Share

BAB 4 The Game is ON

"Nona, makanlah..."

Sudah beberapa kali, Noah menyuruh Aliesha memakan salad yang dipesannya.

Dia tak merasa lapar. Padahal, pagi tadi dia sudah skip sarapan.

"Apa kamu saja yang makan, Noah?" Aliesha menyodorkan piring saladnya pada Noah.

Untungnya, sang sopir menerimanya dengan baik. Kebetulan, dia masih lapar.

"Masih kepikiran soal Tuan Eros?" Noah berhenti makan di saat satu suapan terakhir masih tersisa.

"Begitulah." Aliesha hanya bisa jujur pada sopirnya sekarang.

Tak ada seorang pun di keluarganya yang peduli bagaimana perasaan yang dialaminya.

Yang penting bagi keluarganya, dia harus cepat-cepat melepas masa lajang dan menikah.

Untungnya semalam, dia masih bisa kabur dari Eros. Tapi, untuk selanjutnya?

Aliesha tidak tahu….

"Kalau dipikir-pikir, Tuan Eros itu sangat bersemangat dalam dua hal."

Kalimat Noah sontak membuat Aliesha menyimak dengan seksama. "Apa itu memangnya?"

"Nona masa tidak bisa memahami dia? Dua hal itu adalah..." Tatapan mata Noah tertuju pada bibir Aliesha sekarang," ah, lupakan saja!"

Secara refleks, tangan Aliesha memegang tangan sopirnya agar melanjutkan kalimatnya.

Dia paling tak suka digantung seperti ini!

"Lanjutkan atau aku akan memecatmu, Noah!" ancam Aliesha.

Mendengar itu, Noah sontak menahan tawa dalam hati.

Dalam track record sejarah kehidupan Aliesha, dia adalah satu-satunya sopir yang mampu bertahan lebih dari enam bulan.

"Jangan, Nona! Kau tau kalau aku butuh pekerjaan ini untuk melunasi hutangku. Aku akan mengatakannya," bohongnya sambil memasang muka memelas.

"Baiklah. Cepat katakan!"

"Tuan Eros sangat bersemangat dalam hal makan dan urusan ranjang."

Aliesha yang saat itu sedang meminum air mineral hampir saja tersedak.

"Aku berkata jujur, Nona," imbuhnya," semua orang juga tahu, bentukan anatomi tubuh lelaki macam Tuan Eros punya libido yang tinggi. Dan itu berarti jika Nona bersedia menjadi istrinya, Nona akan menjadi budaknya di ranjang!"

Boom!

Baru pertama kali ini Aliesha mendengar seorang lawan jenis yang begitu vulgarnya mengatakan cerita seperti ini.

Antara merasa risih, namun dia juga merasa seperti... ah, sudahlah.

Entah mengapa, imajinasinya sekarang tak lepas dari bibir Noah yang mengatakan cerita jorok itu dengan nada yang normal dan wajar.

"Oke, terima kasih informasinya. Sebaiknya kita segera kembali ke kantor." Aliesha cepat-cepat berdiri dan melangkah kaki ke luar resto.

***

Aliesha terus saja ingat pada kalimat yang diucapkan Noah tadi mengenai dua hal yang Eros sukai, yaitu makanan dan ranjang. Dia berusaha menetralisir pikirannya namun tetap saja sulit dilakukan.

Libido yang tinggi? Mengapa kedengarannya sangat menakutkan!

Pucuk dicinta, ulam pun tiba.

Orang yang membuatnya kepikiran mendadak mengirimkan sebuah pesan

[Nona, maafkan aku.]

Rupanya, Noah masih merasa bersalah dengan pembicaraannya yang terlalu jorok tadi.

[Gapapa.] balas Aliesha.

Namun, Noah tampaknya tak percaya begitu saja.

[Saya mau bukti. Kirimkan saya foto senyum Nona.]

Membaca itu, Aliesha menahan tawa.

Tak biasanya, dia mau menuruti permintaan kekanakan seperti ini.

Namun, entah mengapa dia ingin melakukannya.

Jadi, Aliesha pun mengambil satu foto selfie yang menunjukkan dirinya tersenyum.

[Ok, aku percaya Nona. Tapi kau juga membuatku tak bisa tidur malam ini. Izinkan aku datang terlambat besok.]

Aliesha tak mengerti dengan balasan Noah.

[Memangnya kamu sakit?] tanya Aliesha dalam pesan onlinenya.

[Aku laki-laki normal. Melihatmu memakai lingerie begitu, pikiranku sudah terbang ke kamarmu.]

“Hah?” pekik Aliesha kaget sembari membanting ponselnya.

Segera saja perempuan itu menutupi tubuhnya dengan selimut.

Aliesha lupa pakaian tidurnya terbuka dan lupa bahwa Noah adalah pria normal!

Sayangnya, sebuah pesan dari sang ayah membuat perasaan aneh di dadanya tergantikan rasa amarah.

[Besok datang ke rumah ayah!]

** 

Aliesha buru-buru masuk ke ruangan ayahnya setelah salah satu asisten rumah tangga di rumahnya memberitahu.

"Jadi, kenapa ayah tiba-tiba memanggilku?"

Di sampingnya ada Noah yang mengikuti ke manapun dia pergi.

Pria tua itu mendelik kesal pada putri sulungnya. "Jangan banyak tanya. Mertuamu akan datang malam ini ke sini. Kamu dan Eros akan segera menikah."

Mendengar itu, Aliesha geram.

Minggu lalu sudah dibuat malu dengan acara tunangan dadakan di reuni keluarga, lalu tiba-tiba sekarang ayahnya mengatur pernikahannya?

"Ayah, aku belum seratus persen cocok dengan Eros. Dia itu pikirannya jorok!" Aliesha membuat alasan agar ayahnya tahu siapa sebenarnya laki-laki yang akan menjadi menantunya.

Namun, sang ayah justru tampak santai. "Jangankan Eros! Itu si Noah kalau lihat kamu pasti juga kepikirannya hal-hal begituan.”

“Lihat saja bajumu! Terbuka sana-sini!"

Noah yang tadinya bermuka datar jadi ikut tersenyum sendiri.

Melihat itu, Aliesha memberikan isyarat dengan matanya agar Noah bersikap normal dan tidak ikut-ikutan mengejeknya.

Tanpa terasa, waktu yang dijanjikan pun tiba.

Seluruh keluarga inti sudah berkumpul.

Hanya saja, Aliesha nampak kikuk saat harus bersanding di meja makan dengan Eros.

Berkali-kali,  pria itu pura-pura menjatuhkan pisau dan garpunya ke lantai dan mencoba memegang kaki Aliesha!

Untungnya, Noah yang berdiri di belakangnya, sudah siap.

"Tuan, biar saya ambilkan yang baru," ucap pria muda itu mengambil garpu yang sudah jatuh.

"Tidak perlu, bocah ingusan. Urus saja tamu lainnya," bentak Eros, "Lagian, kamu ‘kan sopir. Ngapain di sini?”

“Pergi kamu!" usirnya.

Semua orang terkejut dan mata memandang ke arah Noah.

Tak nyaman, pria muda itu pun menunduk. "Maaf, Tuan. Baiklah, saya permisi."

Noah pun segera berjalan ke luar ruang makan yang cukup besar itu dan mencari udara segar di balkon.

"Kenapa kabur ke sini?" Aliesha mendadak bertanya, hingga Noah terkejut.

Wanita cantik itu menyusulnya rupanya.

"Tidak apa-apa, Nona. Di dalam, sangat sumpek. Jadi, saya cari angin," ucapnya cepat.

Hanya saja, tangan Noah sangat tidak tahan untuk tidak menyentuh punggung Aliesha yang terbuka.

Rancangan gaun yang dikenakan wanita itu memang tertutup di depan, tetapi mengekspos punggungnya yang mulus.

Untung, dia dapat segera mengendalikan diri!

"Hmmm... begitu rupanya." Aliesha kini berdiri tepat di sampingnya, "Kukira kamu ke sini karena perlakuan Eros.”

“Terus terang, aku muak dengan kelakuannya yang seperti seekor binatang setiap kali melihatku."

Aliesha terus bercerita dan tanpa sadar membuat Noah ikut hanyut dalam perasaannya.

"Bagaimana ini, Noah... apa yang harus aku lakukan?"

"Nona, bersabarlah..."

"Sabar bagaimana? Aku juga perempuan. Aku ketakutan setiap kali mau tidur. Aku merasa kalau... kalau ada Eros yang siap menyerang kapanpun aku memejamkan mata," keluhnya.Tanpa sadar, wanita yang biasanya kuat itu mulai menitikkan air mata.

Noah segera menyeka ujung mata Aliesha. "Jangan menangis... Nanti cantiknya hilang," hiburnya.

Dia bahkan memeluk Aliesha erat.

Cukup lama keduanya seperti itu, sampai Eros tiba-tiba datang dan tampak murka!

"Oh, jadi ini yang kamu lakukan saat menolakku menyentuh kakimu?" marah pria tambun itu, "saat aku sentuh kamu, reaksimu selalu menolak. Tapi, kamu malah mau saat dipeluk-peluk oleh sopir berondongmu ini!”

“Sini kamu!" Tangan Aliesha mendadak dipegang paksa oleh Eros.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status