Share

4. Pengadilan Neraka

Setelah melewati jembatan Alam Baka, Kai dibawa menuju tempat sidang pengadilan pertama.

"Kai, ingatlah, untuk tidak melihat ke bawah lagi jika kau berada di pengadilan pertama."

Wigen mengingatkan yang kemudian dijawab anggukkan kepala oleh Kai.

Wigen dan Liu Kai memasuki pintu sidang pengadilan pertama, ruangan sidang tersebut cukup luas, dengan sebuah lubang besar yang mengeluarkan cahaya berwarna merah pada tengahnya.

Lubang tersebut di tutupi oleh jeruji besi berbentuk lingkaran. Kai kemudian dipersilahkan untuk berdiri di tengah-tengah jeruji besi tersebut dan menghadap Dewa Hakim yang tengah menatap Kai dari kursi singgasananya.

Wigen berjalan mendekati Dewa Hakim dan memberikan kertas kematian milik Kai padanya.

"Hmm... Roh spesial, aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku mensidang roh spesial sebelumnya." Hakim Dewa berdehem melihat secarik kertas berwarna emas di tangannya.

Sesaat setelah itu, dua malaikat penuntut datang dan duduk di kursi yang berada di sebelah kiri Kai, sedangkan Wigen duduk di kursi yang berada di sebelah kanan Kai.

"Liu Kai! Selamat datang di Pengadilan Karma. Neraka Penggiling, kau akan diadili dengan sebenar-benarnya sesuai dengan prilakumu di dunia." Dewa Hakim berbicara lantang, lalu menoleh ke arah para malaikat penuntut, "Silahkan kalian bacakan tuntutannya."

"Terimakasih Yang Mulia, Liu Kai, akan kujelaskan mengenai tata cara pengadilan pertama. Di pengadilan ini menuntut mengenai baktimu terhadap kedua orang tuamu. Pertama-tama kita akan melihat pada cermin kehidupanmu."

Malaikat penuntut kemudian memperlihatkan cermin kehidupan Kai yang muncul tepat di hadapan Kai, mereka kemudian melihat hal yang di lakukan Kai saat bersama kedua orang tuanya.

Pengadilan Karma adalah pengadilan di mana hal yang dituntut pertama kali adalah bakti manusia kepada kedua orangtuanya, jika mereka durhaka kepada orangtuanya maka akan segera dimasukkan ke dalam Neraka Penggiling, di mana manusia akan digiling oleh gilingan berduri selama seribu tahun hingga dosa terhadap kedua orangtuanya dihapuskan.

Seorang malaikat penuntut mulai berdiri dan membacakan tuntutannya. "Seperti yang kita lihat sebelumnya pada cermin kehidupan Liu Kai, aku menuntutnya bersalah karena tidak berbakti pada kedua orangtuanya, sebab Kai meninggalkan ibunya waktu ia berumur tujuh belas tahun, demi menuntut ilmu bela dirinya, bahkan saat ibunya meninggal ia tak berada di sisinya!"

Kai menelan ludahnya, wajahnya tampak sendu, sekali lagi ia teringat betapa sakit perasaannya kala mengetahui bahwa ibunya meninggal tapi ia sama sekali tidak bisa berada di sisi ibunya, menemani hari-hari terakhir ibunya di dunia.

Hakim Dewa kembali berdehem mendengar tuntutan dari malaikat penuntut, lalu menoleh ke arah Wigen. "Pembela, ada yang ingin kau katakan sebagai pembelaan terhadap Liu Kai?"

Wigen berdiri dengan wibawanya. "Ada Yang Mulia, aku akan memberikan alasan mengapa Liu Kai meninggalkan desanya saat berumur 17 tahun dan mengapa ia tak menemani hari-hari terakhir ibunya di dunia."

"Yang pertama, Liu Kai meninggalkan desanya bukan semata-mata karena keinginannya, namun akibat tuntutan penguasa desa tempat ia tinggal yang mengharuskan seorang pria dewasa untuk belajar ilmu bela diri atas perintah Raja mereka."

"Yang kedua, Liu Kai tak berada di sisi ibunya kala ibunya meninggal sebab ia sedang mempertaruhkan nyawanya untuk menolong sebuah desa yang sedang di serang oleh kelompok aliran hitam."

"Dengan pembelaan tersebut, aku akan menunjukkan buktinya, yaitu cermin kehidupan Liu Kai sendiri."

Wigen kemudian menunjukkan adegan pada cermin kehidupan Liu Kai, pada saat Liu Kai meninggalkan desa dan di mana Liu Kai berada saat ibunya meninggal.

Melihat hal itu, Hakim Agung tersenyum. "Tuntutan dari malaikat penuntut ditolak! Sebab Liu Kai meninggalkan Desa serta tak berada di sisi ibunya karena melindungi nyawa orang lain dan bukan kehendaknya. Dengan ini! Aku menyatakan bahwa, Liu Kai tidak bersalah!"

Wigen tersenyum ke arah Liu Kai sambil mengacungkan jempolnya. Karena Liu Kai tak bersalah, ia berhasil lolos pada sidang pertama tanpa harus disiksa pada Neraka Penggiling.

Wigen dan Liu Kai kemudian berjalan menuju sidang pengadilan kedua. Sesampainya di sana, Liu Kai kembali di perintahkan untuk berdiri di atas lubang yang memancarkan cahaya berwarna biru.

Setelah Wigen memberikan kertas kematian Liu Kai, Liu Kai kemudian di sidang pada sidang yang kedua.

"Selamat datang di Pengadilan Neraka Es, kau akan diadili di sini terkait dengan perilakumu selama hidupmu! Tunjukkan cermin kehidupannya!" seru Dewa Hakim.

Neraka Es merupakan neraka yang mengadili perbuatan pencurian serta penggelapan dana selama hidup, jika terdakwa terbukti bersalah sering melakukan pencurian serta kecurangan dalam penggelapan dana selama hidupnya, maka akan segera dikurung dalam balok es selama ribuan tahun.

Walaupun dikurung dan dibekukan dalam balok es namun manusia yang masuk ke dalam Neraka Es masih akan merasakan kedinginan dengan tubuh menggigil hingga ke tulang selama ribuan tahun.

Cermin kehidupan Liu Kai menunjukkan potongan-potongan adegan di saat Liu Kai mencuri ataupun mengambil barang milik orang lain.

Setelah menyaksikan cuplikan kehidupan Liu Kai dari cermin kehidupannya, malaikat penuntut langsung membacakan tuntutannya di depan Dewa Hakim, Kai, serta Wigen.

Malaikat penuntut berdiri dari duduknya dan langsung membacakan tuntutannya dengan suara lantang. "Sesuai dengan perilakunya yang telah kita saksikan! Liu Kai bersalah akibat sering mencuri harta kekayaan orang lain dengan jumlah yang sangat besar! Dengan kesalahan tersebut, Aku menuntut Liu Kai untuk dihukum tiga ribu tahun di dalam Neraka Es!"

Mendengar kesalahan yang dibuat oleh Liu Kai membuat Dewa Hakim menatap Kai dengan perasaan geram, ia hampir saja menggerakkan lengannya untuk membuka jeruji besi Neraka Es dan memasukkan Liu Kai ke dalamnya, namun Wigen dengan cepatnya menyanggah tuntutan dari malaikat penuntut dengan kalimat pembelaannya.

"Maaf Yang Mulia, izinkan hamba untuk melakukan pembelaan," ucap Wigen yang kemudian diberi izin untuk melakukan pembelaan.

"Memang Liu Kai sering mencuri harta orang lain dan aku tahu itu salah, namun ia mencuri harta dari orang-orang jahat yang memeras rakyat lemah. Liu Kai mencuri dari mereka dengan tujuan untuk mengembalikan kembali uang tersebut kepada rakyat yang membutuhkan.

"Akibat hal tersebut, rakyat yang ditolong oleh Liu Kai kini bisa hidup dengan bahagia serta beberapa orang bisa sembuh dari penyakitnya karena bisa membeli obat dengan uang yang diberi oleh Liu Kai.

"Menurutku Liu Kai hanya mengembalikan hak milik rakyat miskin yang telah dirampas, ia hanya memikirkan kesengsaraan yang diderita oleh rakyat miskin. Sekian pembelaan dari hamba, hamba mohon Yang Mulia mempertimbangkannya kembali."

Mendengar pembelaan dari Wigen, membuat Dewa Hakim tampak menimbang-nimbang keputusannya. Dewa Hakim terlihat berdehem sebelum membacakan hasil keputusannya.

"Dengan ini aku menyatakan! Bahwa, Liu Kai tidak bersalah!" seru Dewa Hakim.

Liu Kai tampak tersenyum menyeringai ke arah Wigen, yang dibalas senyuman tipis dari Wigen.

Liu Kai kemudian berlanjut ke sidang neraka ketiga. Sidang ketiga yaitu Pengadilan Moral, yang berada di atas Neraka Minyak Panas. Yang di mana pengadilan neraka tersebut mengadili orang-orang yang melakukan dosa pemerkosaan serta bercinta dengan lawan jenis tanpa ikatan pernikahan.

Manusia yang bersalah akan segera dimasukkan ke dalam panci raksasa yang berisi minyak panas mendidih, mereka akan digoreng berulang-ulang hingga ribuan tahun lamanya, sesuai dosa yang mereka perbuat.

Liu Kai dengan mudahnya melewati sidang tersebut, sebab Liu Kai tak pernah bercinta dengan lawan jenis selama hidupnya, yang bahkan ia dibunuh sesaat sebelum malam pertamanya.

Liu Kai kemudian melanjutkan perjalanannya menuju sidang-sidang neraka selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status