Akhirnya mereka didudukkan bersama untuk menyelesaikan permasalahan.
"Mama Adel, kira-kira kapan mau bayar utangnya," tanya Papa kepada Mama Adel yang masih cemberut.
Siapa yang hutang, siapa yang cemberut. Aneh Mama Adel itu.
"Ehm, Pak RT, aku pasti akan bayar, tetapi tidak sekarang. Mana ada duit sekarang, Pak," jawab Mama Adel sambil melirik Khamila. Khamila pun masih terlihat amat sangat kesal.
"Suamiku aja ngasihnya nggak tentu. Kadang cukup buat makan sehari, kadang malah kurang. Makanya aku ngutang ke tukang sayur juga." Bu Ning mengeluh.
Antara percaya dan tidak, sebab kalau dilihat dari keseharian, Bu Ning termasuk orang yang terbilang berada. Kehidupannya tidak seperti orang-orang yang kekurangan.
Ada kalung dan anting. Beli lauk saja hampir tiap hari ayam atau ikan.
"Bohong Pak RT, orang kalau ke rumahku saja seri
Aku berjalan ke depan. Kutengok dari jendela. Aku terbelalak ketika kulihat yang datang adalah dia."Monggo, Pak, silakan masuk," pintaku pada lelaki itu yang ternyata adalah Pak Dayat--suaminya Bu Ning. Kupersilakan untuk duduk di ruang tamu. Aduh, ada apa lagi ini. Baru saja selesai persoalan istrinya dengan Khamila."Maaf Mbak Dania, apakah ada Pak RT?" tanya Pak Dayat."Iya Pak, sebentar, ya, aku panggilkan." Aku masuk ke dalam dan memanggil suamiku yang sedang di dapur."Pa, ada Pak Dayat," ucapku. Mas Adnan kaget."Apa? Pak Dayat? Mau apa lagi?""Ih, kok tanya aku, sih, coba temui dulu," ujarku. Papa melangkah menuju ke ruang tamu dan aku mengekor di belakangnya. Aku ingin tahu ada apa ke sini."Eh, Pak Dayat," sapa Mas Adnan sambil menyalaminya. "Ada apa, ya?"Aku duduk di samping
#StatusFacebookTetanggaPart 41"Maaf, ini siapa?" balasku kembali.Krek! langsung diriject dari sana. Lalu ada pesan masuk.[Aku pangagummu, Dania!]Gubrak!!!"Astaghfirullahaladzim, subhanallah ... Ini siapa? Wah! Jangan sampai mas Adnan tahu. Apakah Burhan? Aku rasa bukan," gumamku sambil berfikir. Perasaan di komplek ini tidak ada bapak-bapak yang nyeleneh, kebanyakan malah ibu-ibunya.Aduh! Bagaimana ini?"Ini pasti Burhan, eh, tapi ...." Aku kembali berfikir. Kalau benar si Burhan, awas, ya! udah dapet dua masih juga godain istri orang.Aku duduk sambil memikirkan kira-kira siapa pria misterius itu.Ting ....Notifikasi masuk.[Engkau ibarat bunga diantara bunga-bunga indah lain yang terpancar.Namun, keharumanmu, membuatku memilihmu untuk aku hinggapi.Mbak Dania, maaf jika aku mengganggumu, tetapi entahlah, aku merasa suka jika melihat Mbak Dania,
"Alhamdulillah bukan dari si misterius itu." Kunyalakan motorku dan kulajukan menuju ke rumah Mama Azzah. Aku ingin menemui Burhan sebentar.Saat ditengah jalan tepatnya di persimpangan, Pak Dayat--suami dari Bu Ning mencegatku. Terpaksa aku berhenti dan mematikan motorku."Maaf Bu RT, mengganggu," ungkapnya sembari mematikan motor. Sepertinya baru beli sesuatu"Iya, Pak, tapi maaf, saya mau beli lauk," jawabku."Sebentar saja, Bu RT. Saya pusing dengan Mama Adel, dia tidak mau mengaku kalau berhutang dengan Mama Azzah."Hadeh, curhat kok di jalan. Itu bukan urusanku sebenarnya."Eh, coba bapak bicara dari hati ke hati, Pak. Bu Ning maunya apa, barangkali ada yang ingin dimiliki tetapi tidak kesampaian," ucapku berusaha menyembunyikan kekesalan."Nah itu, Bu RT. Keinginannya banyak. Mama Adel pingin punya rumah di sini, padahal
Kemudian Mas Adnan mengetik sesuatu, entah apa itu yang pasti ia sudah melindungiku.Namun ingat Mama Adel, aku akan buat perhitungan.------"Pa, sudah kirim pesan ke Mama Adel?" tanyaku kepada Mas Adnan yang masih serius mengetik."Ini lagi ngetik. Cuma Papa masih bingung, bagaimana caranya supaya tidak menyinggung perasaannya." Aku menepuk jidat. Kumira sudah dikirim dari tadi."Sini, aku yang ngetik. Nunggu Papa lama." Papa menyerahkan ponselnya padaku. Ternyata dari tadi belum diketik juga, hadeh.[Mama Adel, maaf, tolong segera hapus status gambar Dania dan Pak Dayat yang sedang mengobrol itu. Rasanya tidak pantas.] Kukirim ke Mama Adel. Centang dua, berarti sudah terkirim.[Owh, iya, Pa RT, bentar lagi, nunggu suami melihat.] Lho, memang kanapa? kok harus nunggu Pak Dayat dulu.[Memangnya kenapa, Bu. Jangan memperm
“Sudah cukup Pak, Bu! Kalau njenengan berdua ingin bertengkar, silakan di rumah saja,” lerai Suamiku. Kedua pasangan suami istri itupun akhirnya diam. “Silakan, ada apa njenegan ke sini? Apakah ada masalah?”“Pastinya ada, Pak. Saya mau lapor kalau suami saya selingkuh!” sahut Bu Ning. Pandangannya mengarah ke Pak Dayat.Oh Allah, soal perselingkuhan kenapa harus bawa-bawa RT, sih, ini sudah keberapa kali laporan seperti itu.“Ma, berapa kali Papa katakan kalau Papa itu tidak selingkuh. Mana buktinya? Mama itu selalu suudzon. Dulu dituduh selingkuh dengan langganan tukang sayur, sekarang? Ujug-ujug Mama nuduh selingkuh, lalu selingkuh dengan siapa?” Nampaknya Pak Dayat memang sangat kesal dan marah.“Justru Mama yang nggak mau ngak
Status Facebook TetanggaBenar-benar makin runyam, herannya kenapa Kamila sampai tahu. Wah, si Burhan tidak bisa dipercaya ini.Aku semakin pusing dengan persoalan ini. Jika Khamila tahu, berita ini bakalan cepat tersebar.'Ah baiknya aku memang harus cerita ke Mas Adnan.'Kudekati suamiku yang sedang tertidur pulas. Kulirik jam di dinding, rupanya bentar lagi Asar, memang harus dibangunkan."Mas, bangun sayang, sudah jam 14.40," panggilku sembari menggerak-gerakkan badannya agar cepat bangun.Mas Adnan hanya menggeliat, lalu melirikku dan merangkul."Mas, masih siang, jangan seperti ini, ah." Aku meronta. Dikhawatirkan Adit tiba-tiba pulang karena memang sudah waktunya pulang."Memangnya kenapa? Kan pintu pagar dikunci?" ucapnya. Namun matanya masih terpejam."Mas,ka
Setelah semua barang keperluanku telah aku beli, kemudian aku meluncur ke rumah Khamila.Sesampainya di sana ternyata rumahnya terkunci.‘Kemana Khamila, apa mungkin ia sedang belanja?’Coba aku telpon. Kukeluarkan ponselku dari saku celana jeans yang aku pakai. Langsung kucari namanya.“Assalamualaikum.” Langsung dijawab olehnya. “Ada apa Mama Adit?” tanyanya.“Waalailkum salam. Aku ada di rumahmu, sekarang kamu ada di mana?” tanyaku.“Lah, kenapa nggak dari tadi? Sekarang aku lagi belanja di swalayan,” jawabnya. Waduh, tidak bisa ketemu. Padahal aku ingin menyelesaikan persoalanku dan juga ingin tahu, siapa pria misterius yang menggangguku.Aku juga ingin meminta agar ia menghapus statusnya sekarang, tetapi jika itu aku lakukan, ia pasti tambah senang. Ia itu senang jika aku sulit.&l
Aku di dalam rumah sampai sore menunggu Mas Adnan pulang. Perasaan resah dan gelisah menyeruak dalam dada. Jam empat, Mas adnan tak kunjung pulang. Jam Limapun tak pulang. Kemana Mas Adnan, kenapa jam segini belum juga pulang?Berbagai macam pemikiran-pemikiran negatif berkecamuk dalam otakku.Aku yang sedang duduk di ruang tamu, mandengar bel berbunyi. Sepertinya ada yang datang dan aku keluar.Alhamdulillah, Mas Adnan pulang, Aku menantikannya sekak tadi. Aku mengahambur dan segera memeluknya, mencium pipinya.“Eh, Ma, aku baru pulang dan badan masih bau, lho,” ungkap Mas Adnan dengan heran. Mungkin karena tingkahku yang tidak seperti biasanya.“Kenapahape ditinggal, jadinya aku nggak bisa komunikasi,” ujarku sambil merengut dan masih merangkulnya. Mas Adnan masih berdiri sambil memegang tas kerjanya.“Kamu kangen?” Ledek suamiku“Iya,” ujarku manja. Aslinya benar-benar aku merasa resa