Share

BAB 3 Terpaksa Mau

Tak peduli dresscode yang sudah disiapkan, Aliesha mendatangi acara tahunan keluarga besarnya.

Saat ini yang paling penting adalah dia harus menyiapkan kupingnya dan kesabarannya untuk diuji.

Keluarganya paling ahli dalam me-roasting seseorang yang masih jomblo atau belum memiliki momongan saat telah lama menikah.

Benar saja, begitu tiba di hotel, gerombolan tante dan omnya sudah langsung menyapa, "Ahh, lihatlah siapa yang datang!"

Selalu menyerang bersamaan dalam satu waktu, tipikal kelakuan keluarga ayahnya jika melihat mangsa empuk seperti dirinya!

"Tante..." Aliesha memasang muka ramah dan senyum yang dia paksakan.

Dalam hatinya ia tahu kalau mayoritas keluarga yang di hadapannya ini tak ubahnya sekumpulan ular berbisa dan rubah yang licik.

"Cantik sekali Aliesha, makin berumur terlihat makin glowing..." sindir salah satu Tantenya menatap setelan baju kerja yang telah Aliesha kenakan sejak pagi.

Padahal, semua orang di sini berlomba-lomba untuk berbusana seindah mungkin. Melihat sekeliling, Aliesha seperti sedang berhadapan dengan jajaran keluarga kerajaan di Eropa.

Tapi, Aliesha tak terpancing.

"Tante juga! Semakin tua, semakin banyak ubannya. Lihatlah kepala Tante yang bagian samping, ketinggalan belum disemir," balasnya pura-pura polos, “tapi, tetap keren, kok!”

Tanpa rasa bersalah, perempuan itu tersenyum.

Beberapa Om dan Tante yang dia sudah lupa siapa namanya, bahkan menahan tawa.

"Eh … tapi, adikmu sudah membawa calon pasangannya. Jadi, kamu kapan memperkenalkan pacarmu ke keluarga?" Salah satu omnya kini bertanya.

Ck!

Pertanyaan ini yang sebenarnya membuat Aliesha muak.

Tapi, kali ini dia tak mau kalah dan tinggal diam di pojokan.

"Sudah ada, Om... kapan-kapan akan saya bawa ke keluarga besar," jawabnya tanpa ragu-ragu.

"Benarkah? Oh, siapa yang beruntung mendapatkan perawan purba seperti kamu?”

Tawa menghina dari Omnya membuat Aliesha, tersenyum sinis. "Eh, setidaknya saya tidak punya skandal dengan sekretaris pribadiku, Om..." jawabnya cepat.

Pria tua di depannya itu sontak melotot. "Hey, berani-beraninya kamu!"

"Saya tidak menuduh Om melakukan selingkuh saat di kantor atau business trip. Saya hanya mengatakan itu asal-asalan saja, Om. Tak perlu khawatir. Toh istrimu juga tidak pernah tahu kalau ada video yang tersebar ke mana-mana."

Sekarang, giliran Aliesha yang berlalu dengan bangga.

Rupanya keputusannya untuk ikut acara reuni tak seburuk dugaannya.

Dia memiliki bakat terpendam untuk “menghidupkan” suasana.

"Aliesha! Ke marilah!" Seorang wanita yang menurut ingatannya adalah kakak dari ayahnya melambaikan tangan.

"Iya, Tante. Apa kabar?" sapa Aliesha dengan anggun dan elegan.

"Baik. Kamu sekarang agak kurusan. Makanya, cepat merit biar terlihat subur dan terawat!’ ucapnya, “Ini masih ingat dengan saudara sepupumu, Sarah?"

Tantenya yang julid itu memperkenalkan anaknya pada Aliesha kalau-kalau dia sudah lupa.

"Oh, tentu. Sarah anak sulung Tante bukan?"

Aliesha menjabat tangan perempuan itu dengan lembut.

Dia memperhatikan penampilan sosok di depannya yang lebih mirip sebagai wanita simpanan pejabat daripada wanita terhormat.

"Iya, betul. Dia seumuran kamu! Anaknya sudah dua. Satunya sudah kelas dua SD dan yang kecil sudah masuk playgroup. Kamu gimana?" sindir Tantenya lagi, "Jangan karir terus, dong! Nanti kalau sudah tua seumuran Tante dan belum menikah, kamu bakalan menyesal. Ayo, cepat nikah!"

“Benar. Nanti, kamu makin susah ketemu yang pas, loh!” timpal sang sepupu dengan sok.

Aliesha menahan senyum memperhatikan kelakuan ibu dan anak yang merasa paling benar itu. Jujur saja dia merasa sakit hati dengan komentar keluarga besarnya sendiri yang tak punya hati.

"Saya akan segera menikah setelah mapan secara ekonomi. Soalnya, saya takut jika nanti saya harus jadi pelakor atau jadi simpanan pejabat tua renta untuk membeli popok anak saya," balas Aliesha akhirnya.

“Apa?” Kedua wanita itu sontak geram dan merasa sakit hati dengan sindiran tajam itu.

"Perawan tua kurang ajar! Kau–” kalau tidak ingat ada banyak orang di sini, mungkin dia sudah menjambak atau memukul keponakannya itu.

Tapi dia tak mau merusak citra yang sudah dibangunnya selama ini hanya gara-gara berkelahi dengannya.

"Lebih baik jadi perawan tua, tapi kaya raya. Daripada jadi gundik simpanan!" potong Aliesha cepat.

Rupanya Aliesha tak mau kalah dan masih melanjutkan pembalasannya. Gadis yang dulunya pendiam dan penurut ini sekarang sudah berani melawan.

"Nona!"

Entah dari mana datangnya, Noah tiba-tiba muncul di belakangnya.

Nafasnya terengah-engah karena berlari sekencang mungkin ke dalam ruangan acara.

“Ada apa?” tanya Aliesha bingung.

Noah segera menunjuk ke panggung acara. Di sana, sudah ada ayah Aliesha dan bersanding dengan Eros.

Mata Aliesha sontak membulat. Dia merasa kesal dan sekaligus malu. Terlebih, kala sang ayah memegang mic.

"Mohon perhatiannya sebentar, keluargaku tercinta. Saya minta perhatiannya."

Ruangan seketika hening. Tak ada lagi suara bisik-bisik dan gelak tawa yang terdengar.

Semua mata tertuju pada ayah Aliesha itu. Senyuman bahagia nampak terpancar di wajahnya.

"Perkenalkan, di samping saya ini sudah ada sosok gagah dan rupawan... Nak Eros. Eros ini adalah calon keluarga baru kita. Dia adalah calon suami Aliesha, putri sulung saya."

Ungkapan itu tentu membuat semua orang terkejut. Bahkan, Aliesha juga!

Siapa yang menyangka kalau ‘jodoh’ Aliesha datang secepat ini di saat acara bahkan belum usai.

"Malam ini adalah pertunangan mereka. Oh, iya! Eros adalah pewaris tunggal keluarganya. Kita akan banyak diuntungkan dengan pernikahan Aliesha nanti dengan Eros." Ayah Aliesha itu menjelaskan rencana perluasan bisnisnya dengan keluarga calon besan.

Tepuk tangan sontak bergemuruh.

Seluruh mata tertuju pada Aliesha.

"Naiklah!" Tantenya memerintah, "Jangan biarkan Tuan Muda kaya raya itu menunggu."

Mau tidak mau akhirnya Aliesha-pun naik.

“Huh…” gerutu Aliesha dengan melangkah berat menuju ke stage tempat ayah dan calon suaminya itu berada.

Ekspresi itu hanya bisa dilihat oleh Noah dari bawah panggung, dia tahu betul kalau boss-nya sedang dalam keadaan terpaksa dan terjepit.

Menyaksikan wanita impiannya mendekat, Eros pun tertawa dan tangan kanannya memegang pinggangnya.

"Darling, kita bertemu lagi. Mungkin malam ini kita harus check in..."

Suaranya membuat seluruh tubuh Aliesha menegang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status