"Bagaimana keadaan Kakek? Mengapa bisa hal ini terjadi padanya?" tanya Freya pada Alex yang sedang berdiri di luar ruangan ICU dengan cemas.
Alex menolehkan kepalanya menatap Freya. "Aku tidak tahu, dokter mengatakan sakit jantungnya kambuh. Pelayan menemukannya di dalam kamarnya," jawab pria yang masih memandangi wajah Freya dengan intens.Freya melirik Alex yang terus menatapnya. "Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Freya melihat pandangan mata Alex tertuju padanya."Kamu habis menangis? Apa ini semua karenaku, Frey?" Alex mengatakannya dengan penuh percaya diri. Dia yakin kejadian di ruang rapat menjadi alasan Freya menangis.Alex menyadari kalau perbuatannya mencecar Freya dengan berbagai pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu. Tindakannya sangat kekanakan karena melihat Freya ada dihadapannya. Bahkan, bekerja di perusahaan kecil. Alex tidak menyukai Freya bekerja, dia terlihat begitu cantik dan mandiri sehingga membuat beberapa pria tertarik pada istrinya."Jangan terlalu percaya diri. Aku menangis karena mengkhawatirkan keadaan Kakek Brian. Seharusnya kita menjaganya dan tidak membiarkannya tinggal sendiri," kilah Freya. Dia tidak ingin Alex mengetahui kalau dirinya menangisi Alex.'Bisa besar kepalanya kalau tahu tadi aku menangisiny,' gerutu Freya dalam hatinya.Dokter keluar dari ruangan ICU, dia telah memeriksa kondisi Kakek Brian. Alex melangkah maju menghampiri dokter. "Bagaimana keadaan Kakek saya?" tanya Alex dengan rasa cemas."Keadaan beliau sudah stabil dan sudah sadar, tetapi tadi dia terus memanggil nama Freya. Sebaiknya, Nona Freya segera menemui beliau." jawab dokter melihat ke arah Freya, dia yakin kalau wanita yang berada di hadapannya adalah Freya.Freya menganggukan kepalanya. "Boleh aku masuk ke ruangan untuk melihat Kakek? tanya Freya pada dokter."Silakan, sepertinya beliau sudah menantikan kehadiran Anda," jawab dokter yang masih ingin berbicara tentang kondisi Brian pada Alex.Freya memasuki ruangan, dia melihat Brian dengan berbagai alat ditubuhnya. Wanita itu menangis melihat keadaan kakek mertuanya. Brian selalu baik pada Freya, pernikahannya dengan Alex terjadi karena Brian yang ingin menjadikan Freya sebagai cucu menantunya."Kakek, apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu bisa seperti ini?" Freya memegang tangan Brian yang terasa hangat. Perasaan Freya sangatlah lembut, dia sangat mudah tersentuh pada kejadian yang membuatnya sedih.Brian membuka matanya perlahan. "Freya Sayang, apakah itu kamu?" tanya Brian dengan perlahan. Freya mendekatkan dirinya pada Brian."Ya, Kek. Aku di sini, maafkan aku, baru datang untuk menjengukmu. Aku adalah menantu yang buruk karena tidak mengetahui kalau Kakek sakit," gumam Freya dengan parau."Jangan berkata seperti itu, kamu adalah cucu menantuku yang sangat aku sayangi. Aku yang tidak hati-hati hingga terjatuh di kamar," ucap Brian yang menyembunyikan penyakitnya dari Freya.Pria tua itu membelai rambut Freya. Saat itu, Alex datang dan melihat interaksi keduanya. Alex terkadang sangat kesal dengan Brian yang sangat menyayangi Freya. Namun, melihat kedua orang yang dia sayangi hampir meninggalkannya Alex menepis rasa kesal yang bercongkel di hatinya.Dokter mengatakan kalau Brian harus melakukan operasi pemasangan ring di jantungnya. Kondisi penyakitnya sudah sampai tahap memerlukan operasi tersebut. Jika tadi terlambat sedikit saja membawa Brian ke rumah sakit, besar kemungkinan Brian akan meninggalkan Alex selamanya."Freya, maukah kamu mengabulkan permohonanku?" pinta Brian pada Freya yang menatapnya sendu. "Aku ingin sekali kamu mengabulkan permintaan terakhirku, mungkin aku akan bahagia bila kamu dengan senang hati mewujudkan keinginanku," lanjut Brian."Jangan berkata seperti itu, aku akan mengabulkan permintaanmu. Akan tetapi, jangan pernah mengatakan kalau ini adalah permintaan terakhirmu! Kamu harus tetap bertahan dan sembuh dari penyakitmu," ucap Freya tidak menyukai perkataan Brian.Wajah Brian menunjukan senyumnya. "Benarkah? Kalau begitu aku ingin kamu dan Alex memberikanku seorang cicit. Sudah sejak lama aku ingin melihat anak kalian. Aku mohon kabulkan permintaanku, Freya!" pinta Brian pada Freya.Freya membulatkan matanya terkejut, dia tidak tahu harus menjawab seperti apa dengan permintaan Brian. Wanita itu ingin sekali menjawab bahwa dia akan memenuhi permintaan Brian. Namun, kenyataannya dia dan Alex akan segera bercerai. Bahkan, dirinya sudah pergi meninggalkan rumah mereka.Tidak bisa dibayangkan bila Brian diberitahukan tentang keinginan mereka bercerai. Freya takut sakit yang diderita Brian semakin parah. Dia tidak menginginkan hal itu terjadi pada Brian. Terdengar suara langkah kaki Alex mendekati Freya. Laki-laki itu memegang bahu Freya. Dia meremas pelan bahu Freya dengan lembut."Tentu saja kami akan mengabulkan permintaanmu! Maka dari itu, aku harap kamu dapat lekas sembuh untuk melihat cicitmu. Aku ingin kamu menyetujui perkataan dokter yang meminta untuk dilaksanakan operasi pemasangan ring dijantungmu," ungkap Alex menyetujui perkataan lelaki tua yang terlihat melotot mendengar ucapannya."Operasi apa maksudmu?" tanya Freya menolehkan kepalanya ke arah belakang. Matanya menatap Alex dengan tajam.Alex memandang tatapan Freya dengan sendu. Dia tidak ingin menutupi penyakit yang diderita oleh Brian. Freya juga berhak mengetahui tentang penyakit kakeknya. "Tadi aku berdiskusi dengan dokter, ternyata untuk dapat pulih dengan baik dibutuhkan operasi pemasangan ring. Namun, kakek menolaknya karena tidak menginginkan hal itu," jawab Alex dengan pelan.Freya terkejut dengan perkataan Alex, dia menatap wajah Brian yang hanya menggelengkan kepalanya. Brian ingin menyembunyikan tentang penyakitnya dari Freya karena tidak ingin wanita itu khawatir dengan keadaannya. Bahkan, Brian telah memberitahukan dokter untuk tidak memberitahukan tentang penyakitnya pada Freya. Namun, cucunya sendiri yang mengatakan hal tersebut hingga Freya terlihay sangat khawatir.Freya menitikkan air matanya, dia menangis dan merasa bersalah karena tidak peka terhadap penyakit Brian. Sebelum menikah, dia sudah diberikan pesan oleh kakeknya untuk menjaga Brian. Kenyataan ini sangat memberikan pukulan bagi dirinya. "Mengapa kamu tidak ingin mengatakan tentang penyakitmu padaku? Apa aku bukanlah orang yang pantas untuk mengetahuinya?" tanya Freya yang merasa Brian tidak ingin memberitahukan tentang penyakitnya."Bukan! Bukan seperti itu Freya, sayangku, aku minta maaf kalau kamu sampai berpikir seperti itu! Aku hanya tidak ingin kamu seperti ini. Kamu bersedih karena memikirkan tentang penyakitku," ungkap Brian yang memegang tangan Freya.Freya masih menitikkan air matanya. "Aku akan mengabulkan permintaanmu bila kamu bersedia untuk melakukan pemasangan ring di jantungmu. Aku ingin kamu bisa bermain dengan cicitmu dan membersamaiku selama kehamilanku. Aku ingin kamu sehat kembali dan melihat aku mewujudkan permintaanmu!" ucap Freya dengan wajah sendu.Brian menatap Freya dengan wajah yang berbinar, sejak lama dia menantikan kehadiran seorang cucu. Dia khawatir untuk menyinggung perasaan Freya bila memintanya langsung, kali ini dia memanfaatkan penyakitnya untuk meminta seorang cicit dari menantunya itu. "Terima kasih, Freya. Aku sangat menyayangimu," ujar Brian dengan senyumnya.Freya tidak mengetahui di sampingnya Alex tersenyum penuh kemenangan. "Aku pastikan kamu akan kembali padaku, Freya."Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi