Share

5.

Author: Ade Tiwi
last update Last Updated: 2021-04-19 11:45:36

Hasan terus menarik tanganku kasar sampai ke halaman rumah, menyuruhku masuk ke dalam mobilnya setelah ia membukakan pintu mobil untukku. 

"Masuk!" titahnya sekali lagi nyaris membentak. 

Aku mengangguk pasrah karena tak ingin semakin membuatnya tambah marah. Setelah aku masuk, tak lama kemudian Hasan pun menyusul masuk ke dalam, lebih tepatnya duduk di kursi kemudi. 

Ia menoleh ke arahku dan hendak memasangkan sabuk pengaman padaku, tapi dengan cepat ku tepis tangannya yang sudah terulur. "Aku bisa sendiri!" kataku tegas.

Hasan tak mengatakan apapun atas penolakanku, tapi dari tatapan matanya aku tau jelas jika dia tidak suka di bantah ataupun di tolak. 

Sisi pemaksa dalam dirinya begitu kuat, seakan dia yang paling berkuasa atas segala hidupku. Begitulah aku mendefinisikannya.

"Kau semakin membangkang sekarang ya." cibir Hasan mengomentari diriku. 

Aku balas menatap tajam dirinya, "jika sudah seperti itu seharusnya kau tau, bahwa aku sudah bosan hidup dalam lingkaran gilamu ini!" 

"Kau bosan hidup?" ulangnya seakan tak mengerti maksud arah pembicaraanku.

"Bukan itu! Aku rasa seharusnya kau mengerti, karena kau adalah orang yang sangat cerdas. Bukan, lebih tepatnya licik." 

Hasan tertawa mendengarnya, lagi-lagi aku di buat bingung oleh si berengsek ini. Kenapa setiap perkataanku di anggap lelucon olehnya?! 

"Sebenarnya ada masalah apa kau dengan Davira?" tanya Hasan terlihat penasaran.

"Mana aku tau," kataku mengendikkan kedua bahu.

"Kau yakin?" 

"Ya!" 

"Tapi, aneh saja jika tiba-tiba gadis itu membencimu. Aku sangat mengenalnya, bahkan aku sangat tau sifat dan watak semua sepupuku. Jadi, rasanya aneh saja kalau tiba-tiba Davira sangat membencimu seperti ini." 

"Aku tidak tau!" kataku lagi, "demi Tuhan, aku tidak tau Hasan."

Hasan menyipitkan matanya seakan masih menaruh curiga padaku. "Apakah menurutmu, Davira tau mengenai yang terjadi di antara kita berdua?" 

"Apa?!" aku membelalakkan mataku kaget. "Kau serius?" 

Melihat aku yang malah kebingungan dan panik, Hasan menarik kembali kesimpulannya itu. "Tidak, aku hanya menduga saja, siapa tau jika Davira mengetahui rahasia kita." 

Aku bernapas lega, ku pikir apa yang di katakan Hasan itu sungguhan. Wajar sih jika Hasan berpikiran begitu, melihat cara Davira yang mengataiku jalang. 

Tapi, seandainya saja Davira tau mengenai aku dan Hasan. Maka bisa di pastikan jika gadis itu akan mengatakannya pada seluruh keluarga.

"Seharusnya kau tadi mendengarkan aku, jika aku tidak ingin ikut datang kesini." ucapku menatap rumah keluarga Atmadja. 

"Jangan di bahas lagi," kata Hasan sebelum menghidupkan mesin mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah megah itu.

Sepanjang perjalanan hanya di isi keheningan diantara kami berdua. Hasan yang tampak fokus menyetir dan sesekali melihat ke arah jalanan. Tak sekalipun ia menoleh melihat ke arahku, seolah-olah ia menganggapku tak ada di sisinya saat ini. 

Sial!!! 

Aku merutuki diriku sendiri yang bisa-bisanya malah berharap ingin di perhatikannya. Tidak, tidak, aku rasa aku mulai gila karena tak mendapat perhatian dari Hasan. 

Ponsel Hasan berbunyi, lelaki itu berusaha mengambil ponselnya yang terletak di dashboard mobil.

"Biar aku saja," kataku mengambil alih ponsel itu. 

"Kau saja yang angkat." kata Hasan menyuruhku.

Aku memekik kaget dan memberitahu Hasan siapa orang yang menelponnya. "Ayah Nando," kataku lirih. 

Hasan mendengkus seraya memberhentikan mobilnya di tepi jalan, tangannya terulur meminta ponselnya dariku.

"Hal—" belum semua Hasan menyelesaikan sapaan pada orang di seberang telepon, ku lihat Hasan menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya.

Aku menduga jika ayah Nando tengah berteriak makanya Hasan melakukan tindakan itu. 

"Bisakah tidak berteriak?!" kata Hasan sengit, "ada apa menelponku?" tanya Hasan. 

Aku tidak bisa begitu mendengar jelas apa yang di katakan ayah Nando pada Hasan. Tapi, melihat raut wajah Hasan yang berubah menjadi serius, aku menduga jika tengah terjadi sesuatu hal yang sangat serius. 

"Apakah Ayah menghubungi paman Ridwan?" tanya Hasan.

Hei, itu nama bapakku. Mengapa Hasan menyebut nama bapak dalam percakapannya bersama ayah Nando lewat panggilan telepon. 

Ada apa ini?! batinku gusar. 

"Apakah urusan di rumah papa Dava sudah selesai?" lagi-lagi Hasan bertanya. 

"Ya, aku sedang bersamanya saat ini. Uhm, baiklah, kami akan kesana nanti." ucap Hasan yang tak lama ia mematikan sambungan telepon. 

"Ada apa?" aku langsung menyerbu Hasan dengan pertanyaan. 

"Gawat! Sangat kacau!" kata Hasan semakin membuatku panik.

"M-maksudnya? Tolong katakan, ada apa sebenarnya?" 

Hasan tidak menjawab pertanyaanku, dan ia kembali menjalankan mobilnya setelah sebelumnya sudah menghidupkannya terlebih dahulu.


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Slave   53.

    Part bonus.Ayesha terlihat lelah dan kini memilih kembali berbaring di ranjang, siang ini sudah kali ketiganya ia mandi membersihkan diri dari lengketnya sisa-sisa percintaannya dengan Hasan.Suaminya itu seperti orang kesurupan yang gak pernah ada kata lelah menggempur dirinya. Hampir seminggu ini mereka terus 'melakukan itu' jika ada kesempatan. Tak mempedulikan dimana tempat Hasan terus menggodanya dan merengek meminta jatah.Pagi, siang, sore hampir selalu mereka isi dengan desahan dan erangan. Jadilah siang ini Ayesha merasakan tubuhnya lelah luar biasa, tulang dan sendinya seakan remuk tak bersisa."Hentikan, Mas. Aku sangat lelah!" lirih Ayesha berusaha mendorong tubuh Hasan yang sudah bertengger nyaman menindih tubuhnya.Hasan tertawa namun tetap tak ingin beranjak dari atas tubuh Ayesha. "Capek banget ya sayang?"Ayesha mengangguk, "bangetlah. Habisnya tenaga

  • Slave   52.

    Tepat setelah satu bulan pernikahan Davira dan Haikal, keluarga Wicaksana menyelenggarakan acara pernikahan Hasan dan Ayesha.Semua persiapan sudah dilakukan secaraepikdan mantap, yang tentu saja kemewahan tetap terasa kental dalam acara tersebut. Nando bersikeras ingin melakukan yang terbaik dan termewah untuk pernikahan putranya, semua ini sebagai hadiah dan juga kenang-kenangan terindah untuknya. Menyaksikan sendiri pernikahan sang anak dengan Ayesha yang memang sudah lama menjadi impiannya.Sejak Hasan lahir, Nando sudah mengklaim pada dirinya sendiri bahwa putranya kelak yang akan menjadi jodoh Ayesha. Doanya terkabul dan ia sangat senang sekali, apalagi perjalanan kisah cinta Hasan dan Ayesha tidaklah mudah. Terlalu banyak drama dan duka yang mengiringi perjalanan asmara mereka.Lamunan Nando buyar saat seseorang menepuk pelan pundaknya, ia menoleh dan menemukan sosok besannya yang hari ini terlihat

  • Slave   51.

    Ayesha terhenyak kaget begitu mendengar kata-kata yang meluncur mulus keluar dari mulut bapaknya. Menikah? Satu hal yang tak pernah Ayesha duga jika bapaknya menyuruh sekaligus memberikan izin untuk Hasan menikahinya?Sungguh? Hah, yang benar saja! Ayesha lagi tak sedang bermimpi 'kan?Dan bukan hanya Ayesha saja disini yang kaget. Tetapi, Nando dan Hasan pun gak kalah kagetnya. Dan jangan lupakan bagaimana ekspresi terkejut ayah dan anak itu."Ridwan, benarkah ucapanmu itu?" tanya Nando melangkah masuk ke dalam kamar itu. "Kamu tidak sedang bercanda ataupun mempermainkanku dan putraku 'kan?"Ridwan menggelengkan kepala mantap, "aku serius dengan ucapanku. Memangnya kenapa? Kok kalian seperti tidak percaya begini?" Ridwan menatap mereka dengan pandangan bingung, apakah ada yang salah dengan ucapannya barusan?Hasan bergerak cepat bang

  • Slave   50.

    Hasan berjalan mengendap-endap seperti maling saat hendak ke kamar yang sekarang ini di tempati Ayesha, kamar yang dulu sering di tempati Ayesha saat tinggal di kediaman keluarga Wicaksana.Selama seminggu lebih ini Ayesha dan Ridwan menginap di rumah keluarga Wicaksana, dan rencananya siang nanti kedua orang itu memutuskan untuk pulang.Klek.Satu keuntungan bagi Hasan atas kecerobohan Ayesha untuk yang satu ini, sebab Hasan sangat hafal dan tahu betul jika Ayesha jarang menutup pintu kamarnya saat tidur.Mendapatkan kesempatan emas seperti ini tentu saja Hasan tak menyia-nyiakannya, dengan langkah riang yang disertai senyuman kebahagiaan yang tampak terbit menghiasi wajahnya.Hasan menatap lekat wajah Ayesha yang tertidur damai dalam jarak sedekat ini, perlahan tangannya terulur menyentuh surai panjang nan hitam yang terasa sangat lembut itu.Ayesha menggeliat kecil m

  • Slave   49.

    Ridwan meradang mendengar pengakuan putrinya yang bercerita tentang penghianatan Adnan yang begitu teganya berselingkuh dengan wanita lain.Ia sungguh tak percaya jika Adnan ternyata juga seorang pria berengsek, yang sialnya selama ini tertutupi oleh sikapnya yang baik bak seperti malaikat pelindung untuk putrinya. Ridwan pikir itu murni sifat alamiah dari diri seorang Adnan, namun nyatanya hanya kepalsuan belaka.Ridwan benci, kesal, dan marah. Ya, tentu saja. Orangtua mana yang tak marah jika ternyata selama ini anaknya hanya di permainkan dan terus-menerus dibohongi."Sini," ucap Ridwan merentangkan kedua tangan kekarnya lebar-lebar sebagai kode untuk Ayesha agar memeluknya.Tentu saja Ayesha langsung menerima pelukan bapaknya yang terasa begitu hangat dan nyaman. Apalagi ditambah sebuah kecupan yang mampir di puncak kepalanya secara beruntun. Ayesha mendongakkan kepalanya menatap wajah Ridwan yang tersenyu

  • Slave   48.

    Ayesha meremas ke sepuluh jari rampingnya yang saat ini saling bertautan, beragam perasaan cemas dan panik berkecamuk dalam dirinya.Bagaimanapun usahanya yang sudah susah payah mencari berbagai alasan agar Hasan tak mengantarkannya sampai ke rumah nyatanya sia-sia. Rupanya pria itu lebih licik sehingga mampu membalas ucapan Ayesha secara telak.Dan, pada akhirnya Hasan telah sampai mengantarkan Ayesha tepat di depan rumah wanita itu.Hasan mengamati rumah baru Ayesha yang tampak lumayan mewah, tidak se-sederhana seperti rumahnya yang dulu."Bagus," ucap Hasan tiba-tiba, reflek Ayesha menoleh padanya dengan mata berkedip berulang kali. "Uhm, maksudku rumah barumu bagus. Dan juga cantik."Mendengar itu Ayesha menjadi malu, ia pikir pujian bagus dan cantik itu ditujukan untuknya namun nyatanya tidak. Hmm, sepertinya Ayesha terlalu berha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status