Dhilla dan Sabrina akhirnya pergi ke rumah sakit. Dhilla menghela napas panjang ketika Sabrina menepikan mobilnya. Rumah sakit yang sama, dimana Papanya Abimanyu dirawat. Terlintas dipikiran Dhilla, mungkin nanti ia bisa menjenguk Papanya Abimanyu, syukur-syukur ia bisa menemukan laki-laki itu disana.
Dhilla turun tanpa banyak kata, diikuti Sabrina yang turun dari kursi pengemudi. Dhilla berjalan dengan ragu mengikuti Sabrina kearah resepsionis, “Maaf mbak, kita mau periksa.” Ujar Sabrina kepada mbak penjaga resepsionis.
“Sakit apa?” Tanya mbak penjaga itu ketus tanpa menatap Dhilla dan Sabrina.
“Hmmm, periksa kandungan.” Jawab Sabrina ragu-ragu seraya melirik Dhilla.
Wanita penjaga itu sontak menoleh menatap Sabrina dan Dhilla bergantian, dengan tatapan meremehkan. Mungkin dalam hati, wanita penjaga resepsionis itu berkata, ‘Sukurin! Itu akibatnya jadi perempuan tidak lurus! Kamu patut mendapat ganjaran itu!&rsqu
Hari-hari berikutnya, Dhilla tidak pernah benar-benar keluar kamarnya kecuali saat ia sedang ada perlu di kamar mandi yang memang ada di dekat dapur. Mamanya pun sudah beberapa hari ini harus mengetuk-ngetuk pintu kamar Dhilla, mengantarkan makanan tiga kali sehari. Bahkan Evi memilih pulang ke rumah saat jam istirahat kantornya tiba. Ia sama seperti ibu pada umumnya, yang khawatir dengan putrinya yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan lebih sering melamun. Rasa khawatir Evi bertambah kala tidak jarang ia mendapati putrinya menangis. Setiap Mamanya mengantar makanan, Dhilla selalu enggan dan benar-benar tidak ingin makan, tapi kemudian ia ingat ada kehidupan, lebih tepatnya ada dua kehidupan lain di dalam tubuhnya. Maka Dhilla makan sedikit. Pagi ini, Mamanya tidak lagi mengetuk-ngetuk pintu, tetapi kali ini menggedor-gedornya dengan kasar. Dhilla bangkit dari ranjangnya, berjalan gontai menuju pintu lalu membuka pintu yang memang ia kunci dari dalam. Ternyata ya
Perkara anak hamil di luar nikah, apalagi usia yang sangat beliau, bukan hal yang diharapkan setiap orang tua manapun, termasuk Fikri da Evi selaku orang tua Fadhilla. Sebagai orang tua pastilah mereka malu, marah, kecewa, bahkan merasa gagal mendidik putrinya. Tapi pada akhirnya ujian itu memilih Dhilla, maka tidak ada jalan untuk Fikri dan Evi untuk lari dari kenyataan. Mereka memang kecewa luar biasa, namun Evi sendiri sadar bahwa Dhilla putrinya juga sama merasa dunianya runtuh. Pagi ini Evi ingin memasakan masakan kesukaan Dhilla, Timlo Solo. Ia berharap sedikit perhatian untuk putrinya bisa meringankan beban mental, dan membuat Dhilla tidak tertekan. Evi sebenarnya sangat takut putrinya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena tekanan yang mendera batinnya. Semalam, ia dan suaminya sudah berdiskusi akan mencari tahu siapa yang telah menghamili Dhilla. Mereka akan mencoba berbicara baik-baik dengan putrinya, supaya putrinya it
Seperti biasanya, riuh jalanan semakin terasa memadati kawasan Malioboro. Kawasan yang dikenal sebagai pusat keramaian kota Yogyakarta itu. Banyak wisatawan lokal hingga manca negara yang menghabisa waktu di sekitar Malioboro pada petang ini. Toko batik, toko oleh-oleh serta wisata kuliner, menjadi objek utama pengunjung.Dhilla dengan tatapan kosongnya, berjalan menyusuri jalan Malioboro, melewati deretan toko batik dan toko kue yang seolah menjamur di kawasan itu.Suara azan yang menggema begitu merdu, membuat Dhilla pun seketika tersadar dari lamunannya. Menoleh pada sebuah bangunan dengan arsitektur yang begitu memukau mata di dekatnya. Sebuah bangunan masjid yang di dominasi oleh warna biru, dan diapit oleh dua toko, yakni toko elektronik dan toko batik.Lantunan suara azan dari masjid berarsitektur cina itu, begitu menarik langkah kaki Dhilla untuk segera menghampiri. Untuk memasrahkan segala yang terjadi di hidu
Menjadi seorang ibu mungkin harapan setiap gadis, tetapi menjadi ibu pada usia masih muda dan masih memiliki cita-cita tinggi yang menggebu, bukanlah impian gadis manapun. Terlebih, jika tidak ada seorang yang mendampinginya. Baik orang tua ataupun seseorang yang memang seharusnya bertanggung jawab dengan makhluk yang tumbuh di dalam tubuhnya.Untuk saat ini, Dhilla harus mengubur dalam-dalam impian-impiannya, yang sudah ia planing sejak dulu. Ia harus bertanggung jawab dengan apa yang memang harus dipertanggungjawabkan.Usia kandungan Dhilla saat ini sudah memasuki minggu ke delapan Meskipun tubuhnya lelah, Dhilla mencoba tetap kuat, dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Dhilla sedikit bernasib baik, karena diterima bekerja di sebuah motel sebagai cleaner. Tidak masalah bagi Dhilla, harus bekerja sebagai tukang bersih-bersih, yang penting ia ada pemasukan dan juga bisa tinggal di mess
Abimanyu duduk di sofa di dekat meja kerjanya, menatap keluar jendela yang kini sengaja dihadapkan ke jendela.Sudah lebih dari dua bulan ini, Abimanyu tidak konsentrasi dalam pekerjaannya. Semua ingatannya terus teringat kepada Dhilla, kekasihnya, perempuan yang amat sangat ia sayangi dan ia cintai. Namun, ia juga yang telah menyakiti perempuannya itu.Ya, perempuan mana yang tidak sakit hati, mengetahui kekasihnya menikah dengan perempuan lain. Setelah, siang dan malam yang panjang sering mereka lalui bersama. Mengingat perbuatanya kepada Dhilla, Abimanyu merasa dirinya jauh lebih buruk dari seorang bajingan sekalipun.Bagaimana tidak, dirinyalah yang mengambil mahkota berharga milik Dhilla. Bahkan, entah berapa kali mereka merengkuh surga dunia bersama. Dan, setelah itu justru dirinya meninggalkan Dhilla begitu saja, tanpa memberi kabar atau alasan dirinya tidak menghubunginya sama sekali.Bukan tanpa alasan, dirinya melakukan itu. Namun, waktu itu banya
Seperti biasa, pagi hari memang begitu indah. Cahaya sang baskara yang mulai menghidupkan asa belum sepenuhnya nampak di ufuk timur, sehingga langit masih terlihat kelabu. Udara sekitar terasa dingin menyentuh kulit. Burung-burung terdengar riang bernyanyi, kicauannya menemani aktifitas manusia di pagi itu.Lalu lalang para manusia yang saban hari menjalani takdir sebagai peniup terompe-terompet kehidupan, mulai terlihat mengeliat. Beberapa pemilik lapak mulai membersihkan wilayahnya. Tapi, pintu toko-toko masih tertutup rapat. Penjaja makanan kaki lima mulai menata hidangannya. Beberapa penduduk lokal asik berolahraga joging, lari-lari kecil sesekali berjalan sepanjang pendestrian.Hmmm, begitulah kiranya gambaran pagi yang menyenangkan di Malioboro, ruas jalan dipusat Yogyakarta, yang bukan sembarang jalan biasa orang menganggapnya. Tapi, sebuah jalan paling fenomenal di tengah Kota Istimewa Yogyakarta.Ya, itulah Malioboro, yang pagi ini masih sepi pe
Satu jam berlalu, Dhilla mulai membuka pelan kelopak netranya yang indah. Pandangan mulai berpancar, meneliti setiap jengkal ruangan asing yang ada di sekelilingnya. Setiap sudut dan inci dari ruangan tersebut tidak ada satupun yang luput dari pengamatannya.Sebuah kamar dengan nuansa biru laut dan lampu yang terang. Dhilla tidak tahu ini kamar siapa? Terakhir, ia ingat saat berada di mobil ibu-ibu yang menolongnya tadi, dan juga semalam saat ia kabur dari Arseno.Saat Dhilla hendak bangun, pintu kamar tiba-tiba dibuka. Dan, menampakan seorang wanita cantik dengan daster panjang dan tidak lupa jilbab yang menutupi kepalanya. Wanita itu tersenyum melihat Dhilla yang sudah sadar, “Kamu udah sadar, nak?” Tanya wanita itu yang tidak lain adalah Salwa.Dhilla balas tersenyum, “Iya, terimakasih ibu sudah menolong saya.” Ucap Dhilla.Salwa mengambil kursi yang ada di pojok kamar, lalu meletakkan di sebelah ranjang dimana Dhilla berada. Ia t
Satu bulan sudah, Dhilla meninggalkan Kota Surabaya dan keluarganya. Saat ini Dhilla benar-benar pasrah, dan menerima segala cobaan yang menyapa hidupnya dengan lapang dada.Kehamilannya, saat ini memasuki bulan ke empat. Perutnya sudah terlihat jika memakai pakaian yang pas ditubuhnya. Tapi, jika memakai jaket atau baju longgar, masih bisa disamarkan.Dhilla, benar-benar dibuat kelimpungan menghadapi siklus kehamilan di trimester pertamanya yang mengganggu indra penciuman dan perasaannya. Namun, sebisa mungkin Dhilla meredam itu semua. Bagaimanapun, Dhilla hanya tinggal seorang diri, sehingga ia kadang harus mengesampingkan perasaannya.Soal ngidam, Dhilla tidak begitu memusingkan. Beruntungnya, Salwa dan Novia selalu perhatian. Jika pulang dari rumah sakit, mereka tidak jarang membelikan Dhilla makanan ataupun cemilan. Meskipun saat itu, Dhilla tidak menginginkan makanan itu, tapi Dhilla selalu suka dengan makanan atau cemilan yang dibelikan mereka.