Share

bab 4

Penulis: Rani Mulyani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 19:17:24

-

bab 4

-

Pemuda itu masih mengenakan seragam putih abu dan almamater berwarna biru tua dan putih dengan logo SMA Nufa di dada sebelah kirinya. Di dada sebelah kanannya, terpasang nametag dengan ukiran nama Albino Syahrian.

Rambutnya berantakan karena diterbangkan oleh angin malam. Sebelah tali tas ransel berwarna hitam polos bertengger di atas bahu kirinya. Sepatu PDH nya sudah kotor karena gesekan sol sepatu dengan trotoar yang membuat sepatunya menjadi kusam tertimbun debu.

Angin malam yang dingin menerpa wajah putih Albi hingga membuatnya terasa agak kaku. Untung saja Albi masih dilindungi almamater yang cukup membuat dinginnya angin malam tak sepenuhnya bisa menembus almamaternya.

Albi berjalan menyusuri trotoar menuju komplek Pinangsia. Pikiranya kalut, yang ada di dalam otaknya sekarang hanyalah sekumpulan rumus yang telah dibahas tadi pagi dan beberapa metode yang bisa Albi pakai untuk membatalkan pertunangannya dengan Minerva.

Seandainya saja ayahnya masih ada di sini dan bersikap lebih pengertian, maka keluarga Albi tak akan sehancur sekarang. Di mana ayahnya pergi setelah resmi bercerai dengan sang ibu. Kemudian ibu sibuk kembali dengan pekerjaannya sebagai jaksa di pusat kota hingga jarang memperhatikan anak-anaknya.

Hanya Alzhea, yang selalu ada dan menjadi ibu pengganti bagi Albi. Hanya Alzhea yang mengerti kebahagiaan Albi. Hanya Alzhea yang memahami isi pikiran dan hati Albi. Hanya Alzhea

"Lo jadi gembel dalam semalem?"

Albi mendongak, mendapati wajah menyebalkan Pena yang menatapnya setengah tak percaya. Gadis itu berdiri di halaman supermarket memandang Albi dengan heran.

"Gue tebak lo habis dari dalam?" Albi memutuskan untuk mendekat.

"Semua orang juga tau. Apa lo pikir cewek kayak gue ini keliatan gembel banget sampe berdiri di halaman supermarket bawa satu kaleng bearbrand yang masih ada isinya ini buat ngemis?" Balasan Pena terdengar sangat sewot dan sarkas.

"Bisa aja lo mau ngadain pertunjukan. Ngamen atau apa kek gitu." Albi mengangkat kedua bahunya sok tau.

"Pertunjukan? Sulap maksud lo? Gue bakal bisa buat susu ini jadi gelembung terus pecah lagi jadi kupu-kupu gitu?!" Pena membalas sewot, mengambil salah satu adegan sulap di kartun Upin dan Ipin. " Terus apa tadi? Ngamen? Gue bahkan gak bawa gitar atau okulele. Gue pun gak bawa mic dan salon kecil buat narik perhatian orang-orang. Lo kira bunyi apa yang bisa gue hasilin dari kaleng isi susu bearbrand ini yang bakal buat orang-orang datang dan ngasih duitnya?"

"Teori yang masuk akal." Albi mengangguk-angguk kagum. "Pinter juga lo," pujinya kemudian.

"Lo baru sadar? IQ gue 138 btw." Pena membalas dengan sombong kemudian menyeruput pelan susu bearbrandnya.

"Dan IQ gue 142 kalo lo lupa," balas Albi tenang tak mau kalah.

Pena tersedak, kemudian menepuk-nepuk dadanya keras guna membuat susu yang masuk ke saluran pernapasan bisa keluar lagi lewat hidung atau mulut. Walau usaha refleksnya itu sia-sia saja. "Songong banget anjir beda 5 digit doang."

"Refleks lo tadi salah. Yang ada malah bikin tulang rusuk lo sakit dan bisa aja ada saraf lo yang kejepit." Albi sempat-sempatnya pamer teori. "Beda tetep beda. Lo tau kan di pelajaran matematika kalo beda 0,1 sama beda 0,2 aja udah beda jauh nilai aslinya."

Pena mendengus, agak kesal karena mendengar penjelasan Albi yang sama sekali tidak salah. Juga saat Albi mengingatkan kalau IQ nya jauh lebih tinggi dari IQ Pena. Sangat menyebalkan. "Yaudah iya, jeniusawannnn."

Albi tersenyum kecil, agaknya kurang fokus. Karena malam ini Pena terlihat sangat natural dan ehm, cantik. Pasalnya, gadis yang biasanya menguncir rambutnya rapih seperti ekor kuda itu kini hanya menarik seluruh rambut panjangnya untuk dicepol asal dengan jepit rambut biasa berwarna merah muda.

Setelan bajunya juga sangat santai dan minim. Celana kain halus 12 senti di atas lutut dengan hoodie tebal polos yang menutupi seluruh tubuh atas gadis itu. Membuat Pena sekilas tenggelam dalam balutan kain hoodie. Ia memakai sendal jepit karet dengan karakter Pikachu sebagai hiasannya.

"Lo... gak lagi napsu sama gue, kan?"

Albi hampir saja mengumpat mendengar polosnya pertanyaan Pena. Ia menyisir rambut depannya ke belakang. Yang tanpa sadar perbuatan kecilnya itu membuat Pena terpana begitu saja. "Badan lo gak ada apa-apanya dibandingin sama Lady Gaga."

"Ya iya beda! Gue Pevita Natalia bukan Lady Gaga!" Pena berseru sewot, tersinggung.

"Agak kaget aja ternyata lo juga bisa gemesin kayak gini."

"Maksud lo?"

"Penampilan lo." Albi menatap mata Pena dalam. "Bisa gemesin juga kalo lagi di rumah."

Pena tertegun ditatap langsung seperti itu oleh seorang berandal sekolah. Kemudian ia menggeleng cepat, memperingatkan diri jangan sampai jatuh dalam pesona seorang Albiano Syahrian.

"Gue lagi di depan supermarket, bukan di rumah." Lagi-lagi Pena menskakmat pujian dari mulut racun Albi.

Albi berdecak, "terserah," balasnya datar.

Pena mengangkat bahu acuh, berjalan melewati Albi untuk kembali ke kosnya di seberang jalan, namun lengan kanannya yang tertutup hoodie itu tiba-tiba dicekal oleh Albi. Pena mendongak, menatap Albi dengan tatapan meminta penjelasan.

Agaknya pemuda itu paham. Ia berdeham canggung, menjawab pertanyaan telepati Pena tanpa menoleh. "Gue boleh nginep?"

"Hah?"

-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Stuntman   bab 27

    -Bab 27-"NA?!"Suara pemuda lain membuat Pena terjingkat. Gadis itu agak memiringkan kepalanya, keningnya mengernyit melihat Albi berjalan tergesa menghampirinya. "Ngapain dia di sini?"Tatapan Pena berpindah ke Disti. "Lo yang manggil?""Dia kan tunangannya Minerva?" sahut Disti polos.Pena berdecak, "I know," katanya. "Tapi dari mana lo kenal berandal itu?"Netra Disti melebar, kemudian bergerak liar mencari peralihan. "Gueー""Minerva sebenernya kenapa?" tanya Albi langsung."Katanya tabrak lari." Pena mengangkat kedua bahunya acuh. "Kenapa dia bisa

  • Stuntman   bab 26

    -Bab 26-Pria berumur 31 tahun itu melangkah menyusuri rak buku di kantornya. Tangannya terulur mengambil satu buku yang bertajuk Niksen: Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa. Kemudian membawa buku itu ke meja kebesarannya sebagai Kepala Sekolah, duduk berhadapan dengan adik sepupu yang lebih sering dianggap sebagai anaknya. "Jadi yang buat obat baru itu Pena?" tanya pria itu kemudian, setelah mendengar keseluruhan cerita Albi."Gila gak sih? Gue ngerangkai listrik buat satu rumah gue aja masih acak-acakan. Eh si Pena udah buat obat aja. Itu pun dua tahun lalu, Bang!" Albi mengusap wajahnya frustasi.

  • Stuntman   bab 25

    -bab 25-Pena orang lokal.Atau tepatnya, ia dianggap sebagai orang lokal.Padahal dari wajahnya, pasti sudah jelas kalau gadis itu memiliki darah orang luar ーKorea.Mamanya adalah satu dari banyak keturunan keluarga Ryu. Lalu Papanya, adalah seorang jeniusawan sukses yang berhasil membeli satu Kincir Angin Panemone Persia untuk dipersembahkan kepada sang istri. Namun sayang, keduanya sudah berada di sisi Tuhan sekarang.Pena selalu menyesal mengapa ia tak belajar tentang kedokteran, teori alam semesta, atau belajar tentang listrik, dulu, saat keluarganya masih

  • Stuntman   bab 24

    -bab 24-Mimpi buruk.Hal yang setahun belakangan ini tak pernah Pena alami, malam ini terulang lagi. Entah apa penyebabnya, Pena rasa isinya hanya hitam. Gelap. Dan identik dengan sesuatu yang buruk. Pena tak pernah menyukai warna hitam. Karena hitam identik dengan kegelapan, kesedihan, dan keburukan. Entah apa maksud sebenarnya dari hitam di dalam mimpi Pena malam ini, ia berharap itu bukan sesuatu yang buruk.Walau nyatanya harapan itu sia-sia saja. Keesokan harinya, Pena semakin frustasi karena otaknya selalu memutar mimpi hitam itu. Mem

  • Stuntman   bab 23

    -bab 23-Cangkul itu diseret menyusuri jalan setapak di pemakaman yang cukup jauh dari Kelurahan Pinangsia, kelurahan tempat tinggal si bunga sekolah Nufa itu. Peluh menghiasi sekitar dahinya karena lelah sehabis melakukan aktifitas yang merupakan dosa besar seluruh umat Islamー yang bahkan ia sendiri tidak peduli lagi dengan dosa yang akan didapatnya nanti.Sungguh, otaknya benar-benar sudah berada di luar kendali. Ini hal tergila kedua yang gadis itu lakukan dalam minggu ini. Hal mengerikan yang bisa saja membuat nyawanya ikut terancam karena dijadikan tumbal. Namun ia sudah tidak peduli. Ia ingin melihat targetnya menderit

  • Stuntman   bab 22

    -bab 22-"By the way lo tau siapa yang menang vote dan bakal jadi pasangan gue?" Pena kembali berbalik memandang Minverva dengan senyuman misterius.Minerva mengernyit, ikut penasaran dengan siapa yang akan menjadi pasangan tari Pena nantinya."Albino Syahrian."Tangan Minerva terkepal kuat, siap meninju Pena kapan saja. Mendengar nama Albi yang keluar dari mulut gadis tomboy itu, rasanya Minerva benar-benar tak terima kalau yang menjadi pasangan Albi dalam tari nanti adalah sosok Pevita Natalia."Loー"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status