Share

bab 3

Author: Rani Mulyani
last update Huling Na-update: 2021-09-09 19:14:16

-

bab 3

-

Albi mengetuk-ngetukkan bolpoinnya ke atas meja makan sebuah restoran ternama di kota mentropolintan Jakarta. Sedari tadi ia sudah bosan berada di antara manusia-manusia gila yang ingin menjadikan anaknya sebagai syarat kerja sama alias penyatuan dan penguatan relasi dua perusahaan agar tetap berjalan lancar. Gila saja. Di antara 6 orang yang ada di ruangan private itu, hanya Albi dan kakak perempuannya, Alzhea, yang diam menyimakー diam-diam geram dan ingin pulang.

Sebenarnya Albi sudah pusing terlibat dalam hubungan tidak jelasnya dengan keluarga si gadis tunangannya itu, apalagi embel-embelnya pertunangan bisnis. Albi sangat muak karena mereka bahkan mendiskusikan sesuatu yang notabenenya tak pernah terpikirkan oleh Albi. Aslinya sih, ia juga tak mau kalau dijadikan alat bisnis seperti ini. Apalagi ini bersangkutan langsung dengan hati dan kehidupan dewasanya nanti.

Tak tahan, Albi menggeretakkan gigi. Hendak mengeluarkan protes namun lagi-lagi ditahan oleh Alzhea. Wanita berumur 22 tahun itu menggeleng lemah sembari menatap Albi penuh harap, mengisyaratkan agar Albi diam dan tidak membuat keributan di sini.

"Aku pokoknya mau nikah di Paris!" seru gadis yang merupakan tunangan dari Albi itu terdengar merajuk.

Kalau biasanya tindakan gadis seusianya terbilang imut dan menggemaskan, berbeda dengan pandangan Albi pada gadis itu sekarang. Mengerikan dan menajiskan. Sama sekali tidak ada unsur imutnya.

"Boros. Biaya bolak-balik pesawat dan tinggal di Paris itu mahal. Malah uangnya bisa buat sedekah ke anak panti sama tunawisma," celetuk Albi akhirnya sudah tak tahan, menukas dengan nada datar- sedikit bernasihat.

Sang ibu sedikit menyunggingkan senyum kecilnya, menyadari kalau putra bungsunya ini sudah dewasa dan sikap baik dan pikiran rasionalnya menurun dari sang ayah.

"Ngapain sih? Mending buat investasi sama jalan-jalan ke luar negeri!" Gadis itu tentu saja menolak mentah-mentah nasihat Albi.

Albi melirik sinis, "Elo katanya bunga sekolah? Ngamal aja beratnya kayak mikul beban orang satu dunia," cibirnya tajam.

Alzhea berdecak samar, kemudian menginjak pelan kaki adiknya untuk memperingatkan. "Jangan gitu, Al," bisiknya penuh arti.

"Ngomong yang keras, Kak. Lo di sini sebagai kakak gue. Lo punya hak buat berpendapat. Lo punya hak buat gak setuju. Dan lo punya hak buat nyelametin hidup adek lo sendiri dari pertunangan gak jelas ini."

Di luar dugaan, Albi menanggapi dengan tegas dan jelas. Alzhea sempat terlonjak kaget sebelum akhirnya mengusap dadanya sabar, maklum dengan pembawaan serius dari adik satu-satunya ini.

"Albi, yang sopan." Ibu juga memperingatkan dengan nada lembut.

"Kalo ibu mau aku bersikap sopan, maka ibu dulu yang harusnya sopan sama aku. Ibu kira sopan tiba-tiba jodohin aku sama Minerva yang notabenenya anak dari temennya ibu buat alasan supaya relasi pekerjaan kalian tetap lancar? Dengan ngorbanin masa depan anak ibu sendiri??" Albi meninggikan oktaf suaranya, sudah tak tahan. "Ibu mikir nggak kehidupan Albi selanjutnya bakal kayak gimana?!"

"Ya emang kenapa sih, Al? Ujung-ujungnya juga kamu nanti bakal nikah, kan?!" Minerva menyahut dengan sebal.

Albi mendesah keras, sengaja berbuat tidak sopan untuk menunjukkan kalau ia sudah muak berada di sini. "Bener. Tapi kalo nikahnya nanti, gue gak bakal mau nikah sama orang kayak elo," balasnya sinis. "Dikira tahan liat muka rese lo tiap menit? Gue mah ogah."

Dengan cepat tangan Albi memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Hendak beranjak pergi sebelum tangan kanannya kembali dicekal oleh Alzhea. Albi menghela napas menatap mata bening kakaknya yang memancarkan harapan agar Albi tidak pergi dari sini. Albi sengaja mengabaikannya, kemudian tatapannya berpindah ke Minerva, sengaja menatapnya tajam penuh dendam.

"Jangan lo kira kalo lo punya segalanya lantas hidup lo bakal selalu enak dan semua kemauan lo bakal lo dapet. Ada kalanya manusia lain bisa lebih egois dari lo dan berakhir dia yang bisa ngrebut semuanya dari lo. Termasuk mahkota kecantikan lo itu. Sadar, roda kehidupan itu selalu berputar. Bumi berputar bukan karena lo doang yang jadi ratunya. Banyak ratu lain yang bahkan lebih berbudi dari elo."

Amarah Minerva terpancing. Jelas pemuda yang berdiri di sampingnya itu tengah membandingkan Minerva dengan gadis cantik di luaran sana yang etika dan sifatnya lebih baik dari Minerva. Itu membuat Minerva amat emosi dan marah karena penghinaan Albi. Harga dirinya seolah jatuh dan hancur lebur karena dipermalukan di hadapan keluarganya dan keluarga Albi sendiri.

"Satu lagi." Albi berbalik sebelum menggapai kenop pintu keluar. "Rumus lo di TO Mandiri 2 kemaren kurang tanda minus. Makanya masih ada 5 nomor yang salah. Ternyata kalo soal ketelitian, Pena masih jauh di atas lo."

-

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Stuntman   bab 27

    -Bab 27-"NA?!"Suara pemuda lain membuat Pena terjingkat. Gadis itu agak memiringkan kepalanya, keningnya mengernyit melihat Albi berjalan tergesa menghampirinya. "Ngapain dia di sini?"Tatapan Pena berpindah ke Disti. "Lo yang manggil?""Dia kan tunangannya Minerva?" sahut Disti polos.Pena berdecak, "I know," katanya. "Tapi dari mana lo kenal berandal itu?"Netra Disti melebar, kemudian bergerak liar mencari peralihan. "Gueー""Minerva sebenernya kenapa?" tanya Albi langsung."Katanya tabrak lari." Pena mengangkat kedua bahunya acuh. "Kenapa dia bisa

  • Stuntman   bab 26

    -Bab 26-Pria berumur 31 tahun itu melangkah menyusuri rak buku di kantornya. Tangannya terulur mengambil satu buku yang bertajuk Niksen: Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa. Kemudian membawa buku itu ke meja kebesarannya sebagai Kepala Sekolah, duduk berhadapan dengan adik sepupu yang lebih sering dianggap sebagai anaknya. "Jadi yang buat obat baru itu Pena?" tanya pria itu kemudian, setelah mendengar keseluruhan cerita Albi."Gila gak sih? Gue ngerangkai listrik buat satu rumah gue aja masih acak-acakan. Eh si Pena udah buat obat aja. Itu pun dua tahun lalu, Bang!" Albi mengusap wajahnya frustasi.

  • Stuntman   bab 25

    -bab 25-Pena orang lokal.Atau tepatnya, ia dianggap sebagai orang lokal.Padahal dari wajahnya, pasti sudah jelas kalau gadis itu memiliki darah orang luar ーKorea.Mamanya adalah satu dari banyak keturunan keluarga Ryu. Lalu Papanya, adalah seorang jeniusawan sukses yang berhasil membeli satu Kincir Angin Panemone Persia untuk dipersembahkan kepada sang istri. Namun sayang, keduanya sudah berada di sisi Tuhan sekarang.Pena selalu menyesal mengapa ia tak belajar tentang kedokteran, teori alam semesta, atau belajar tentang listrik, dulu, saat keluarganya masih

  • Stuntman   bab 24

    -bab 24-Mimpi buruk.Hal yang setahun belakangan ini tak pernah Pena alami, malam ini terulang lagi. Entah apa penyebabnya, Pena rasa isinya hanya hitam. Gelap. Dan identik dengan sesuatu yang buruk. Pena tak pernah menyukai warna hitam. Karena hitam identik dengan kegelapan, kesedihan, dan keburukan. Entah apa maksud sebenarnya dari hitam di dalam mimpi Pena malam ini, ia berharap itu bukan sesuatu yang buruk.Walau nyatanya harapan itu sia-sia saja. Keesokan harinya, Pena semakin frustasi karena otaknya selalu memutar mimpi hitam itu. Mem

  • Stuntman   bab 23

    -bab 23-Cangkul itu diseret menyusuri jalan setapak di pemakaman yang cukup jauh dari Kelurahan Pinangsia, kelurahan tempat tinggal si bunga sekolah Nufa itu. Peluh menghiasi sekitar dahinya karena lelah sehabis melakukan aktifitas yang merupakan dosa besar seluruh umat Islamー yang bahkan ia sendiri tidak peduli lagi dengan dosa yang akan didapatnya nanti.Sungguh, otaknya benar-benar sudah berada di luar kendali. Ini hal tergila kedua yang gadis itu lakukan dalam minggu ini. Hal mengerikan yang bisa saja membuat nyawanya ikut terancam karena dijadikan tumbal. Namun ia sudah tidak peduli. Ia ingin melihat targetnya menderit

  • Stuntman   bab 22

    -bab 22-"By the way lo tau siapa yang menang vote dan bakal jadi pasangan gue?" Pena kembali berbalik memandang Minverva dengan senyuman misterius.Minerva mengernyit, ikut penasaran dengan siapa yang akan menjadi pasangan tari Pena nantinya."Albino Syahrian."Tangan Minerva terkepal kuat, siap meninju Pena kapan saja. Mendengar nama Albi yang keluar dari mulut gadis tomboy itu, rasanya Minerva benar-benar tak terima kalau yang menjadi pasangan Albi dalam tari nanti adalah sosok Pevita Natalia."Loー"

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status