Home / Romansa / Suami Bersama / Keributan di Hari Pernikahan

Share

Keributan di Hari Pernikahan

last update Last Updated: 2021-08-10 13:45:59

Dadaku terasa sesak menyaksikan suamiku mengucapkan ijab kabulnya. Aku berlari keluar dari keramaian dengan deraian air mata. Aku tidak peduli orang-orang di sana menatapku. Hingga di sebuah ruang sepi, di mana tidak ada orang, aku berjongkok dan menangis tersedu.

Wanita mana yang sanggup menyaksikan suaminya menikah lagi dan berbagi suami dengan wanita lain. Sekuat apapun aku menahan rasa sesak di dadaku, nyatanya aku lemah dan tidak mampu melihat semua itu. 

"Ambil ini, hapus air matamu!" ucap seorang laki-laki.

Aku mendongak dan melihat siapa laki-laki yang berdiri di depanku.

Adrian Mahesa. Lelaki yang selalu ada saat aku sedang sedih. Dia adalah temanku dan juga teman suamiku.

Aku mengernyitkan dahi.  

Mengapa dia ada di sini? Bukankah tadi dia mengantar ayahku pulang? tanyaku dalam hati.

"Ayo berdiri dan hapus air matamu!" suruhnya sambil mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri.

Rian, begitu aku memanggilnya. Ia menyodorkan sapu tangannya lagi kepadaku. Aku mengambilnya dan menghapus jejak air mata yang sedari tadi membasahi pipiku.

"Air mata hanya akan membuatmu lemah!" ucap Adrian mengingatkanku. 

"Haha!" Aku tertawa miring ke arahnya. 

"Kamu sering mengatakan itu padaku. Apa kepada setiap perempuan yang sedang menangis, kamu juga mengatakannya, Rian?" tanyaku sinis.

Kalimat itu memang selalu kudengar saat aku menangis dan itu cukup menguatkanku.

"Hanya kepadamu. Karena hanya kamu yang aku lihat selalu menangis." Jawaban Rian seketika membuatku memicingkan mata.

"Kamu pasti berbohong," ucapku tidak percaya.

"Terserah, kamu mau percaya atau tidak. Tapi aku berkata jujur," tukasnya dingin.

Aku sedikit tenang saat bersama Adrian. Lelaki itu selalu menghiburku saat aku sedang sedih. Bukan hanya hari ini. Saat masih kuliah dulu atau saat aku ada masalah dengan Mas Yusuf saat masih berpacaran. Dia selalu ada untukku. Dia sudah seperti kakakku sendiri.

"Yuk, balik ke pesta itu!" ajak Adrian hendak menggandeng tanganku.

Aku masih mematung. Adrian menarik kembali tangannya kemudian berjalan di depanku. 

Aku pun mengikutinya untuk kembali ke pesta di mana orang-orang di sana tengah bersuka cita. Ada yang ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan mengikuti nyanyian seorang biduan yang mengisi acara tersebut. Ada yang sedang menikmati hidangan dan ada yang sekedar bercengkrama dengan pasangannya masing-masing. 

Aku melihat Mas Yusuf dan Naura berdiri di pelaminan menyambut ucapan selamat dari para tamu undangan. 

Aku tersenyum memandang lurus ke arah mereka yang tampak serasi. Naura makin cantik dalam balutan gaun pengantin berwarna putih berlapis payet dengan bentuk  leher off shoulder yang dikelilingi hiasan bunga di sisinya, sangat pas di tubuhnya yang semampai. Mas Yusuf pun sudah berganti pakaian dengan jas taxido hitam yang juga sangat pantas di tubuhnya yang atletis.

"Kamu tidak mau mengucapkan selamat pada suamimu, Dira?" Pertanyaan Adrian menginterupsiku.

"Ayo, aku temani kalau kamu mau ke atas sana untuk mengucapkan selamat pada mereka," ajak Adrian.

"Tapi... apa kamu kuat, hem?" tanyanya lagi.

"Hah!" Aku menghela napas pendek dan menghembuskannya kasar. Aku mendelik ke arahnya. Lelaki ini sedang menantangku atau mengejekku? 

Adrian menunggu jawabanku.

"Ayo, siapa takut!" ajakku akhirnya dengan sedikit keberanianku yang ada.

Aku melangkah ke depan menuju pelaminan di mana suami dan maduku berada.

"Selamat ya, Mas, moga samawa," ucapku diiringi doa tulus untuknya. Aku hendak meminta tangan Mas Yusuf untuk kucium. Namun, lelaki itu malah memelukku erat.

"Maafkan aku, Nadhira! Maafkan sudah menyakiti hatimu, maafkan aku, sayang!" ucap Mas Yusuf sambil terus memeluk erat dan sesekali menciumi setiap jengkal wajahku hingga pucuk kepalaku yang terbalut kerudung.

Aku berusaha melepas pelukannya. Namun, ia malah semakin mengeratkan tangannya ke tubuhku. Seolah tidak ingin aku pergi jauh darinya. 

Semua mata menatap kami, tak terkecuali Naura dan ibunya. Naura memaksakan bibirnya menyunggingkan senyum getir kepada seluruh tamu undangan.

"Mas, jangan kayak gini! Malu diliat orang," ucapku pelan dan berusaha melepaskan pelukannya. Namun, Mas Yusuf seolah tidak ingin mendengar.

Tiba-tiba seorang wanita melerai pelukan kami dengan kuat. Aku mundur beberapa langkah dari Mas Yusuf, hingga Adrian yang berada di belakangku ikut terdorong. Kulihat wanita bertubuh gempal berbalut kebaya melayangkan tangan ke wajahku. 

Plaaak.

Semua orang terdiam dan menyorotkan pandangan ke arahku. Aku memegangi pipiku yang panas.

"Kamu! Sengaja, ya, mau mempermalukan anak saya? Kenapa kamu harus ada di pernikahan suamimu dan anak saya? Kamu mau pamer ke orang-orang bahwa kamu ini istri yang baik dan solehah, yang mengizinkan suami kamu menikah lagi? Biar bisa dicontoh wanita lain. Iya, begitu?" Wanita yang merupakan ibu dari Naura memberondong pertanyaan padaku.

Aku hanya diam sambil menahan tangis.

"Kamu juga, kenapa peluk-peluk wanita ini sementara kamu sudah menikah dengan anak saya?" ucapnya pada suamiku. 

"Bu, Nadhira itu juga istri saya. Apa salahnya saya bersikap begitu padanya? Saya tau dia berat hati mengizinkan saya menikahi anak ibu, tapi dia tetap menerimanya. Saya hanya ingin dia tetap berada di samping saya. Apa itu salah?" sergah suamiku.

"Tapi, apa harus di depan umum kalian berpelukan? Kamu harus jaga perasaan anak saya juga, dong!" ucap wanita itu lagi.

"Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini!" suruhnya sambil menarik tanganku hingga aku hampir terjatuh. Untung ada Adrian yang menangkap tubuhku.

Terdengar teriakan dari arah pintu masuk gedung. "Lepaskan dia!!!" 

Sontak para tamu undangan menoleh dan menghujamkan pandangan ke arah sosok laki-laki paruh baya yang berdiri di ambang pintu.

"Ayah?!" ucapku lirih kemudian mengalihkan pandangan pada Adrian.

"Rian, mengapa ayahku ada di sini?" tanyaku panik.

Adrian tidak menjawab. Ia menghampiri ayahku yang berjalan cepat menuju pelaminan.

"Pak, Bapak sudah janji untuk tidak masuk, tapi kenapa Bapak ke sini?" tanya Adrian.

"Aku tidak terima anakku diperlukan seperti itu. Biar kuhabisi laki-laki itu!" sarkas Ayahku emosi. Ia berjalan ke depan dan memaki pada wanita yang menyeretku tadi.

"Anakmu tidak lebih dari perempuan perebut suami orang. Apa kamu yang mengajarkannya seperti itu? Apa tidak ada laki-laki lain selain Yusuf yang bisa anakmu nikahi? Atau laki-laki di dunia ini sudah habis, heh?" cecar ayahku pada ibunya Naura.

Wanita itu geram. Ia langsung turun dari pelaminan dan menghampiri ayahku. Keributan pun benar-benar terjadi di hari pernikahan suamiku.

"Hei, jaga ya mulut Bapak! Anak saya bukan perebut suami orang. Sebelum Yusuf menikah dengan anak Bapak, mereka sudah dijodohkan. Seharusnya Yusuf menikah dengan anak saya, bukan anak Bapak. Jadi siapa yang merebut Yusuf sebenarnya? Anakmu, Pak...." Ayahku makin emosi dan ingin menampar wanita itu. 

Mas Yusuf dan Naura menghampiri mereka. Aku hanya diam dengan raut takut sambil terisak. Tak tahu harus berbuat apa. Adrian berusaha menahan ayahku dengan memeganginya.

"Pak, cukup, Pak! Ini salah saya. Tidak seharusnya saya menikah lagi dan menyakiti hati Nadhira. Maafkan saya, Pak. Bapak boleh pukul saya se...." Belum Mas Yusuf melanjutkan kalimatnya, ayah melayangkan satu pukulan dengan keras ke wajahnya hingga ia tersungkur. Mas Yusuf memegangi sudut bibirnya yang berdarah.

"Saat ini juga kamu harus ceraikan Nadhira!" tegas ayahku.

.

.

.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si nadhira biang keroknya. sok2an datang di pernikahan suami. dasar keledai
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Bersama   Salam Author

    Alhamdulillah... akhirnya rampung juga novel Suami Bersama. Terima kasih atas dukungan kakak-kakak yang sudah menyempatkan waktu dan membeli koin untuk membaca ceritaku sampai akhir. Semoga Allah menggantinya dengan rezeki yang lebih banyak lagi. Aamiin... Dukungan, vote, dan komen positif yang kalian berikan seperti penyemangat buatku. Sehingga aku semakin bersemangat untuk melanjutkan cerita. Mohon maaf bila dalam penulisan cerita ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Aku juga selalu menggantung cerita dan lama tidak menulis, karena pekerjaan di dunia nyata yang sangat banyak. Moga kalian suka dengan cerita yang aku suguhkan. Ambil yang baiknya dan buang yang jelek. Biar authornya gak dosa. Karena apa yang kita perbuat, akan dimintain pertanggungjawaban kelak. Semoga ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari kisah ini. Sekali lagi terima kasih readers tercinta. Sampai jumpa di novelku berikutnya. Salam dan peluk jauh d

  • Suami Bersama   S2 Berdua Saja (Ending)

    Adrian sudah menyiapkan tiket pesawat untuk pergi berbulan madu bersama Nadhira. Turki adalah tujuan wisata yang dipilihnya karena Nadhira pernah berkata padanya bahwa ia ingin sekali pergi ke sana. Tidak hanya keindahan alamnya yang menjadi daya tarik para wisatawan untuk pergi ke sana, di negara itu juga banyak tempat bersejarah yang wajib untuk dikunjungi. Nadhira sangat suka mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dan sekarang waktunya Adrian mewujudkan impian sang istri tercinta untuk pergi ke sana.Pagi ini mereka sudah bersiap pergi ke bandara. Nadhira tampak bersedih saat akan pamit pada ayah dan ibu mertuanya."Bu, titip Andra ya," ucap Nadhira sambil memeluk ibu mertuanya."Kamu tenang saja, Nak. Ibu dan Bapak akan menjaga anakmu dengan baik," balas Bu Widya, ibu mertuanya.Tak lama, Nadhira melerai pelukan lalu mengusap air matanya. Nadhira menangis karena inilah kali pertama ia akan meninggalkan Andra jauh. Namun, ia tidak khawatir l

  • Suami Bersama   S2 Pindahan

    Beberapa hari berlalu ....Setelah resmi menjadi istri Adrian dan berganti status sebagai nyonya Mahesa, Nadhira ikut bersama suaminya pindah ke Jakarta. Pagi-pagi sekali, ia menyiapkan barang-barangnya dan kebutuhan Andra ke koper. Setelah itu, ia pun pamit pada ayahnya."Ayah, aku pamit ya. Jaga diri Ayah baik-baik. Jaga kesehatan Ayah," ucap Nadhira dengan derai air mata. Dipeluknya sang ayah dengan erat. Rasanya berat sekali meninggalkan lelaki itu. Apalagi di usia Abah Abdur yang semakin senja. "Aku janji akan sering-sering ke sini menjenguk ayah," ucapnya lagi sambil terisak."Iya, Nak. Kamu tidak usah mengkhawatirkan ayah. Sekarang Ayah tenang, kamu udah ada yang jagain. Berbahagialah bersama suamimu di rumahmu yang baru. Ingat, jadilah istri yang baik untuk suamimu," sahut Abah Abdur. Lelaki itu tak kuasa menahan tangisnya.Anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, harus ia relakan untuk laki-laki lain. Ia tidak bisa mencegah kepergian san

  • Suami Bersama   S2 Gagal

    Acara resepsi yang diadakan sejak siang hari hingga menjelang Maghrib telah selesai digelar. Keluarga Adrian pun sudah pulang dari rumah Nadhira. Hanya Adrian yang masih berada di rumah itu karena sekarang ia sudah resmi menjadi suami Nadhira. Pernikahan di kampung tidak seperti pernikahan di kota. Suasana hajatan di sini masih terlihat ramai, walau deretan acara telah selesai dilaksanakan dan hari mulai malam. Tamu masih saja berdatangan. Mereka baru menyempatkan diri datang untuk memenuhi undangan setelah pulang dari bekerja. Kerabat Nadhira yang datang dari jauh memilih menginap dan mereka akan pulang esok hari. Adrian maklum, karena memang saudara dari istrinya itu jarang sekali menyambangi rumah kediaman mertuanya. Mereka baru berkumpul di saat ada acara-acara khusus saja, seperti hari ini. *** Adrian tengah bersama saudara-saudara istrinya. Lelaki itu dikerumuni oleh adik-adik sepupu dan keponakan dari sang istri. Ia diajak bermain adu panco kar

  • Suami Bersama   S2 Sah

    "Saya terima nikah dan kawinnya Nadhira Putri binti Abdurrahman dengan Mas kawin ... " "Adrian...!" Kalimat Adrian terputus saat suara ibu memanggilnya. Suara sang ibu terdengar menggelegar hingga ke kamar mandi Adrian. Saat ini Adrian sedang berada di dalam kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel dengan menghadap cermin tengah menghapal bacaan ijab kabul yang akan ia ucapkan saat pernikahannya nanti. Lelaki itu belum bersiap juga. Ia masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. "Aaah ... ibu mengganggu saja. Aku harus menghapal kalimat itu, supaya lancar nanti saat ijab kabul," keluhnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Adrian, cepat sedikit! Kamu lagi ngapain sih, di dalam, lama banget? Ini udah jam berapa? Nanti kita terlambat sampai di sana!" seru Bu Widya lagi dari depan pintu kamar Adrian. "Iya, Bu, sebentar lagi aku keluar!" sahut Adrian dengan sedikit berteriak agar sang i

  • Suami Bersama   S2 Ujian Berbuah Bahagia

    Adrian dan Nadhira sedang melakukan fitting baju pengantin di salah satu butik ternama di Jakarta. Sebuah gaun pengantin model kebaya berwarna putih dengan taburan payet, yang panjangnya menjuntai dan menutupi seluruh tubuhnya hingga kaki dan dipadukan dengan kain kebaya dengan motif yang mewah dan elegan, sangat pas di tubuh Nadhira yang sedikit berisi. Nadhira tampak cantik dalam balutan kebaya pengantin yang diserasikan dengan kerudung berwarna senada.Semua persiapan pernikahan lainnya sudah diurus oleh keluarga Adrian. Mulai dari dekorasi, catering, sampai undangan pernikahan. Pernikahan mereka akan digelar secara meriah dan dilaksanakan di rumah mempelai wanita.Sebenarnya, Nadhira ingin pernikahan yang sederhana saja yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Namun, Adrian menolak. Dan itu sempat membuat keduanya bertengkar.Mana mungkin Adrian memberikan yang sederhana saja untuk seorang wanita yang begitu spesial di hatinya. Bahkan sebuah cinc

  • Suami Bersama   S2 Lamaran

    Tiba di hari lamaran. Adrian bersama keluarganya sedang dalam perjalanan menuju rumah Nadhira untuk melakukan lamaran malam itu. Sejumlah barang seserahan seperti pakaian, alas kaki berupa sepatu dan sandal, tas branded, sampai perlengkapan make up sudah memenuhi kabin belakang mobil yang dikendarai Hadi. Padahal Nadhira tidak meminta semua itu. Namun, ini sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian masyarakat dalam acara lamaran. Selain itu, orang tua Adrian juga sudah menyiapkan barang berharga berupa seperangkat perhiasan emas untuk calon menantunya sebagai hadiah. Belum lagi sejumlah uang yang dipersiapkan Adrian untuk calon istrinya. Adrian yang duduk di kursi penumpang samping Hadi tampak gugup sambil memainkan ponselnya. Baru saja ia mengirim pesan pada Nadhira. Lelaki itu kemudian melihat ke arah kaca spion di depannya untuk mengecek penampilannya. "Gimana, Di, penampilan Masmu? Udah keren, kan?" tanyanya pada Hadi sambil merapikan tatanan rambutnya.

  • Suami Bersama   S2 Wanita Cerewet

    Hari itu juga Adrian pulang dari klinik. Nadhira tidak ikut mengantar Adrian ke rumahnya karena hari sudah hampir malam. Selain itu juga, ia harus segera pulang untuk memberi tahu Andra bahwa ayahnya baik-baik saja. Agar anak itu tidak khawatir. Sekarang mereka sedang berada di depan klinik. "Nadhira, kamu ikut kami saja pulangnya. Ini sudah malam," ajak Bu Widya saat mereka akan pulang. "Gak usah, Bu, terima kasih. Aku bawa motor," tolak Nadhira halus. Sebenarnya, ia merasa canggung dengan Bu Widya bila harus pulang bersama. Lagipula jarak klinik ke rumahnya tidak begitu jauh. "Beneran gak apa-apa?" tanya Bu Widya memastikan. "Gak apa-apa, Bu," jawab Nadhira sambil mengulas senyum. "Ya udah, ibu duluan ya," ucap Bu Widya kemudian masuk ke mobil. "Iya, Bu, hati-hati," sahut Nadhira. Ia masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Sikap wanita paruh baya itu berubah drastis terhadapnya. Lebih ramah dibanding saat

  • Suami Bersama   S2 Menikahlah Denganku

    Nadhira tersentak saat seseorang menghubunginya dan memberi tahu bahwa Adrian kecelakaan. Baru saja siang tadi, lelaki itu mengantarkan ia dan anaknya pulang dari rumah sakit lalu pergi lagi dengan tergesa-gesa. Dan tiba-tiba, ia mendapat kabar buruk bahwa lelaki itu kecelakaan. Dengan perasaan cemas, ia bergegas pergi ke klinik untuk mengecek keadaan Adrian. Karena orang yang meneleponnya memberi tahu bahwa Adrian ada di klinik dekat pertigaan kampung, tidak jauh tempat tinggalnya. Sebelumnya, ia pamit pada ayah juga anaknya. Mereka tidak kalah terkejut saat mendengar kabar buruk itu. Terutama Andra, anak kecil itu menangis saat mendengar ayahnya kecelakaan. Nadhira menenangkan Andra sebentar, sebelum akhirnya pergi ke klinik. Ia meminta agar Andra berdoa untuk ayah angkatnya. "Bunda mau lihat Ayah di klinik, kamu doakan Ayah Rian agar dia baik-baik saja ya, Nak," ucap Nadhira. "Iya, Bunda," sahut Andra terisak. Nadhira pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status