Aliesha seketika tersadar.
Dia tiba-tiba malu sendiri dengan apa yang dia sarankan.
"Hahaha... aku bercanda saja, Noah," ucapnya.
"Oh..." Noah tampak lega dengan klarifikasi bossnya.
Meski demikian, tak dipungkiri ada sebongkah harapan kecil jika itu adalah sebuah kenyataan.
Setelah kecanggungan itu, Aliesha dan Noah sengaja masuk ke Sherlock Cafe bersamaan.
Keduanya mencari wajah lelaki yang dikirim oleh Ayah Aliesha sejak siang tadi."Nona, itu orangnya!" Mata Noah yang lebih awas bisa menemukan secepatnya sosok yang mereka cari
"Astaga, kamu benar. Itu orangnya." Aliesha sudah mulai gugup sekarang.
Di luar bayangannya, lelaki itu lebih gendut daripada di foto yang tadi siang dilihatnya.
Wajahnya juga sudah penuh kerutan.
“Apakah dia memakai aplikasi atau filter untuk membuat dirinya terlihat lebih muda dan kurus?”
Ucapan Aliesha membuat sopir muda di sampingnya, tertawa.
Namun, Noah cepat menutup mulutnya karena tak mau mencuri perhatian dari pengunjung lain.
"Ekhem,” dehamnya menormalkan suara, “Tapi, dia kaya, Nona. Bukan sopir sepertiku..."
Bugh!
Aliesha menyikut pelan perut Noah yang sejak tadi seperti mengejeknya.
Makin ke sini Aliesha semakin merasa sulit untuk menemukan jodoh yang sepadan.
Mereka yang dijodohkan dengannya rata-rata kalau bukan seorang duda kaya, maka seorang kaya tapi jelek, atau bahkan pria tua namun hartanya tidak habis dimakan tujuh turunan.
"Selamat sore, apakah Anda sudah melakukan reservasi?"
Seorang pelayan lelaki tiba-tiba mendatangi mereka berdua.
Pertanyaan ini sontak membuyarkan lamunan Aliesha yang sudah melanglang buana ke mana-mana.
"Oh, saya mau bertemu dengan Tuan Eros," ucap wanita itu tegas.
"Apakah maksud Anda Tuan Eros Clayton?" tanya pelayan tadi.
Noah mengangguk dan segera menyambar tangan Aliesha untuk dituntun mendekati calon potensialnya.
Di sana, Eros tampak sudah menikmati santapan makanannya.
Astaga …..
Bahkan sebelum datang, Eros sudah habis beberapa menu makanan lebih dulu.
Pantas saja, dia gendut!
"Hai..." sapa Aliesha. "Boleh saya duduk?"
Eros gelagapan karena masih mengunyah beberapa makanan di mulutnya. "Oh, boleh..."
Dia kesulitan bicara karena mulutnya hampir penuh. Aliesha dan Noah tersenyum melihat perbuatannya.
"Kamu... Aliesha?" Eros seperti melihat bidadari dari kayangan turun. "Tubuhmu...seksi... cantik... rambut panjang... hmmm... lezaaat..."
Aliesha mengerutkan kening, jijik mendengar kalimatnya.
Apa dia disamakan dengan makanan yang sedang dihidangkan di depan lelaki itu?
Tapi, dengan tak tahu dirinya, Eros justru kembali berkata, "Dengarkan aku! Aku tahu kamu sudah berusia tidak muda lagi. Kamu sudah masuk kategori perawan tua. Aku mau kita tak perlu lama-lama lagi untuk kenal satu sama lain–"
Pria itu kesulitan menelan sambil berbicara.
"Uhuk, uhuk..."
Dia terbatuk!
Menyadari situasi, Noah segera menyodorkan segelas air putih untuk diminumnya.
Hanya saja, Aliesha menyesal dengan tindakan baik bawahannya itu karena Eros justru mengutarakan hal yang membuatnya “panas”.
"Jadi, ayo kita menikah dan segera punya anak," ucap pria itu dengan tatapan mesum.
Hah?
Sejak kapan Aliesha mengatakan setuju untuk menikahinya?
Bukankah ini hanya pertemuan pertama dan mereka tidak tahu menahu soal satu sama lain?
"Maaf... apakah itu tidak terlalu tergesa-gesa? Saya belum mengenalmu... dan kamu juga belum mengenal saya..." Aliesha menahan emosinya saat mengatakan kalimat tersebut.
Namun, Eros justru tampak menggeleng.
"Bagiku, kamu masuk kriteriaku. Cantik, montok dan seksi…," ungkapnya secara jujur. "Itu sudah cukup. Oh, iya. Kuanggap bonus jika kamu bisa melayaniku di ranjang dengan baik.”
Mata Aliesha terbelalak mendengar penuturannya yang di luar nalar.
“Aku suka perempuan yang hot dan mau mengikuti kebutuhanku... Hahahaha..."
Eros kembali berkata asal.
Pria tua itu bahkan tak sadar kalau beberapa makanan telah keluar dari mulutnya karena belum semua tertelan sempurna.
Tawanya ini membuat seisi ruangan mengarah ke arah ketiganya!
"Tuan, apa bisa mengecilkan suaramu? Sejak tadi, semua orang memperhatikan kita." Noah berbisik ke dekat telinga pria tua itu.
Seketika, Eros pun diam.
Namun, dengan sombongnya, ia kembali berkata, "Hei, siapa yang berani mengejekku? Asal kamu tahu anak muda, cafe ini dan seluruh bangunan ini adalah milikku!
“Hahahaa..." Dengan bangganya, dia kembali tertawa sembari memamerkan kekayaannya.
"Itu... lihat di luar sana. Semua bangunan yang masih bisa dilihat dari dalam cafe ini adalah milik keluarga Eros Clayton!"
Saking sibuknya membanggakan diri, dia tak menyadari Noah dan Aliesha menggelengkan kepala dan berbisik-bisik.
"Nona, aku sarankan sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku berani taruhan, orang ini punya otak yang lebih kotor dari air comberan," bisik Noah pada Aliesha yang disetujui wanita itu.
"Apa kamu ada ide?" balas Aliesha sambil mengamati Eros yang sedang membersihkan mulutnya dengan tisu.
Makan pun benar-benar … belepotan!
Ya Tuhan, dia tak dapat membayangkan berakhir dengan pria tua itu.
Bagaimana bisa ayahnya setega ini?
Noah tampak berpikir. "Bilang saja, Nona ada panggilan mendesak," idenya.
Aliesha terdiam.
Melihat ini, Noah menyalakan handphonenya dan menekan nomor bosnya itu.
Jadilah sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
Ting!
"Maaf Eros, ini dari kantor. Sepertinya penting."
"Tak masalah. Selagi kamu belum menjadi istriku, kamu boleh bekerja. Saat nanti kita menikah, kamu akan sibuk memuaskan aku di ranjang dan menyuapiku makan..." jawab pria tua itu tak nyambung.
Aliesha sampai memelototkan matanya saat mendengar itu.
Namun, dia teringat rencananya.
"Hallo..."
"Apa? Benarkah? Baik, baik. Aku segera ke sana. Aku akan datang."
Dia pura-pura panik dan segera mohon diri.
Setelahnya, ia mematikan telepon dan menatap Eros tak enak.
"Hmmm... aku sebenarnya masih ingin berlama-lama di sini, tapi sepertinya di perusahaan sedang ada masalah genting. Jadi, aku harus kembali ke kantor," kilah Aliesha sambil memberikan isyarat pada Noah untuk mengikutinya.
"Tak masalah, Darling. Toh, setelah menikah, aku bisa menikmatimu semalaman," jawab Eros sambil memainkan lidahnya ke bibir.
Kalimat terakhir Eros membuat Aliesha merinding.
Bersama Noah, dipaksakannya senyum, lalu kabur secepatnya dari sana!
"Nona, sebaiknya segeralah menikah. Kalau tidak, bukan tidak mungkin nantinya Nona akan benar-benar menikahi lelaki seperti Eros itu! Aku sebagai lelaki merasa malu mendengar ucapan dari mulutnya yang penuh dengan hal-hal jorok."
Mendengar ucapan Noah begitu di mobil, Aliesha mendadak cemas.
"Tapi, aku tak lagi punya pilihan... Oh Tuhaaaan!" Aliesha berteriak di dalam mobil.
"Sabar, Nona. Sabar!" Noah mencoba menenangkan atasannya yang sekarang terlihat ketakutan itu.
Pria itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi mendadak ada yang menelponnya!
"Iya, Tuan..." Segera Noah mengangkatnya.
"Siapa?" Aliesha bertanya tanpa suara. "Ayahku?"
Noah mengangguk. Dilanjutkannya pembicaraan sambil mengangguk-anggukkan kepala. Sorot matanya menyiratkan sesuatu yang kurang menyenangkan.
Aliesha sendiri menahan diri untuk tidak bertanya sekarang.
Dia membiarkan sopir pribadinya itu untuk menyelesaikan pembicaraan misterius dengan ayahnya.
"Bagaimana?"
Barulah setelah telepon selesai, Aliesha berani menanyakan perihal isi pembicaraan.
Noah menelan ludah dan seperti akan mengatakan hal yang tak ingin didengarkan oleh wanita single di depannya. "Tuan memintaku untuk membawamu ke reuni keluarga."
Deg!
Astaga, Aliesha baru ingat kalau malam ini juga ada acara keluarga besar.
Dia ingin sekali kabur, tapi itu sudah rutin dilakukannya setiap tahun. Bisa-bisa, ayahnya semakin murka!
"Baiklah. Bawa aku ke venue-nya sekarang!" Aliesha menarik nafas panjang setelah memberikan instruksi pada sopir pribadinya.
Tak peduli dresscode yang sudah disiapkan, Aliesha mendatangi acara tahunan keluarga besarnya.Saat ini yang paling penting adalah dia harus menyiapkan kupingnya dan kesabarannya untuk diuji.Keluarganya paling ahli dalam me-roasting seseorang yang masih jomblo atau belum memiliki momongan saat telah lama menikah.Benar saja, begitu tiba di hotel, gerombolan tante dan omnya sudah langsung menyapa, "Ahh, lihatlah siapa yang datang!"Selalu menyerang bersamaan dalam satu waktu, tipikal kelakuan keluarga ayahnya jika melihat mangsa empuk seperti dirinya!"Tante..." Aliesha memasang muka ramah dan senyum yang dia paksakan.Dalam hatinya ia tahu kalau mayoritas keluarga yang di hadapannya ini tak ubahnya sekumpulan ular berbisa dan rubah yang licik."Cantik sekali Aliesha, makin berumur terlihat makin glowing..." sindir salah satu Tantenya menatap setelan baju kerja yang telah Aliesha kenakan sejak pagi.Padahal, semua orang di sini berlomba-lomba untuk berbusana seindah mungkin. Melihat s
"Nona, makanlah..."Sudah beberapa kali, Noah menyuruh Aliesha memakan salad yang dipesannya.Dia tak merasa lapar. Padahal, pagi tadi dia sudah skip sarapan."Apa kamu saja yang makan, Noah?" Aliesha menyodorkan piring saladnya pada Noah.Untungnya, sang sopir menerimanya dengan baik. Kebetulan, dia masih lapar."Masih kepikiran soal Tuan Eros?" Noah berhenti makan di saat satu suapan terakhir masih tersisa."Begitulah." Aliesha hanya bisa jujur pada sopirnya sekarang.Tak ada seorang pun di keluarganya yang peduli bagaimana perasaan yang dialaminya.Yang penting bagi keluarganya, dia harus cepat-cepat melepas masa lajang dan menikah.Untungnya semalam, dia masih bisa kabur dari Eros. Tapi, untuk selanjutnya?Aliesha tidak tahu…."Kalau dipikir-pikir, Tuan Eros itu sangat bersemangat dalam dua hal."Kalimat Noah sontak membuat Aliesha menyimak dengan seksama. "Apa itu memangnya?""Nona masa tidak bisa memahami dia? Dua hal itu adalah..." Tatapan mata Noah tertuju pada bibir Aliesha s
"Lepaskan!” pinta Aliesha. Tangannya kesakitan karena genggaman Eros begitu kuat. Sayangnya, Eros tampak tak peduli. Dia justru menarik gadis itu ke arahnya. Noah hendak membantu Aliesha, tetapi kehadiran Ayah Aliesha membuatnya membatalkan niat. “APA-APAAN INI?" teriak pria tua itu. Dia mencoba untuk melerai. Namun, Eros masih saja mencengkram Aliesha dan menjambak rambutnya. “Arrgh,” erang Aliesha kesakitan. Tak terima, wanita itu pun mulai menggigit tangan pria tambun itu agar dilepaskan. "ALIESHA!" Ayahnya pun berteriak dan menarik tubuh putrinya dari cengkeraman Eros. Aliesha sendiri masih belum terima dengan apa yang dilakukan sang ayah dan tunangan. "Ayah, lepaskan aku! Aku mau membalas memukul Eros dan menjatuhkannya ke lantai bawah. Biar aku tendang dia!" Kalau dilihat-lihat, dia sudah seperti orang yang sedang kesurupan. Dari kubu Eros, ada Papa dan Mamanya yang kini datang dan memegangnya agar tidak melanjutkan perang fisiknya dengan Aliesha. "Sepertinya, acar
Pagi harinya, seperti yang sudah diultimatum oleh sang ayah, akad nikah berlangsung mendadak dan privat. Acara hanya dihadiri beberapa keluarga penting saja, tak ketinggalan para tante julid dan omnya.“Saya terima nikah dan kawinnya Aliesha Zhafira binti Martin Zhafir dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tuunai.”Lantunan ijab qabul yang diucapkan Noah dengan lancar membuat seisi rumah mengucapkan kalimat ‘sah’ secara bersamaan.Bak di adegan film, prosesi diiringi oleh rasa haru dan lega, akhirnya Aliesha melepaskan masa lajang.Aliesha masih belum percaya Noah menikahinya. Apa yang mampu diberikan oleh seseorang yang berprofesi sebagai sopir selain keahliannya menyetir?Noah... bagaimanapun dia tak lebih dari seorang karyawan yang menggantungkan gaji dari keluarganya setiap bulan.Jangankan untuk memberikan hidup mewah bagi Aliesha, untuk hidup sehari-hari saja Noah itu menumpang pada keluarganya.Dia mendiami paviliun kecil di belakang rumah induk Aliesha, makan sehari-
Adegan yang baru saja dilihat oleh mata kepalanya, membuat Noah terkesima.Betapa kompleksnya kehidupan keluarga yang ditumpanginya ini. Noah masih tertegun dan memandangi rekaman video yang sudah aman di ponselnya.Dasar tidak tahu malu! Dua-duanya sama saja mesum!“Noah? Apa yang kamu lakukan di dekat ruang kerja Ayah?” Aliesha rupanya tadi mencari-cari keberadaan sopir yang kini sudah jadi suaminya.Dirinya terkejut karena tak menduga akan bertemu istrinya di sini. “Nona! Aku tadi hanya sedang berjalan-jalan agar tidak tegang.”Untunglah kedua pasangan tadi sudah berhenti membuat ‘suara’ yang memancing perhatian.Aliesha mengernyitkan dahi karena merasa janggal.Gerak-gerik Noah akhir-akhir ini sedikit aneh. Dia lebih sering menerima telpon dan panggilan mendadak.“Tadi, siapa yang hadir menjadi saksi dari pihak kamu?” tanya Aliesha yang masih berada di dekat Noah.“Mereka berdua adalah teman baik keluargaku.” Jawabnya sedikit gugup.Sebenarnya keduanya hanyalah pesuruh di rumah ke
Suasana bandara yang sudah cukup ramai, setidaknya membuat Aliesha merasa tidak spooky saat sepagi ini menunggu pesawat.“Noah, kamu sudah bawa semua barang-barangku, kan?”Setelah ijab qabul, Noah masih sama seperti dulu. Dia diperlakukan tak lebih baik dari seorang sopir atau asisten serba siaga.“Siap! Sudah semuanya, Nona.” Di tangannya sudah ada dua tiket yang siap jika sewaktu-waktu mereka check in. “Kuharap Nona tidak lupa membawa sunblock dan sunscreen. Di sana akan sangat panas sekali cuacanya.”“Kamu tidak usah banyak bicara. Ayo, segera check in!”Keduanya segera bersiap check in dan masuk ke kabin pesawat.Ayahnya sungguh tega saat memberikan tiket kelas ekonomi untuk perjalanan ke Pulau Gura-guri.Membayangkannya saja sudah membuat punggung Aliesha ngilu apalagi tempat duduknya tak seluas di kelas bisnis atau VVIP.“Nona, ayo duduklah. Silakan. Jangan buat penumpang lain macet gara-gara Nona tak segera duduk, mau di sini atau di dekat jendela?”Tanpa banyak bicara lagi, A
Selagi masih ada sinyal dan listrik di pulau Gura-guri, Noah memanfaatkannya untuk berkomunikasi dengan Ben dan keluarganya. “Sudah, nikmati saja dulu honeymoon kalian…” kelakar tawa yang diucapkan Ben sama sekali tidak membuat Noah lega. Dia terus-terusan digodai oleh rekannya itu. “Honeymoon apanya? Aliesha itu bukan wanita manja yang bisa menyenangkan lelaki. Dia itu batu!” rutuk Noah kesal. “Walau bagaimanapun, kamu tidak boleh rugi. Kamu sudah dijadikan mainan oleh mereka. Setidaknya, nikmatilah tubuhnya… hahahahaa…” Gurauan itu membekas di benaknya. Apa iya dia harus melakukan itu? Apa Aliesha akan menuruti apa maunya… itu jelas mustahil. “Noah, sepertinya pemadaman akan dimulai malam nanti.” Sudah hapal dengan tabiat istrinya yang takut gelap, diapun menenangkannya. “Tidak usah takut. Pihak resort sudah memastikan cadangan listrik aman. Lagipula mereka membagikan lilin cukup banyak jika terjadi hal yang tak diinginkan.” “Tapi…” “Sudahlah. Jangan berpikiran buruk. Setia
“Permainan apa itu?” Aliesha pura-pura tak mengerti.“Come on! Aliesha…” Noah mengejeknya. “Ini adalah permainan paling menyenangkan dan semua orang tahu...”Diambilnya sebuah botol air mineral yang masih terisi separuh. Diapun memutar-mutarnya.Botol mengarah pada Aliesha.“Ayo, Nona. Truth or dare!”Bosnya berpikir sejenak. “Truth?”Dia tak berani mengambil resiko jika dia memilih dare.“Okay, kamu harus menjawab jujur.” Lagi-lagi manik Noah tertuju pada Aliesha erat. “Pernahkah kamu menyukai seseorang sebelum menyukaiku?”Kesal dengan pertanyaan mengejutkan itu, Aliesha menjawab asal. “Pernah. Tentu saja. Tapi, aku tidak pernah dan tidak akan mencintaimu…”Aliesha puas setelah mengatakan itu.Selama ini mungkin saja Noah berpikir kalau dia mencintainya.“Katakanlah siapa orangnya!” Noah terus mendesaknya dengan pertanyaan lain.Dia merasa tersinggung ketika Aliesha mengaku tak akan pernah mencintainya.Sementara Noah punya seribu satu cara untuk membuatnya jatuh cinta!“Rahasia.”“