"Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!" Freya mendorong tubuh Alex dengan sekuat tenaganya. dia berlari sekuat tenaganya menjauhi Alex.
Alex hendak mengejar Freya, tetapi langkahnya dihentikan oleh Renata yang sudah keluar dari ruang rapat. "Hentikan, Pak! Aku mohon jangan mengejarnya lagi! Tolong biarkan Freya menata hatinya kembali!" pinta Renata menatap Alex dengan tajam.Renata tidak ingin mendapati sahabatnya kembali sedih karena dibayangi oleh Alex. Freya pasti terkejut karena perusahaan tempatnya bekerja sama dengan perusahaan Alex. Ternyata, langkah Freya bekerja kembali dapat menjadi bumerang baginya."Jangan ikut campur masalah rumah tanggaku! Kamu tidak tahu apa pun tentang hubungan kami!" tegas Alex pada Renata yang mendengus mendengar pernyataan Alex.Alex segera mengejar Freya, tetapi wanita itu telah lebih dulu pergi menggunakan mobilnya. "Sial! Seharusnya aku mengejarnya lebih cepat!" gerutu Alex mengepalkan tangannya.Sekretaris Alex yang bernama Felix menghampirinya. Alex menolehkan kepalanya seraya berpikir sebelum memberikan perintah pada bawahannya. "Aku ingin kamu mencari tahu tempat tinggal Freya, saat ini! Secepatnya kamu harus menyampaikan informasi ini padaku!" perintah Alex."Baik, Pak. Saya akan segera melaporkannya pada Anda!" jawab Felix yang langsung menghubungi seseorang untuk menjalankan perintah Alex. Walau pikirannya dilanda banyak pertanyaan tentang hubungan atasan dan istrinya, dia tidak berani mengutarakan pada Alex.Alex semakin ingin menemui Freya, dia harus meminta istrinya untuk memikirkan kembali perceraian yang telah mereka sepakati. Pria itu mulai dibayangi oleh perasaan rindu pada istrinya. Ingin rasanya dia kembali memeluk Freya dengan erat dan menenggelamkan perasaan membuncah yang ada dalam hatinya.'Freya! Aku tidak akan melepaskanmu, kamu adalah milikku selamanya!' gumam Alex dalam hatinya.Sementara itu, Freya mengendarai mobilnya tanpa arah, dia tidak ingin kembali ke kantor. Akhirnya, dia memutuskan untuk menepikan mobil di sebuah taman yang terletak di tengah kota. Perasaannya sangat kacau karena bertemu kembali dengan Alex."Mengapa takdir terus mempermainkanku? Seharusnya aku tidak kembali bekerja, hal itu membuatku dapat bertemu dengannya lagi! Mengapa dia terus membayangi hidupku?" keluh Freya.Freya duduk di sebuah bangku di taman. Dia melihat sebuah keluarga kecil di hadapannya sedang menikmati sore hari dengan gembira. Keluarga tersebut terdiri dari seorang Ayah, Ibu, dan anaknya. Mereka terlihat sangat bahagia.'Andaikan aku memiliki anak, apakah Alex akan memberikan cintanya padaku?' batin Freya.Wanita itu kemudian menggelengkan kepalanya. "Apa sebenarnya yang aku pikirkan? Tidak ada lagi jalan menuju kebahagiaan dalam pernikahan kami. Alex tidak mungkin memberikan cintanya hanya karena kami memiliki anak!" gumam Freya.Freya ingat saat Alex terus mencecarnya dalam rapat, dia kesal sekali pada suaminya. Ingin rasanya dia menghajar pria angkuh itu. Dia pikir dengan menjadi rekan kerjanya dapat berbuat seenaknya pada karyawan sepertinya.Saat masih berada dalam pikirannya, seseorang menepuk pundaknya dan menyodorkan sebotol air mineral. "Minumlah, Freya. Aku rasa kamu membutuhkan air untuk menetralkan perasaanmu," ucap Renata yang tersenyum pada sahabatnya. Freya mengambil botol air tersebut lalu menenggaknya dengan pelan.Tadinya, Freya masih berusaha tegar, tetapi mendapati sahabatnya menyusulnya dia malah menitikkan air matanya. "Aku kesal! Mengapa aku tidak menyadarinya? Perusahaan Kingston! Perusahaan itu adalah milik keluarga Alex. Beberapa minggu ini, aku mengerjakan desain resort, tetapi aku sama sekali tidak menyadarinya. Bukankah aku bodoh?" racau Freya."Tidak! Aku juga yang salah karena sama bodohnya denganmu! Aku seharusnya menyadari kalau itu adalah perusahaan milik suamimu. Maafkan aku, Frey! Aku tidak tahu kalau akan jadi seperti ini!" sesal Renata pada sahabatnya.Renata memeluk sahabatnya yang sedang menangis. Freya mengungkapkan semua kegelisahannya. "Tadi dia memelukku, Ren! Dia mengatakan ingin membicarakan sesuatu denganku! Saat itu, aku sedikit luluh dengan ucapannya. Namun, aku teringat kembali dengan wanita idaman yang Alex cintai," ungkap Freya.Semenjak Freya mengetahui Alex memiliki idaman lain, Freya kehilangan kepercayaan dirinya. Freya belum bisa bangkit dari kenyataan itu. Pertemuannya dengan Alex membuatnya sedikit kehilangan pijakannya. Terlihat dengan jelas Alex bersikap biasa saja saat bertemu kembali dengan Freya."Aku merindukannya, Ren! Aku sangat merindukannya! Namun, aku tahu perasaan ini tidak akan pernah berbalas. Aku bagaikan pungguk merindukan bulan!" Freya menumpahkan semua perasaan yang ada dalam hatinya.Renata menenangkan sahabatnya itu, dia tidak bisa melihat Freya terpuruk seperti ini. Saat masih menangis dipelukan Renata, tiba-tiba ponsel Freya berbunyi. Freya mengecek ponselnya, ternyata itu adalah panggilan dari Alex.Freya menegakkan tubuhnya, dia menghapus jejak air matanya dan menerima panggilan tersebut. "Ya, ada apa?" tanya Freya berusaha berbicara dengan tenang."Apa? Baiklah! Aku akan segera ke rumah sakit!" kata Freya dengan terkejut, wanita itu kemudian berdiri dan menutup panggilan dari ponselnya."Ada apa?" tanya Renata pada Freya yang tampak panik. Terlihat raut kekhawatiran di wajah Freya."Kakek Brian masuk rumah sakit, aku harus segera menjenguknya. Alex mengatakan dia terus menyebutkan namaku," jawab Freya yang kemudian berjalan menuju mobilnya. "Kamu pulang ke apartemen saja nanti aku akan menyusul," ucap Freya pada sahabatnya."Ya, baiklah. Hubungi aku bila terjadi sesuatu," pesan Renata pada Freya yang bergegas masuk ke mobilnya.Sepanjang perjalanan Freya mengingat kebaikan dari Brian yang merupakan kakek dari Alex. Beliau adalah sosok yang sangat menyayangi Freya. Alex menghubunginya untuk mengatakan Brian masuk rumah sakit karena sakit jantung yang dideritanya kembali kambuh.Freya terus mendoakan kesehatan Brian. "Semoga Kakek baik-baik saja," gumam Freya sambil mempercepat laju mobilnya."Bagaimana keadaan Kakek? Mengapa bisa hal ini terjadi padanya?" tanya Freya pada Alex yang sedang berdiri di luar ruangan ICU dengan cemas. Alex menolehkan kepalanya menatap Freya. "Aku tidak tahu, dokter mengatakan sakit jantungnya kambuh. Pelayan menemukannya di dalam kamarnya," jawab pria yang masih memandangi wajah Freya dengan intens. Freya melirik Alex yang terus menatapnya. "Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Freya melihat pandangan mata Alex tertuju padanya. "Kamu habis menangis? Apa ini semua karenaku, Frey?" Alex mengatakannya dengan penuh percaya diri. Dia yakin kejadian di ruang rapat menjadi alasan Freya menangis. Alex menyadari kalau perbuatannya mencecar Freya dengan berbagai pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu. Tindakannya sangat kekanakan karena melihat Freya ada dihadapannya. Bahkan, bekerja di perusahaan kecil. Alex tidak menyukai Freya bekerja, dia terlihat begitu cantik dan mandiri sehingga membuat beberapa pria tertarik pada istrinya. "Ja
"Apa yang tadi kamu ucapkan?" tanya Freya tiba-tiba menghadap ke arah Alex yang berada di sampingnya. Alis wanita itu naik ke atas, sekilas Freya mendengar perkataan suaminya. Alex yang ditanyai Freya sedikit gelagapan, tetapi dengan cepat dia menetralkan raut wajahnya. "Aku tidak mengatakan apa pun, Sayang. Mungkin kamu salah mendengarnya," kilah Alex menjawab pertanyaan Freya. Alex mengalihkan pandangannya menuju Kakek Brian, dia mendekat pada Kakeknya. Alex mengucapkan perkataan yang membuat Brian dipenuhi harapan. "Aku akan terus berusaha untuk membuat cicit untuk. Oleh karena itu, Kakek harus sembuh dari penyakitmu dan melakukan operasi pemasangan ring di jantungmu. Aku berjanji padamu, Kek. Kami akan memberikan cicit yang lucu untukmu," janji Alex pada Kakek Brian.Freya tersenyum kecut mendengar perkataan Alex. Dia ingin menolak permintaan Brian, tetapi tidak tega karena kondisinya. Hatinya dipenuhi oleh kegundahan tentang cara memenuhi permintaan Brian. "Baiklah, terima kas
"Aku melakukan sesuatu yang mungkin tidak dapat kamu terima dengan baik," ucap Freya menatap Alex dengan pandangan yang berbeda. Alex terdiam mendengar perkataan Freya, hatinya berdebar takut dengan hal yang akan diucapkan oleh Freya. "Apa yang sudah kamu lakukan?" tanya Alex yang isi otaknya sudah dipenuhi dengan pikiran liarnya. Alex membayangkan kalau Freya ternyata tidak lagi mencintainya sehingga dia berselingkuh di belakangnya. Bila istrinya melakukan hal yang sama dengan mantan kekasihnya dulu, entah harus siapa lagi yang dia percayai. "Selama ini aku meminum pil pencegah kehamilan, sehingga selama dua tahun pernikahan kita aku belum kunjung hamil. Maafkan aku, yang melakukan hal tersebut tanpa izin darimu, aku memiliki alasan sendiri hingga tidak dapat mengatakannya padamu," ungkap Freya pada suaminya. Tubuh Alex seketika membeku, dia tidak menyangka Freya melakukan hal tersebut. Dulu, Freya beberapa kali mengatakan ingin memiliki anak, tetapi Alex tidak menggubris pernyat
"Aku ... aku jelas merindukanmu. Kehilanganmu beberapa hari saja sudah membuatku merasa resah," ungkap Alex dengan jujur. Freya melepaskan pelukannya pada pria yang masih mengisi hatinya. Alex tetap memaksa Freya dan memeluknya, dia sangat rindu dengan wangi manis yang tercium dari badan Freya.Freya menyejajarkan badan mereka, dia ingin melihat dengan jelas wajah Alex saat mengatakan rindu padanya. "Katakan sekali lagi kalau kamu merindukanku!" pinta Freya dengan wajah yang sumringah. Alex membuang mukanya dan menatap pada Brian yang tertidur lelap. Dia malu untuk menatap Freya yang masih menunggunya mengucapkan perkataan rindu. "Sudahlah, Frey. Aku hanya akan mengatakannya sekali saja dan tidak mengulanginya lagi. Kau pun sudah mendengar perkataanku, bukan?" ucap Alex dengan mata yang tidak tertuju pada wanita yang masih berada dalam dekapannya. Freya memanyunkan bibirnya, wanita itu ingin melepaskan dekapan Alex yang hampir membuatnya terbuai. "Aku ingin beristirahat, kamu tidur
"Alex, kalau begitu aku pergi dulu dan bekerja hari ini. Aku tidak mungkin izin karena belum satu bulan aku bekerja di perusahaan," ucap Freya pada Alex setelah mereka selesai berbincang dengan kakek mereka. Asisten Alex, Felix sudah mengantarkan baju baru untuk dipakai oleh Alex dan Freya. Saat ini, mereka sedang sarapan di cafe yang berada seberang rumah sakit.Alex menatap tidak suka pada ucapan Freya, dia tidak ingin wanitanya bekerja pada orang lain. Pria itu masih dapat menafkahinya, dia ingin Freya seperti biasa di rumah dan menunggunya. "Sebaiknya kamu berhenti saja dari pekerjaanmu dan kembali fokus pada keluarga saja, Sayang," saran Alex dengan lembut. Alex tidak ingin Freya merasa terkekang, tetapi tidak menampik dia tidak suka kalau Freya bekerja. Freya tersipu saat Alex mengatakan kata 'Sayang'. Dia tidak fokus pada perkataan Alex yang memintanya untuk berhenti dari pekerjaan. "Bisa kau ulangi perkataanmu?" tanya Freya. "Aku ingin kamu resign saja dari pekerjaanmu. Jad
"Untuk apa aku mengatakan statusku secara jelas padamu? Bukankah kamu sudah tahu selama ini aku selalu menghindarimu?" tanya Freya keheranan. Freya berusaha tidak mengatakan hal yang menyakitkan pada Luis, tetapi sepertinya pria di hadapannya tidak mengerti. Pria itu menatap Freya dengan pandangan nanar, dia telah berharap dapat mendekati Freya. "Harusnya kamu mengatakan kalau kamu telah memiliki suami! Jadi, aku tidak berharap padamu!" seru Luis pada Freya yang sudah tidak sabar untuk pergi dari hadapan pria di hadapannya.Freya menggigit bibirnya, dia kesal berada di situasi yang serba sulit seperti ini. Matanya melihat jari manisnya sendiri, terdapat cincin kawin melingkar cantik di jarinya. "Kamu lihat ini? Aku memakainya dari awal aku bekerja di perusahaan, seharusnya kamu mengerti dengan statusku tanpa aku menjelaskannya secara gamblang," ucap Freya menunjukkan jari yang bertengger cincin di jarinya. Raut wajah Luis langsung berubah, dia tidak memperharikan tangan Freya sebel
"Apa sih? Aku kan belum setuju untuk tinggal bersama denganmu," kilah Freya pada Alex yang tersenyum menggoda. Tidak dapat dipungkiri, dada Freya bergetar karena perilaku Alex yang lain dari biasanya. Ingin sekali dia mengakui kalau dia masih mencintai pria di sampingnya, tetapi egonya melarang karena ingin memberikan suatu balasan pada Alex agar lebih menghargainya sebagai istri. "Kamu telah menerima perjanjian yang sudah kita sepakati bersama, Sayang. Tidak mungkin aku membuat anak seorang diri, tentunya aku membutuhkanmu untuk mewujudkan keinginan Kakek," ucap Alex diiringi dengan tawanya. Freya tidak membalas ucapan Alex. Dirinya teringat pada percintaan mereka yang terakhir. Alex menyebut nama Claudia di tengah kehangatan yang diciptakan oleh Alex untuknya. Freya menghela napasnya, dia takut tidak dapat membuat utuh hatinya yang telah hancur berserakan. Alex memperhatikan diamnya Freya. Dia menatap wanita itu sekitar lewat sudut matanya. "Ada apa, Sayang? Apa ada yang menggang
"Alex! Apa yang kamu lakukan?" tanya Freya dengan lemah, dia heran dengan kelakuan Alex yang terus menggempurnya hingga pagi. Freya masih ingin memejamkan matanya, dia terlalu lelah karena tindakan Alex yang berbeda dibandingkan biasanya. Baru kali ini, Freya tidak bisa mengimbangi permainan Alex. Entah hal apa yang menyebabkan pria itu seakan tidak pernah puas melakukannya."Aku masih ingin, Sayang," jawab Alex dengan suara baritonnya. Freya membuka matanya melihat suaminya yang sekarang sudah berada di atas tubuhnya. Terlihat kabur gairah yang masih mendominasi di mata Alex. "Apa kamu belum puas juga, Alex?" tanya Freya yang masih tidak bertenaga. Dia tidak bisa membayangkan bila Alex masih ingin melakukannya. "Aku sangat mengantuk dan lapar, biarkan aku istirahat dan makan dulu. Aku juga ingin menikmati hari liburku, please," keluh Freya dengan suara pelan, terlihat wanita itu masih ingin memejamkan matanya. Alex melihat Freya yang terlihat tidak berdaya. Dia tidak tega melihat