnya dan memastikan keadaan orang yang telah di tabraknya karena dia tidak bangun-bangun.

Rasa khawatir dan gugup menyelimuti Axel begitu melihat seseorang yang di tabraknya meraung menangis kesakitan di jalanan, darah berceceran di aspal, dengan hati-hati Axel mendekat dan membungkuk di hadapan Naomi.

“Nona, Anda baik-baik saja?” tanya Axel terbata.

“Baik-baik saja katamu? Matamu buta hah? lihat tangan dan kakiku brengsek, sakit sekali” Maki Naomi dengan tangisan yang kian keras. Naomi sangat kesal karena hari ini dia langsung di timpa dua kesialan, di rampok dan tertabrak.

“Saya akan membawa Anda ke rumah sakit.”

“Panggil ambulance! Aku tidak ingin di angkat sembarangan!” teriak Naomi lagi dengan tangisan kerasnya. Kakinya begitu sakit dan keram, terasa begitu ngilu hanya dengan sedikit gerakan saja.

Tanpa bertanya lagi Axel langsung mengambil handponenya dan menghubungi klinik terdekat. Axel harus membawanya secepat mungkin agar dapat mendapatkan pertolongan pertama dan tidak ada orang lain yang melihatnya, ini akan menjadi masalah besar untuknya jika ada orang lain yang melihatnya.

***

Sudah hampir dua jam Axel tertahan di klinik karena gadis yang tidak sengaja dia tabrak harus mendapatkan penanganan khusus dan pemeriksaan yang menyeluruh.

Hari ini cukup sial untuk Axel karena dia sudah menabrak seseorang, sialnya lagi keadaan orang yang di tabraknya terlihat cukup parah. Mungkin tidak bisa di selesaikan hanya dengan uang konpensasi saja.

Axel cukup dibuat kerepotan oleh gadis itu, sepanjang perjalanan menuju klinik dia hanya mendengarkan tangisannya dan menggenggam erat tangan Axel, membawa paksa Axel masuk ke dalam ambulance karenat takut Axel pergi kabur lepas tanggung jawab.

Tangisannya kian keras histeris ketakutan begitu memasuki klinik, satu-satunya hal yang membuat gadis itu diam adalah pingsan karena takut di suntik.

Paam sempat berpikir jika orang yang tidak sengaja dia tabrak itu mengalami luka biasa, namun jika dilihat dari penanganan dokter yang menghabiskan waktu lama, Axel merasa sedikit khawatir jika keadaannya jauh lebih buruk.

Ini akan sangat merepotkan Axel.

To Be Continued..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status