Part 35
#StatusFacebookTetangga
======================
Subscribe dan subrate ya, Mak ....
------------------------------------------------
Oh my God, Mas Adnan menang.
Bu Umroh dan ibu-ibu yang lain berpelukan.
Lebay, hihi.
Aku tidak menyangka kalau Mas Adnan bakalan menang. Aku tidak menyangka jika suaranya Pak Topik dan Pak Warsito bakalan ke Mas Adnan, tetapi kenapa, ya? Ini perlu aku selidiki.
Kulihat Mama Azzah merengut, terpancar dari wajahnya ada rasa kecewa.
"Bapak-bapak dan ibu-ibu, akhirnya perolehan suara terbanyak diraih oleh Pak Adnan," ujar panitia.
"Hore!" seru para warga disertai tepuk tangan.
"Selamat kepada Pak Adnan. Kami mohon dengan hormat, silakan memberikan sambutannya," Pinta Pak RW.
PART 36#SatusFacebookTetangga=========================="Begini, Pak, saya ke sini mau minta tolong. Suami saya selingkuh dengan orang yang ada di komplek sini. Namun, ia tidak mau mengakuinya. Saya ingin menggrebek mereka," ujar Bu Ning membuat aku dan Mas Adnan melongo."Ma, maaf Bu Ning, njenengan jangan bikin isu," ucapku tidak percaya."Bu Dania, kalau njenengan tidak percaya, nanti akan saya tunjukkan buktinya. Astaghfirullah, masalah apa ini. Barusan Khamila datang mengeluhkan Mama Adel, eh, ini Mama Adel mengeluh juga."Sebaiknya Mama Adel tabayun dulu, takut jadi fitnah," ucap Mas Adnan, aku mengangguk tanda setuju. Aku nggak mau kejadian Khamila terulang."Eh, ini bener, Pak RT, ini buktinya." Mama Adel menunjukkan foto di mana dalam foto itu ada Bu Umroh yang sedang turun dari mobil dam milik Pak Dayat.
Part 37#StatusFacebookTetangga----------------------Kuutarakan maksud kedatanganku. Kuceritakan kejadian kali ini di pos. Mendengar ceritaku, Pak Dayat kaget. Segera ia mngikutiku menuju pos ronda.Di pos ronda masih ramai akibat keributan antara Bu Ning dengan Bu Umroh. Melihat keramaian yang terjadi di pos ronda, Pak Dayat kaget."Astaghfirullah, Ma! ada apa? ah, malu-maluin Papa saja," ujar Pak Dayat sembari menarik tangan Bu Ning untuk pulang."Pak Dayat, tunggu!" cegah suamiku. "Kita selesaikan masalah ini secara baik-baik. Kalau seperti ini, tidak akan ada penyelesaian.""Tapi, Pak, saya malu," ujar suaminya Bu Ning."Benar, Pak RT, saya ingin menyelesaikan persoalan di sini, biar semua warga tahu semua kebusukan Bu Umroh sama Papa!" sengit Mama Adel sembari melirik ke Bu Umroh."Sudahlah, Ma
Mama Idos mengirim status gambar kami saat di pos ronda. Di postingan tersebut, terlihat Bu Ning sedang marah dan menunjuk ke arah Bu Umroh. "Salah sangka, bermaksud menunjukkan kebusukan orang, eh kebusukannya terbongkar, wkwkwk dasar!"Itulah status dari Mama Idos.Setelah semuanya selesai akhirnya kami membubarkan diri, aku dan mas Adnan pulang."Eh mas, bukankah bu Ning itu juga utang sama Khamila? aku jadi lupa," ucapku kepada Mas Adnan. Kuingatkan kembali saat Khamila datang ke rumah dan meminta bantuan.Kami mengobrol ketika perjalanan pulang dari pos ronda."Eh iya ya, Ma, harusnya tadi sekalian dibahas. Namun nggak baik juga bahas di forum, cukup Bu Umroh saja," ujar Papa...Sampai juga kami di rumah. Ku buka pintu pagar, kemudian Mas Adnan memarkir motornya.Baru saja selesai memarkir motor, ponsel Mas
Akhirnya mereka didudukkan bersama untuk menyelesaikan permasalahan."Mama Adel, kira-kira kapan mau bayar utangnya," tanya Papa kepada Mama Adel yang masih cemberut.Siapa yang hutang, siapa yang cemberut. Aneh Mama Adel itu."Ehm, Pak RT, aku pasti akan bayar, tetapi tidak sekarang. Mana ada duit sekarang, Pak," jawab Mama Adel sambil melirik Khamila. Khamila pun masih terlihat amat sangat kesal."Suamiku aja ngasihnya nggak tentu. Kadang cukup buat makan sehari, kadang malah kurang. Makanya aku ngutang ke tukang sayur juga." Bu Ning mengeluh.Antara percaya dan tidak, sebab kalau dilihat dari keseharian, Bu Ning termasuk orang yang terbilang berada. Kehidupannya tidak seperti orang-orang yang kekurangan.Ada kalung dan anting. Beli lauk saja hampir tiap hari ayam atau ikan."Bohong Pak RT, orang kalau ke rumahku saja seri
Aku berjalan ke depan. Kutengok dari jendela. Aku terbelalak ketika kulihat yang datang adalah dia."Monggo, Pak, silakan masuk," pintaku pada lelaki itu yang ternyata adalah Pak Dayat--suaminya Bu Ning. Kupersilakan untuk duduk di ruang tamu. Aduh, ada apa lagi ini. Baru saja selesai persoalan istrinya dengan Khamila."Maaf Mbak Dania, apakah ada Pak RT?" tanya Pak Dayat."Iya Pak, sebentar, ya, aku panggilkan." Aku masuk ke dalam dan memanggil suamiku yang sedang di dapur."Pa, ada Pak Dayat," ucapku. Mas Adnan kaget."Apa? Pak Dayat? Mau apa lagi?""Ih, kok tanya aku, sih, coba temui dulu," ujarku. Papa melangkah menuju ke ruang tamu dan aku mengekor di belakangnya. Aku ingin tahu ada apa ke sini."Eh, Pak Dayat," sapa Mas Adnan sambil menyalaminya. "Ada apa, ya?"Aku duduk di samping
#StatusFacebookTetanggaPart 41"Maaf, ini siapa?" balasku kembali.Krek! langsung diriject dari sana. Lalu ada pesan masuk.[Aku pangagummu, Dania!]Gubrak!!!"Astaghfirullahaladzim, subhanallah ... Ini siapa? Wah! Jangan sampai mas Adnan tahu. Apakah Burhan? Aku rasa bukan," gumamku sambil berfikir. Perasaan di komplek ini tidak ada bapak-bapak yang nyeleneh, kebanyakan malah ibu-ibunya.Aduh! Bagaimana ini?"Ini pasti Burhan, eh, tapi ...." Aku kembali berfikir. Kalau benar si Burhan, awas, ya! udah dapet dua masih juga godain istri orang.Aku duduk sambil memikirkan kira-kira siapa pria misterius itu.Ting ....Notifikasi masuk.[Engkau ibarat bunga diantara bunga-bunga indah lain yang terpancar.Namun, keharumanmu, membuatku memilihmu untuk aku hinggapi.Mbak Dania, maaf jika aku mengganggumu, tetapi entahlah, aku merasa suka jika melihat Mbak Dania,
"Alhamdulillah bukan dari si misterius itu." Kunyalakan motorku dan kulajukan menuju ke rumah Mama Azzah. Aku ingin menemui Burhan sebentar.Saat ditengah jalan tepatnya di persimpangan, Pak Dayat--suami dari Bu Ning mencegatku. Terpaksa aku berhenti dan mematikan motorku."Maaf Bu RT, mengganggu," ungkapnya sembari mematikan motor. Sepertinya baru beli sesuatu"Iya, Pak, tapi maaf, saya mau beli lauk," jawabku."Sebentar saja, Bu RT. Saya pusing dengan Mama Adel, dia tidak mau mengaku kalau berhutang dengan Mama Azzah."Hadeh, curhat kok di jalan. Itu bukan urusanku sebenarnya."Eh, coba bapak bicara dari hati ke hati, Pak. Bu Ning maunya apa, barangkali ada yang ingin dimiliki tetapi tidak kesampaian," ucapku berusaha menyembunyikan kekesalan."Nah itu, Bu RT. Keinginannya banyak. Mama Adel pingin punya rumah di sini, padahal
Kemudian Mas Adnan mengetik sesuatu, entah apa itu yang pasti ia sudah melindungiku.Namun ingat Mama Adel, aku akan buat perhitungan.------"Pa, sudah kirim pesan ke Mama Adel?" tanyaku kepada Mas Adnan yang masih serius mengetik."Ini lagi ngetik. Cuma Papa masih bingung, bagaimana caranya supaya tidak menyinggung perasaannya." Aku menepuk jidat. Kumira sudah dikirim dari tadi."Sini, aku yang ngetik. Nunggu Papa lama." Papa menyerahkan ponselnya padaku. Ternyata dari tadi belum diketik juga, hadeh.[Mama Adel, maaf, tolong segera hapus status gambar Dania dan Pak Dayat yang sedang mengobrol itu. Rasanya tidak pantas.] Kukirim ke Mama Adel. Centang dua, berarti sudah terkirim.[Owh, iya, Pa RT, bentar lagi, nunggu suami melihat.] Lho, memang kanapa? kok harus nunggu Pak Dayat dulu.[Memangnya kenapa, Bu. Jangan memperm