Home / Rumah Tangga / Status Janda, Bikin Resah! / 3. Emak ... tolong Siska!

Share

3. Emak ... tolong Siska!

Author: Nadaauliaa
last update Last Updated: 2023-06-06 00:09:29

"Hah, hih, huh! Hah, hih, huh!"

Suara deru napasku yang ngos ngosan. Persis kayak orang bengek dapat kabar yang kurang menyenangkan, alias kurang membahagiakan. Seperti itulah aku sekarang.

Dengan kebaya putih yang membungkus tubuh bohai ku, aku berlari secepat dan sekuat yang aku bisa. Menengok ke kiri dan ke kanan. Tak lupa juga ke belakang, semoga aja, para pengejar itu tak bisa mengejarku, yang sudah berlari secepat kilat. Mengalahkan cepatnya kereta api yang belum lewat. Namun, namun--

"Nah! Ketemu kamu!"

Hah, aku terkejut! Baru juga mau berenti ini ngos ngosan, udah Dateng aja yang ngejar. Mana kedua tanganku kini di cekal mereka lagi.

Asyem se asyem-asyemnya!

Aku ketangkap! Mana tanganku sakit lagi!

"Ampun Bang Abang. Siska jangan di bawa ke tempat itu lagi, ya?" pintaku memohon dengan segenap jiwa dan raga. Bahkan aku sampai memasang wajah memelas, sememelas mungkin agar mereka mau menuruti keinginanku. Yaitu, melepaskan aku.

"Enak aja! Gak bisa ya? Emang, Neng Siska mampu bayar kami ini berapa, kalau kami mau menuruti keinginannya Neng Siska?" tolak salah satu preman yang mencekal lenganku. Tanpa berbasa basi, ia langsung menego harga.

Idih! Dasar preman matre!

"Udah Din, kita bawa aja Neng Siska ini sama si Bos. Pasti si Bos udah lumutan tuh, nungguin calon pengantin wanitanya yang kabur."

Mereka cekikikan. Sungguh menyebalkan! Bahkan, lama kelamaan jadi menyeramkan.

"Bener juga elu Man. Ayo dah! Untung kita bisa dapetin dan nagkap neng Siska ya... kalau enggak, habis kita sama si Bos Jaka."

"Hih ... ngeri!" sahut si preman bernama Maman. Bahunya bergidik setelah berucap demikian.

"Gak mau, Bang Abang! Lepasin Siska! Siska masih betah jadi janda. Gak mau jadi istri keempatnya Mas Jaka. Gak mau!!"

Aku berteriak sambil mencoba untuk melepaskan kedua lenganku yang dipegang oleh dua preman bernama Udin dan Maman itu. Tapi, sayang beribu sayang tenagaku kalah kuat dari mereka. Hingga di sini lah aku sekarang. Di tempat yang tak pernah aku inginkan.

"Nah, pengantinnya sudah datang Pak penghulu. Ayo, nikahin kami berdua," kata si Mas Jaka buncit dengan senyum merekah dan wajah mesum yang begitu jelas aku lihat.

Aku berkeringat dingin mendengarnya. heran juga, Kenapa kok bisa aku ada di sini sekarang? perasaan aku sudah menolak lamaran dari si Mas Jaka buncit ini deh. Tapi eh, tapi... Kenapa sekarang aku ada di sini?

Emak, Bapak, tolongin Siska! Siska gak mau jadi istri keempatnya si mas Jaka.

Kulihat di belakang si Mas Jaka buncit, terdapat tiga orang wanita dengan paras yang ayu dan cantik. Siapa lagi kalau bukan ketiga istrinya Mas Jaka. Istri pertamanya memandangku dengan sebuah senyuman. Namun, kedua istri yang lainnya memandangku dengan wajah bengis dan sinis. Seperti tidak terima kalau mereka akan mendapatkan adik madu yang super duper cantik dan bohay kayak aku, dari suami mereka.

"Bawa neng Siska ke sini, Din, Man!" perintah si Mas Jaka pada kedua anak buahnya dengan tak sabaran.

"Gak mau! Lepasin! Siska gak mau nikah sama si Mas Jaka!" tolakku bertenaga penuh. Tapi sayang, tenaga aku masih kalah saing dengan kedua preman ini.

"Diem!" Suara si Bang Udin yang sambil memelototi aku, membuat nyaliku langsung menciut kala itu juga.

Hingga tak butuh waktu yang lama untuk mereka berdua menyeretku duduk ke sisi si mas Jaka buncit. Kini, aku sudah duduk berdampingan dengannya di pelaminan.

Menggelikan! Kulihat wajah laki laki paruh baya itu cengengesan setelah aku duduk di sampingnya. Lalu, tiba tiba tangannya pun terulur ke arah si bapak penghulu.

Haduh, gawat! Aku masih gak mau jadi istri keempatnya dia. Lebih baik aku terus terusan jadi janda, daripada harus nikah sama dia.

Emaaakk... tolongin anakmu yang bohay ini, Mak. Siska betah kok jadi janda!

"Saya terima nikah dan kawinnya Neng Siska binti Abdul Qodir dengan mas kawin berupa uang lima ratus ribu, dan satu buah sepeda motor, dicicil dulu."

Loh, loh, loh .... Aku terkejut! Mataku membulat sejadi jadinya. Kok, jadi lima ratus ribu? Bukannya lima ratus juta? Dan, kok! Malah jadi motor sih? Bukannya yang dijanjiin mobil? Mana pakai dicicil segala lagi. Dasar kere! Katanya kaya tujuh turunan. Nyatanya, kere tujuh tanjakan!

Haih, kenapa juga aku malah mikirin maharnya? Harusnya, aku mikirin gimana caranya buat kabur.

Ayo Siska, berpikir!

"Bagaimana saksi? Sah?" Penghulu itu melirik ke arah dua orang saksi yang sama sekali tidak aku kenal siapa mereka. Lalu, bergantian pada beberapa orang yang berada di belakang kami. Hingga--

"Sah!!!" Suara itu begitu menggelegar, membuat aku shok bukan kepalang setelah mendengarnya.

"Tidaaaaak!!!"

"Bruk!"

"Aw!!"

Aku meringis merasakan nyeri di bokong dan badanku yang lainnya.

Suara benda jatuh yang ternyata adalah tubuhku yang jatuh ke atas lantai, membuat aku langsung terbangun dan tersadar. Bahwa yang barusan terjadi adalah sebuah mimpi buruk yang menimpaku.

"Alhamdulillah ... ternyata aku cuma mimpi, toh. Amit amit deh, jangan sampai aku beneran jadi istri keempatnya si Mas Jaka buncit. Mana maharnya ganti lagi. Bukan lima ratus juta. Tapi, malah lima ratus ribu! Mana maharnya juga nyicil lagi!"

Asyem!

Awas kamu mas Jaka! Kublokir nomor kamu!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 59. Mau gak?

    "Gimana?" Satu kata terucap. Sebuah pertanyaan yang membuatku tak bisa berkata-kata, keluar dari mulut manis Angga.Walau aku belum pernah mencoba mulut itu. Eh, tapi aku yakin, mulutnya memang manis. Semanis kata katanya padaku. Dan sikapnya selama ini, tentu saja."Kenapa malah diam? Saya tanya loh. Gimana?" tanyanya lagi. Masih dengan pertanyaan yang sama."Gimana apanya Mas?" Bukannya menjawab. Eh, mulutku malah balik bertanya. Dasar Siska!Grogi kok bisa sampai kayak gini sih."Kok malah balik nanya sih? Saya kan yang nanya duluan sama kamu," katanya dengan kepala yang menggeleng ke kiri dan ke kanan. Aku menatapnya takjub. Cuman gelengin kepala aja, udah bisa bikin aku terpesona. Ganteng banget sih dia. Ya ampun! Pikiranku jadi ke mana mana. Apalagi kalau dia senyum coba. Pasti bakal langsung bikin aku hilang ingatan."Jangan kebanyakan mikirin yang enggak enggak. Kita belum

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 58. Seseneng itu manggil calon suami.

    "Kamu baik bener sama Marni. Gak rugi Sis, nasi gorengnya kamu kasih gratis sama Marni?" tanya si Dudu saat Marni sudah melenggang pergi dari tempatku berjualan. Tanganku yang sedikit kotor, karena bumbu, segera ku bersihkan dengan lap yang biasa aku gunakan di tempat jualanku. Mengabaikan dulu pertanyaannya si Dudu. Masih tak mau menjawab, aku malah tersenyum sama si Dudu."Enggak lah, Du. Cuma satu bungkus doang kok. Masa sih aku rugi. Gak papa lah, kasian aku sama si Marni. Dia itu tetangga aku yang gak pernah ikut campur. Dia masa bodoh. Tapi, dia juga gak cuek, kalau aku ada masalah. Oh ya, aku yakin tuh, di balik sikapnya yang barusan bisa ketawa itu, dia sebenernya nyimpen luka buka si Marno.""Kamu bener, Sis. Kasian aku sama Marni. Dia kan cantik ya? Mukanya bening, walau dia cuma seorang babu. Gak kayak aku," kata Dudu yang membandingkan wajah Marni dengan wajahnya."Kamu juga cantik Du. Sayang aja, ka

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 57. Janda nambah satu.

    Jajan tak jadi, yang ada keluar uang buat Mak Iroh.Huh! Si emak yang satu ini emang meresahkan! Padahal, tadi siang ia juga kebagian jatah bagi bagi uang dari Angga. Tapi, masih aja minjam sama aku. Aku sampai kehilangan nafsu makan, gara gara kelakuan Mak Iroh yang kembali kumat. Ku pikir, setelah lama Mak Iroh tak meminjam uang padaku, ia sudah tobat dan tak akan minjam minjam uang lagi. Tapi ternyata ... ah, sudahlah!Berbagai tipe tetangga, ada di lingkungan kontrakanku. Dari yang julid, yang mulutnya lemes, yang tukang nyebar berita palsu, sampai yang suka minjam uang, tapi jarang kembali pulang itu uang, semuanya ada di sini. Dan aku menjadi salah satu penghuni yang terbilang normal di sini. Karena aku bukan salah satu dari yang baru aja aku sebutkan."Wey, bengong aja, kayak ayam pengen kawin!"Kulirik wajah si Dudu sekilas. Lalu, kembali pada setelan awal.Aku tak berniat untuk terkejut. Apalagi samp

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 56. Mau Jajan.

    Barisan bubar setalah mereka mendapatkan apa yang sudah di janjikan oleh Mas Angga. Yaitu, duit. Mereka semua pulang dengann wajah senang, senyum senang dan mata berbinar. Gagal mendapatkan sembako, mereka pulang dengan membawa uang. Beruntung memang para tetanggaku ini. Uang mengalahkan segalanya. Bahkan, si Jumi yang biasanya suka ketus padaku, berubah bak ibu peri yang kapan saja siap untuk di mintai tolong."Kalau butuh apa apa, bilang aja sama aku. Aku siap bantu kamu, asal ada ininya." Itu kata si Jumi sebelum ia beranjak pergi dari teras rumahku. Jempol dan telunjuknya saling beradu. Aku tau apa maksudnya. Pasti ujung ujungnya duit lagi deh."Mas, harusnya gak usah sampai segitunya sama mereka. Nanti keenakan mereka. Harusnya kan yang kasiih mereka itu si Wati, bukannya Mas Angga," omelku saat semua barisan ibu ibu dan bapak bapak sudah menghilang bak di telan bumi. Hilang kare

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 55. Dasar Wati!

    Gusti! Aku terkejut bukan main. Gak ada angin, apalagi hujan, tiba tiba aja ini rumah di kerubunin para tetangga kontrakan, dari yang paling dekat hingga ke paling ujung, alias paling jauh, semuanya ada. Bukan tanpa alasan mereka mengerubungi rumah kontrakanku. Katanya, aku ada jadwal bagi bagi sembako hari ini. What! Siapa yang bilang dan nyebar fitnah kayak gitu tentangku? Aku kok gak merasa pernah bilang sama seseorang, apalagi orang orang, kalau aku mau bagi bagi sembako. Wong, aku juga masih kekurangan kok. Gimana ceritanya aku mau bagi bagi? Kalau aku ada uang lebih sih, aku juga mau bagi bagi. Tapi, uang lebihku kan sudah aku kasih sama si Dudu, buat biaya sunat adik bontotnya. Nanti malah, aku mau nyari uang lagi, biar ada lebihnya lagi. "Ayo Dong, Sis. Jangan tunda tunda rezeki kami. Kamu kan mau bagi bagi sembako. Kenapa gak langsung di segerakan aja bagi baginya. Dosa loh, kalau kamu nunda nunda apa yang

  • Status Janda, Bikin Resah!   BAB 54. Mau saya nikahin sekarang?

    Ya ampun! Duniaku terasa berbunga saat kulihat wajah Angga memerah karena cemburu. Ada untungnya juga, aku ketemu dengan Andi, teman saat aku sekolah dulu. Ya, aku tau kalau dari dulu itu, Andi suka padaku. Namun, entah kenapa, dari dulu pula hingga sekarang, aku tak pernah memiliki perasaan yang serupa dengan Aldi. Bukan karena Aldi tidak tampan dan menarik. Bukan karena dia juga tak baik. Tapi, karena hati ini yang tak pernah bisa memiliki perasaan yang sama dengan Aldi. Hingga, hanya sebatas teman, yang bisa aku sematkan dalam hubungan kami berdua. Lama tak jumpa, ternyata kami di pertemukan kembali dengan aku yang sudah memiliki calon suami. Dulu, aku memilih menikah dengan temannya. Dan sekarang? Hatiku pun telah terpaut pada yang lain. Mungkin, hatiku dan hatinya yang tak bisa menyatu. Hingga kata 'teman' yang lebih cocok untuk kita sandang dalam hubungan ini. "Bilang cemburu aja kok s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status