Malam semakin datang. Mustafa masih saja memeluk Zivana di dalam kamarnya. “Kenapa aku mendapat kabar kalian harus bersaing?” tanyanya membuat Zivana diam. Dia menggeleng pelan. Raut wajah penuh kegelisahan terpampang jelas di sana.
“Semua Putri menginginkan dirimu. Namun aku paham dengan itu semua. Kau adalah calon Sri Sultan dengan kesempurnaan,” jawaban Zivana yang membuat Sultan melepaskan pelukannya. Kini dia diam menatap Zivana yang dengan jelas menahan amarahnya. Kecemburuan sudah membuat dia tidak mempercayai Mustafa. Itu sangat membuat Mustafa merasa kecewa.
“Baiklah. Bersaing dengan mereka, itulah keinginanmu? Lakukan.” Mustafa membalikkan tubuhnya, membuat Zivana melotot seketika. Dia tidak menyangka melihat pujaan hatinya seperti itu. “Mustafa!” teriaknya membuat langkah jenjang terhenti tepat di tengah pintu.
“Biarkan aku terlihat memiliki sesuatu kelebihan untuk menunjukkannya. Jangan pernah mem
Seria semakin meliuk indah. Tubuh rampingnya menunjukkan kemolekan. Semua mata terpana, bahkan tidak berkedip. Pinggangnya bergoyang berirama dengan musik. Paha mulus terlihat indah ketika dia melompat. Kain yang membelah, memperjelas warna kulit putih mulus seputih salju. Mustafa mengkerutkan kedua alis, menarik napas panjang mengatur hatinya. Dia tidak memungkiri, keindahan di hadapannya, bisa menarik perhatiannya.“Hentikan. Cukup!”Aigul tiba-tiba datang memasuki ruangan, menghentikan Seria. “Kau sudah terlalu lama di atas. Apa kau akan terus menari sampai besok?” Seria mendekati Aigul, mengangkat wajahnya. Mereka saling menumbukkan sorotan tajam.“Jangan pernah, membuatku kesal,” ucap Seria kemudian meninggalkan panggung. Dari kejauhan, Akasma merasa cemas melihat sedikit keributan yang terjadi. Mustafa masih saja diam. Dia sebenarnya hanya ingin melihat Zivana. Dalam benaknya, tersimpan tanya. Apa yang akan Zivana tampil
Penyatuan hasrat terjadi begitu indah. Kedua insan saling meluapkan perasaan, seolah dunia milik mereka. Hasrat yang terpacu begitu menderu. Hingga keinginan untuk melakukan penyatuan semakin dalam, sudah tidak bisa ditahan. Kepemilikan masing-masing telah siap untuk saling menyerahkan. Mustafa segera membawa Zivana ke atas ranjang. Putri sudah melentangkan tubuhnya yang indah. Perlahan Mustafa mendekati wajah Zivana, menatapnya lembut. "Zivana, aku menginginkanmu," bisiknya pelan. Mustafa semakin menikmati keindahan di hadapannya. Bibir itu menjelajah setiap lekukan tubuh seputih salju. Kedua mata sang putri memejam, menyerahkan pasrah semua miliknya. Desahan rintihan Mustafa mulai terdengar saat jemarinya menikmati tubuh wangi membuat dia terus menelisik semua isi di balik kain putih yang masih menutupinya. “Ah!” rintihan pelan Zivana terdengar saat miliknya sudah terjamah jemari Pangeran yang terus membelainya. “Mustafa … aku milikmu,” bisik Zivana p
Seria masih diam tidak bisa berkutik. Sosok di hadapannya adalah pelayan Akasma yang sangat setia. Dia selalu saja mengikuti Akasma, bahkan menjadi tangan kanan sang ratu, bernama Hera.“Apa yang akan kau alami jika aku mengatakannya kepada Ratu Akasma tentang hal ini?” pertanyaan yang seketika membuat Seria semakin menyorot tajam.“Kau tidak akan bisa melakukannya. Aku akan mengelak. Kau tidak memiliki bukti.” Seria mengangkat wajahnya, berkata dengan percaya diri.“Kau pikir, siapa yang akan Ratu percaya. Perkataanmu, ataukah diriku pelayan setianya?”Seria menarik napas semakin dalam, mengatur detakan jantungnya yang tidak beraturan karena menyimpan ketakutan. “Apa maumu?” tanya Seria saat Hera melangkah mendekatinya. Ada maksud yang terpampang jelas di ekspresi wajahnya.“Aku bisa membantumu mendekati Pangeran,” kata Hera membuat Seria terkesiap.“Kenapa kau membantuku?&rd
Agha memasuki ruangan, mendekati sang putri yang masih terdiam. Dalam benaknya, sosok Mustafa adalah laki-laki paling cocok untuknya. Sifat dingin putri dengan semua pria yang menyukainya, kini runtuh seketika. Hatinya berkemelut rasa cinta dengan gemetaran.“Dia … tatapan itu sangat menggugah hatiku. Bagaimana aku bisa memalingkan mata? Pandangan setajam pisau itu justru membuatku terpana. Aku … jatuh cinta,” batinnya tersenyum. Agha yang masih berdiri di hadapan sang putri, mengernyit melihat eskpresi itu. Dia menggeleng pelan. Dalam batinnya, Agha sangat paham jika Putri pasti mencintai Mustafa.“Dia pasti mencintai Pangeran. Putri Zivana akan mengalami hal meresahkan jika dia berada di istana. Kenapa Ratu Akasma memerintahkan itu?” Agha segera memfokuskan pikirannya kembali. Dia mengarahkan tangan kepada semua prajurit yang berada di dalam ruangan untuk membawa Putri menaiki kereta.“Bawa Putri,” ucapny
Suara teriakan membuat Mustafa menghentikan apa yang dia lakukan. Zivana mengernyit dalam, mengedarkan pandangannya mencari asal suara itu. Pandangan tajam dengan kedua alis menukik tegas, menyorot Zivana dengan sadis.“Kenapa …,” batin Zedrich dengan napas terisak. Dia tidak menyangka jika akan menyaksikan pertunjukan buruk di hadapannya. Kalung dari gading gajah yang dia pegang untuk diberikan Mustafa terjatuh dari genggamannya. “Tidak!” Zedrich berlari kencang. Kehebatannya dalam bela diri yang diajarkan ayahnya, membuat dia bisa mengalahkan beberapa prajurit sekaligus saat berada di istana.Sementara Zivana melotot melihat Zedrich menuju ke arahnya dengan cepat. Mustafa menarik tubuh Zivana namun ditampisnya. “Mustafa, ingat perkataanmu. Aku akan menunjukkan diriku jika aku adalah yang terhebat. Jangan ikut campur. Aku akan mempertahankan milikku!”“Argh!”Zedrich melompat tinggi, mengangkat tanga
Zivana masih saja tidak percaya Aigul masuk ke dalam kamarnya secara tiba-tiba dan mengatakan hal itu. Zivana bergeming menahan perasaan gelisah. Masa lalu kelam yang sudah dia kubur kini terungkap kembali.“Apa maumu, Aigul?” Zivana menarik napas, menghembuskan perlahan, menunggu jawaban yang sebenarnya sangat meresahkan hatinya.Dengan senyuman Aigul berjalan hingga berada tepat di hadapan Zivana yang masih menatapnya tegang. “Kau tahu sendiri apa keinginanku.” Aigul semakin tersenyum. Senjata untuk mengalahkan Zivana dalam sekejap sudah dia pegang.“Bagaimana jika Mustafa ternyata menyadari jika sang putri pujaannya sudah pernah ternoda. Kesucianmu akan dipertanyakan. Hmm, apakah kau sudah tidak suci?” Pertanyaan Aigul semakin membuat Zivana geram. “Keluar!” bentaknya malah membuat Aigul tertawa keras.“Hahaha. Mati kau, Zivana!” jawabnya tegas. Dia berjalan santai, keluar dari kamar Zivana.
Mustafa masih saja menaiki bukit setinggi dua gunung. Dia sudah tidak bisa melihat daratan saat berada di tengah ketika masih bertahan untuk mencapai puncak. Mustafa menguatkan tangannya saat meraih batu yang sedikit menonjol untuk tumpuan. Kekuatannya membuat dia akhirnya bisa menaiki puncak.Pandangannya terfokus dengan sebuah menara menjulang terbuat dari bebatuan bercampur es. Mustafa segera melangkah memasuki gerbang hitam berselimut kabut tebal. Sedikit dorongannya, bisa membuat pintu itu terbuka.“Selamat datang, Pangeran.”Tiga manusia berjubah putih bernama Zero, berdiri menantikan kehadirannya. Dia hadapan mereka seorang gadis melayang menggunakan kain tipis. Kesuciannya telah hilang oleh mereka. Bercakan darah suci terlihat membekas di lantai bebatuan dengan cairan membeku menghiasi permukaannya.“Kalian yang menyebabkan semua rencanaku terbongkar?” tanya Mustafa mulai mencengkeram pedang legenda. “Siapa dari kalia
Malam pertemuan tiba. Zedrich mempersiapkan dirinya dengan sempurna. Zivana sengaja memilihnya karena menganggap lawan terberatnya adalah Zedrich. Dengan bangga wanita berambut putih dan bermata biru itu berjalan menggunakan mahkota pemberian Akasma yang memang telah disiapkan. Dia berjalan menuju halaman istana dan akan menaiki Aslan. Namun sang singa mengerang keras. Zedrich seketika mundur. “Putri, Anda akan menaiki kereta yang sudah disiapkan,” ucap Agha membuatnya kecewa. Zedrich mengira jika dia akan berdua dengan Mustafa menaiki singa kesayangan Pangeran. Perasaan tidak percaya semakin membuatnya mengerti jika tantangan Zivana pasti akan membuatnya kalah. “Aku tidak akan pernah mengalah. Ini adalah kesempatanku,” gumam Zedrich menatap dingin Mustafa yang tidak membalas pandangannya sama sekali. "Bahkan dia sama sekali tidak memandangku." Zedrich tidak menyerah. Dia tetap akan melakukan semua cara untuk mendapatkan Mustafa. Mustafa dengan gagah menaiki