Share

Bab 28

Nana

Setapak menjadi pengingat jika setiap langkah harus dinikmati sebelum sampai ke tujuan. Jalanan tidak selamanya lurus dan mulus. Becek, berbatu, penuh dengan krikil bisa saja menghadang. Mungkin jalanan seperti ini lah yang bisa mendeskripsikan alur asmaraku.

Niatku mengikuti bakti sosial ini bukan hanya untuk berbagi pengalaman. Tapi untuk kabur sejenak dari tugas-tugas dan masalah yang terjadi. Sadar, jika aku tidak bisa selamanya berdiam diri. Semua ucapan Rani waktu itu menjadi cambuk tersendiri buatku. Sekarang, biarkan aku bernapas lega sejenak.

“Masuk sini suasana kota langsung lenyap,” komentar Agnes saat aku, dia, dan Maria baru berjalan beberapa langkah dari mobil rombongan.

Aku mengangguk setuju. “Masih banyak pohon rindangnya.”

“Aku jadi ingat kampungku di Papua sana,” timpal Maria.

“Na, sini gue yang bawain tasnya.” Anto tiba-tiba menghampiriku.<

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status