Home / Romansa / Suami Bayaran / SB~ Chapter (5)

Share

SB~ Chapter (5)

Author: Queen Mikayla
last update Last Updated: 2021-09-10 10:44:11

"Baby aku sangat menginginkannya. Ini kan first night kita, masa sih kamu tidak menginginkannya juga, " ucap Samuel yang membangunkan tidur Nesya. Tangan Samuel yang nakal mampu membangunkan tidur Nesya yang nyenyak.

"Hentikan! " Nesya memegang tangan Samuel yang sedari tadi berkelana ke tempat yang enak untuk di jajah.

"Kau mau aku denda? " tanya Nesya yang langsung beranjak bangun.

Namun, dengan gesitnya Samuel menghimpit Nesya hingga kini Nesya berapa dalam kungkungan Samuel. Cengkraman tangan Samuel begitu kuat sehingga Nesya tidak bisa berkutik lagi.

"Aku tidak perduli dengan denda yang harus aku bayar, Baby! Malam ini adalah malam spesial untuk kita. " Samuel tersenyum simpul ia menatap dalam wajah Nesya yang mulai tegang.

Detak jantung Nesya mulai loncat-loncat tak karuan, tatapan Samuel mampu membuat Nesya terhanyut.

"Apakah tidak akan dosa? " tanya Nesya dengan bibir gemetar.

"Tidak akan Baby! Kita sudah sah menjadi suami istri. Baby, aku jamin malam ini kau akan mendapatkan surgamu. Baby, apakah kau mau? " tanya Samuel dan dengan cepat Nesya mengangguk.

"Terima kasih! " Samuel beranjak bangun.

"Kok gak jadi? " tanya Nesya yang sepertinya sudah tidak sabar.

"Baby, coba kau berdiri, " titah Samuel. Nesya pun mengangguk dan langsung menurut.

Samuel berdiri di belakang tubuh Nesya, kedua tangannya melingkar di perut Nesya. 

"Kita mulai, " bisik Samuel sembari mendaratkan kecupan hangat di tengkuk Nesya. 

"Sungguh wangi aroma tubuhmu, Baby! " Samuel semakin terhanyut dengan aroma wangi di tubuh Nesya, di tambah aroma bunga melati yang masih melekat.

"Emang harus kek gini dulu Sam, kenapa gak langsung saja sih. Ini kelamaan. Terlalu banyak drama, " protes Nesya yang semakin tidak sabar sebab Samuel masih memeluknya dengan erat. 

"Sabar Baby. Kita harus pemanasan dulu biar semakin terasa. Apakah kau sudah merasakan sensasinya? " tanya Samuel memutar tubuh Nesya.

"Tentu saja! Tubuhku sangat panas Sam. Entah kenapa jadi seperti ini. Sam jadi please ... lanjutkan jangan nanggung Sam. " Nesya melingkarkan kedua tangannya di tengkuk Samuel. Samuel semakin bersemangat saja. 

"Gimana dengan surat perjanjian yang sudah kau tulis Baby? " tanya Samuel. Kedua tangan Samuel melingkar di pinggang Nesya.

"Lupakan saja! Bisa aku hapus. Kan aku yang paling berkuasa. " Nesya tersenyum nakal. Samuel semakin erat mencengkram tubuh Nesya.

"Ok, kita mulai, " ajak Samuel. 

Nesya mengangguk penuh semangat dan langsung memejamkan kedua matanya.

"Ayo dong kenapa lama sih! " protes Nesya yang sudah memonyongkan bibirnya. Nesya sudah menanti untuk mendapatkan kecupan dari Samuel.

"Ih lama, " kesal Nesya yang langsung membuka kedua matanya.

Nesya terbelalak saat ini, kedua matanya terbuka lebar. Wajahnya merona-rona bagaikan kepiting gosong.

"Kenapa? Apa nya yang lama? " tanya Samuel.

Nesya terlihat kikuk dan merasa bingung. Nesya menggaruk pelipisnya yang sama sekali tidak gatal.

"Nesya, kau kenapa sih? Kau mimpi apaan sih sampai suaramu itu membangunkan tidurku! " gerutu Samuel yang beranjak bangun dari tempat tidur.

"Jadi tadi aku itu sedang bermimpi? " Nesya tepuk jidat. Bisa-bisanya sampai terbawa mimpi dan terkesan seperti nyata.

"Mimpi apaan sih? " tanya Samuel kepo.

"Iiiih sebal ... ternyata mimpi. Coba kalau si Samuel tidak membangunkan ku, mungkin aki bisa merasakan itu meskipun hanya dalam mimpi, " batin Nesya. 

_

"Bagaimana malam pengantin kalian? " tanya Mommy Gresya menggoda Samuel dan Nesya. Ketiganya kini tengah menikmati sarapan di pagi hari.

Pertanyaan Mommy Gresya membuat Nesya tersedak dan langsung cegukan.

"Baby ... kau kenapa? " tanya Samuel yang langsung memberikan segelas air putih kepada Nesya.

"Keselek, " jawab Nesya ketus.

Nesya begitu kesal, kenapa harus membahas soal malam pengantin. Membuat Nesya semakin ngiler saja dan semakin membuat dirinya penasaran.

"Semalam itu lancar jaya Mommy. Semoga secepatnya aku dan My Baby bisa memberikan cucu untuk Mommy, " ucap Samuel dengan santai. Samuel semakin mendalami perannya sebagai suami.

"Duh ... Mommy sangat senang mendengarnya. Aamiin semoga benih itu segera tumbuh di rahim Nesya, " seru Mommy Gresya penuh harap.

Nesya hanya menyimak saja, tapi terlintas pikiran nya mulai traveling. Nesya teringat soal mimpi semalam, membayangkan seperti nyata mimpi itu.

"Tuh-kan ... otak ku jadi traveling lagi, " batin Nesya. 

"Aamiin, " seru Samuel.

Samuel menoleh kearah Nesya, ia pun mengusap wajah Nesya dengan lembut, "Kenapa Baby, kenapa kau melamun? Kau malu karena aku bahas malam indah kita semalam di depan Mommy? "

Kya ....

Perkataan Samuel membuyarkan lamunan Nesya dan Nesya kembali cegukan.

"Sudah ... sudah! Samuel kau jangan menggoda Nesya lagi. Sepertinya Nesya malu, " sahut Mommy Gresya menggoda putrinya.

"ish ... menyebalkan, " desis Nesya dalam hati. 

****

Nesya dan Samuel sudah tiba di perusahaan yang di pimpin oleh Nesya. Kebetulan ada Leonard di parkiran, Leonard akan menghadiri rapat pagi ini di Perusahaan Nesya.

"My Baby, nanti siang aku jemput. Kita makan siang bareng. " Samuel yang menyadari adanya Leonard langsung memainkan perannya.

Samuel mencium keningnya Nesya lalu berbisik, "Maaf, aku sudah lancang. Jangan denda aku. Tuh ada mantan kamu yang lagi memperhatikan kita."

Ketika Nesya mau menoleh. Samuel menahannya, "Jangan menoleh kearah sana. "

Nesya mengangguk. Entah kenapa dirinya malah jadi kaku di depan Samuel. Melihat Nesya hanya diam melongo membuat Samuel gemas dan nekad mencumbu lembut bibir Nesya tapi hanya sekilas, "Baby, aku ke kampus dulu. "

Nesya tercengang dan menyentuh bibirnya yang habis kena sun oleh suami bayarannya itu. Samuel tersenyum nakal dan mengacak lembut rambut Nesya, "Maaf! " bisik Samuel.

"Ish ... menyebalkan! " desis Nesya sembari memukul-mukul bidang dada Samuel.

"Tapi suka kan Baby, " goda Samuel.

"Sudah sana berangkat ke kampus, aku mau meeting. " Nesya meraih tangan kanan Samuel lalu mencium punggung tangan Samuel.

"Assalamu'alaikum baby, " ucap Samuel mengucapkan salam.

"Wa'alaikum salam Mas. "

Samuel masuk kedalam mobilnya. Leonard semakin kepanasan saja. Leonard pun menghampiri Nesya ketika mobil yang di tumpangi Samuel berlalu.

"Ekhem ... makin sweet saja, " sahut Leonard ketika berhadapan dengan Nesya.

"Iya dong harus, " ucap Nesya ketus dengan mimik wajahnya yang jutek abis. Nesya nyelonong meninggalkan Leonard yang berdiri mematung.

Jam sudah menunjukan pukul 11 siang, Samuel yang sudah selesai di kampus nya langsung bergegas menuju ke kantornya Nesya. Di dalam mobil, Samuel membayangkan kejadian tadi pagi.

"Kenapa tadi aku berani mencium bibirnya? Tidak takut sama denda yang tertera di dalam surat kontrak, " gumamnya sembari melebarkan senyum.

"Kenapa aku merasa kalau wanita tua itu milikku. Hahaha ... lucu sekali. "

Bukan hanya Samuel, Nesya juga sama dirinya membayangkan saat pagi ketika dirinya mendapat kecupan manis dari Samuel.

"Duh ... Samuel mencium ku, kok aku mau lagi ya? Manis sangat manis. Ah sial! Aku terjebak dalam isi surat kontrak yang sudah aku buat, " gumam Nesya.

Nesya menggigit bibir bawahnya, rasanya ingin sekali merasakannya. Meskipun usianya sudah 32 tahun, Nesya belum sama sekali merasakannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 26 (End~)

    Setelah ulang tahun kelima Samudra, kehidupan Samuel dan Nesya berjalan dengan penuh kebahagiaan dan keberhasilan. Samuel telah menjadi pengusaha muda yang sukses, mengelola bisnisnya dengan bijak, dan telah diakui sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh di negeri ini. Hari-harinya dipenuhi dengan kesibukan mengembangkan perusahaan, namun ia tak pernah melupakan perannya sebagai suami dan ayah yang penuh perhatian.Samuel duduk di ruang kerjanya yang besar. Ia menatap jendela yang menghadap ke kota, sambil mengenang perjalanannya yang penuh liku. Dari seorang pelayan kafe, ia kini menjadi sosok yang dipandang oleh banyak kalangan bisnis. Kesuksesannya tidak datang begitu saja—setiap langkah yang ia tempuh selalu disertai dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari Nesya.Pintu ruang kerjanya terbuka perlahan, dan Nesya masuk dengan senyuman di wajahnya. Ia memegang secangkir kopi untuk Samuel, seperti biasa. "Pagi, sayang. Sedang apa?" tanyanya sambil menaruh cangkir di me

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 25

    Lima tahun telah berlalu dengan cepat, dan hari ini adalah hari istimewa bagi keluarga kecil Samuel dan Nesya. Mereka sedang bersiap-siap merayakan ulang tahun Samudra yang kelima, anak laki-laki yang menjadi pusat perhatian dan cinta dalam keluarga ini. Rumah besar mereka dihiasi balon warna-warni, tawa anak-anak terdengar menggema di halaman belakang yang dipenuhi dekorasi bertema bajak laut—tema favorit Samudra.Nesya memandang dari jendela dapur, tersenyum melihat putranya yang tengah berlarian dengan teman-temannya. "Sudah lima tahun," katanya pelan sambil mengaduk minuman, seolah tak percaya waktu berlalu begitu cepat. “Samudra sudah besar, ya, Sam?"Samuel, yang tengah merapikan dasi dan menyiapkan diri untuk menyambut tamu, mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggang Nesya dari belakang. "Iya, dan rasanya baru kemarin kita membawanya pulang dari rumah sakit," ucapnya lembut, mencium puncak kepala Nesya."Aku masih ingat bagaimana kamu panik waktu aku kontraksi. Sekarang, l

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 24

    Di ruang tunggu rumah sakit, Samuel berjalan bolak-balik, berulang kali melirik pintu ruang operasi dengan ekspresi gelisah. Mommy Gresya duduk di salah satu kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya, bibirnya komat-kamit berdoa, menahan perasaan cemas yang menggantung di udara."Samuel, duduklah dulu, nak. Kamu nggak bisa terus-terusan seperti ini," kata Mommy Gresya lembut, berusaha menenangkan Samuel yang tak bisa berhenti bergerak.Samuel menggeleng. "Aku nggak bisa, Mom. Aku terlalu khawatir. Nesya... dia pasti kesakitan di dalam sana. Aku seharusnya bisa melakukan sesuatu. Kenapa harus operasi cesar?""Ini yang terbaik untuknya dan bayi kalian. Dokter sudah bilang begitu. Kamu harus percaya."Samuel menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi hatinya tetap berdebar kencang. "Aku tahu... Aku cuma nggak bisa tenang. Semua ini terasa begitu cepat."Mommy Gresya berdiri dan meraih tangan Samuel, menggenggamnya erat. "Samuel, kamu harus kuat. Nesya butuh kamu saat ini. K

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 23

    Beberapa bulan kemudian... Nesya sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sambil menikmati pagi yang tenang. Tiba-tiba, perutnya terasa kencang, disusul dengan nyeri yang merambat ke punggung bawah. Dia terdiam sejenak, menaruh cangkirnya dan meraba perutnya yang besar, berusaha menenangkan diri. Mungkin hanya Braxton Hicks, pikirnya—kontraksi palsu yang biasa terjadi di akhir kehamilan. Namun, rasa sakit itu semakin lama semakin kuat, membuatnya meringis dan sedikit mengerang."Samuel!" panggilnya, suaranya bergetar karena mulai merasa panik.Samuel, yang sedang berada di dapur, segera menghampiri Nesya. "Apa yang terjadi, sayang?" tanyanya, tatapannya penuh kekhawatiran. Dia berlutut di samping Nesya, meraih tangannya yang dingin.Nesya menatap Samuel dengan mata berkaca-kaca. "Aku... aku rasa kontraksi ini berbeda, Sam. Sakit sekali... lebih dari sebelumnya."Samuel langsung waspada. "Ini mungkin sudah waktunya. Kamu pasti mulai melahirkan," ujarnya, meski tetap berusaha te

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 22

    Suasana rumah Nesya dan Samuel semakin tenang dan penuh cinta sejak Samuel memutuskan berhenti bekerja sebagai pelayan kafe. Ia sekarang fokus menyelesaikan kuliahnya, dan di sela-sela itu, Samuel juga mengambil peran sebagai suami siaga untuk Nesya yang tengah hamil besar. Setiap pagi, Samuel selalu menyiapkan sarapan untuk Nesya, mengantar dan menjemputnya ke dokter, dan belajar lebih banyak tentang bisnis keluarga Nesya. Ia tahu, Nesya ingin menyerahkan tanggung jawab besar itu padanya.Saat mereka sarapan di dapur yang hangat dan penuh dengan aroma kopi, Samuel melihat Nesya memandanginya dengan senyum kecil."Ada apa?" Samuel bertanya sambil menyuapkan roti panggang ke mulutnya.Nesya menggeleng pelan. "Aku cuma merasa sangat beruntung punya kamu di hidupku. Kamu sekarang belajar banyak soal bisnis perusahaan, dan kamu begitu perhatian padaku. Aku benar-benar berterima kasih."Samuel tersenyum lembut, lalu meraih tangan Nesya. "Aku juga sangat bersyukur, Nes. Aku tahu kamu sudah

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 21

    Acara syukuran untuk kandungan Nesya yang sudah memasuki usia tujuh bulan digelar dengan meriah. Dekorasi indah berwarna lembut menghiasi rumah mereka, dan tamu-tamu mulai berdatangan. Musik lembut mengalun di latar belakang, menyambut kerabat dan teman yang datang dengan wajah ceria. Samuel dan Nesya berdiri di pintu masuk, menyambut setiap tamu dengan senyum hangat."Selamat, Nesya! Kamu kelihatan sangat bahagia," ujar salah satu teman lama Nesya, sembari memeluknya dengan hangat.Nesya tersenyum lebar, tangannya dengan lembut menyentuh perutnya yang membesar. "Terima kasih. Aku memang sangat bahagia, semua ini seperti mimpi."Samuel berdiri di sampingnya, memegang tangannya dengan erat. "Kami benar-benar bersyukur atas semua dukungan dari kalian semua. Ini momen yang sangat spesial bagi kami," kata Samuel sambil memandang Nesya dengan penuh cinta.Di tengah suasana yang ceria itu, Leonard dan Desy tidak bisa menutupi rasa iri mereka. Mereka berdiri di sudut ruangan, menatap acara s

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 20

    Seminggu telah berlalu.Berita tentang pernikahan Nesya dan Samuel menyebar cepat, seperti api yang tersulut angin. Leonard dan Desy, yang merasa iri dengan kebahagiaan Nesya, memanfaatkan masa lalu hubungan kontrak Nesya dan Samuel untuk merusak reputasi Nesya dan Samuel. Mereka mulai menyebarkan kabar bahwa Samuel, yang dianggap hanya seorang pelayan kafe, sebenarnya dibayar oleh Nesya untuk berpura-pura menjadi suaminya. Tujuannya? Agar Nesya tidak dicap sebagai "perawan tua" oleh lingkungan sosialnya. Desy bahkan membawa bukti berupa dokumen perjanjian lama mereka dan menunjukkan kepada publik.Tak butuh waktu lama, berita tersebut menjadi viral di media sosial. Orang-orang mulai membicarakan hubungan mereka dengan nada cemoohan, menyindir bahwa pernikahan itu hanya sebuah sandiwara.Berita itu langsung menyebar ke mana-mana, menjadi pembicaraan di media sosial, di kantor Nesya, bahkan di kafe tempat Samuel bekerja. Desy dengan senang hati memamerkan “bukti” bahwa Nesya membayar S

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 19

    Satu bulan berlalu sejak percakapan serius antara Nesya, Samuel, dan Mommy Gresya. Kehidupan mereka tampak semakin harmonis, hubungan mereka yang sebelumnya diliputi kebohongan kini terasa lebih terbuka dan dipenuhi cinta. Samuel pun tidak pernah meninggalkan sisi Nesya, berusaha memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh.Pukul tujuh pagi, Nesya yang tengah duduk di meja makan bersama Samuel mulai merasa pusing. Pandangannya berkunang-kunang dan perutnya terasa mual hebat. “Aku nggak enak badan,” Nesya berbisik sambil menekan perutnya. Samuel yang sedang menikmati sarapan langsung menoleh. "Kamu kenapa, Sayang?" tanyanya khawatir. Nesya menggelengkan kepala, tetapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, tubuhnya terasa lemas dan pandangannya semakin buram. “Aku... ” ucapnya pelan sebelum tubuhnya benar-benar limbung dari kursi.Samuel yang panik segera berdiri dan menangkap tubuh Nesya sebelum jatuh. “Nesya! Nesya!” panggilnya dengan suara penuh kepanikan. Dia segera menggendong

  • Suami Bayaran   SB ~ Chapter 18

    Ruangan rumah sakit yang tadinya hening perlahan diwarnai oleh suara langkah-langkah perawat yang lalu-lalang. Di kamar rawat biasa, Mommy Gresya sudah siuman dan dipindahkan dari ruang ICU. Wajahnya tampak lebih segar, meski matanya masih menyiratkan kekecewaan yang mendalam. Nesya duduk di samping tempat tidurnya, menggenggam tangan sang ibu dengan hati-hati."Mommy... Aku benar-benar minta maaf," suara Nesya terdengar lemah namun tulus. Ia menunduk, tidak berani menatap langsung ke mata ibunya. Mommy Gresya menghela napas panjang, menatap jendela dengan tatapan yang kosong. “Kenapa kamu nggak cerita dari awal, Nesya? Kamu pikir, menutupi ini semua akan membuatku bahagia?”Nesya menelan ludah, hatinya terasa berat. “Aku nggak bermaksud menyakiti Mommy... Aku hanya takut, takut kalau Mommy nggak setuju dengan keputusan yang aku buat. Waktu itu... semuanya terasa seperti satu-satunya jalan keluar.”Mommy Gresya memutar tubuhnya perlahan, menatap Nesya dengan tatapan yang tajam. “Pern

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status