Share

Bab 5

Status WA Mantan Istri Suamiku 5

 Kemarin malam, Hans memang hanya mengirimkannya foto ketika berada di toko buku. Namun, berbeda dengan Rima. Mantan istri suaminya itu mengirimkan foto kalau mereka sedang makan di restoran mahal.

 Hati Klara seperti ditusuk-tusuk ketika melihatnya, padahal selama ini Hans tahu kalau ia selalu menyiapkan makanan di meja.

 Hans menggeliat ketika matahari sudah menampakkan sinarnya. Dia menyentuh tempat di sampingnya yang sudah kosong. Ketika menyadari kalau Klara sudah ada di sampingnya, Hans langsung menyusul ke dapur.

 Benar saja, Klara sedang memasak makanan kesukaannya.

 "Tumben pagi ini masak banyak?" tanya Hans takjub ketika melihat meja yang penuh dengan makanan.

 "Mandi, lalu makan, Mas." Klara berbicara sambil terus mengiris sesuatu, sama sekali tidak melirik ke arah Hans. Padahal, biasanya ketika bicara, Klara bukan hanya menatap, tetapi sambil tersenyum. Namun, tidak kali ini.

 Hans yang kaget dengan sikap Klara pun sempat terdiam sejenak. Setelahnya baru mengikuti perintah Klara agar bisa langsung makan.

 Setelah selesai, Hans buru-buru menuju dapur untuk sarapan. Klara mengambilkan makanan ke piringnya sampai penuh.

 Selesai makan, Klara menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. "Mas, apa kamu masih punya perasaan ke Mbak Rima?" tanya Klara membuat Hans menatapnya lekat.

 "Itu tidak mungkin terjadi. Kalau memang punya, kita tidak mungkin berpisah." Hans menjawabnya dengan jujur.

 "Begitu, ya. Emang apa sih masalah kalian dulu berpisah?" 

 "Kok, kamu tiba-tiba membicarakan masalah ini?" Hans terlihat sedikit keberatan.

 "Enggak, aku cuman mau nunggu jawaban logis kamu. Biar aku punya alasan yang kuat." Klara menyerahkan ponselnya yang berisi video dari Anya.

 "Alasan kuat?" Hans menatap Klara aneh. "Alasan untuk apa?"

 "Alasan untuk memilih bertahan atau melepaskan!" Klara mengambil piring kotor Hans dan akan membawanya ke wastafel. Namun, Hans menahan tangannya.

 "Kenapa tiba-tiba membicarakan hal ini? Klara, kamu tahu kan kalau aku enggan untuk membahas masalah ini?"

 Klara memutar mata, malas. "Aku juga enggan, Mas, tapi kamu sendiri yang membuat aku membalasnya." Klara mengambil ponselnya, membuka video Rima, dan memberikan benda enam inci itu kepada Hans.

 "Apa ini?" Hans menatap Klara bingung.

 "Kalau penasaran, tonton saja. Jangan tanya aku!" Klara berucap dingin.

 Hans menonton semuanya sampai habis. “Sepertinya aku perlu menemui Rima," batinnya penasaran apa maksud perkataan mantan istrinya itu.

 "Bagaimana, Mas? Apa kamu memang ingin hubungan kita cukup sampai di sini saja?" tanya Klara tegas, tidak ada kesedihan sedikit pun ada di matanya dan hal itu membuat Hans terluka.

 "Mas mohon Kla, jangan berpikiran negatif. Mas benar-benar tidak ada hubungan apapun dengan Rima dan tidak ingin terikat lagi dengannya." Hans mengungkapkan isi hatinya dengan jujur.

 Hans berjalan ke arah Klara dan berusaha untuk memeluknya, tetapi wanita yang ingin direngkuhnya itu malah menghindar. Hans hanya berhasil memeluk tiang yang berdiri kokoh di samping Klara.

 "Kla!" panggilnya yang hanya ditanggapi oleh hembusan angin. "Maaf kalau selama ini Mas selalu membuatmu curiga." Hans mengaku salah.

 "Entahlah, Mas. Tolong, jangan jadikan aku seperti orang jahat karena sudah hadir di antara kalian. Padahal, Mas sendiri yang sudah memintaku sama Abah. Sampai sekarang, aku masih menolak keras berhubungan dengan laki-laki yang masih setia terhadap masa lalunya, meksipun hanya berada di bawah bayang-bayang." Klara mengungkapkan isi hatinya.

 "Ya sudah, Mas pergi dulu, ya. Ada janji ketemu rekan bisnis." Hans menatap Klara sekilas. Melihat istri bawelnya tiba-tiba diam, Hans merasa sangat kehilangan.

 Klara hanya mengangguk.

 Bukan rekan bisnis seperti yang dikatakan pada Klara, Hans malah menemui Rima di rumahnya. Bahkan, Hans juga mengajak Rima berserta anak-anaknya untuk berjalan-jalan di taman kota.

 Setelah Hans pergi, Klara juga ikut keluar untuk memenuhi janjinya menemani Anya bermain dengan anaknya.

 "Itu kaya Mas Hans bukan, sih?" Anya menunjuk ke sebuah keluarga kecil yang sedang menikmati pemandangan sambil duduk melingkar di atas rumput yang indah juga bersih.

 Klara langsung menatap tajam ke arah suaminya. Karena merasa dibohongi, hatinya menjadi panas. "Biar aku tanya dia di WA." Klara mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan singkat.

 "Kamu di mana, Mas?" 

 Terlihat Hans mengambil ponselnya yang tergeletak di bawah dekat Susi. "Aku di taman kota, Kla." balasnya cepat.

 "Sama siapa, Mas?" tanya Klara lagi.

 "Sama rekan bisnis. Kamu jangan kayak gini, dong, Kla. Mas jadinya gak nyaman." balas Hans cepat dan disertai emoticon kesal.

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status