공유

Bab 5. Jujur

작가: Setia R
last update 최신 업데이트: 2024-05-22 13:51:07

Perlahan, bibir Wisnu telah menempel di bibirnya yang menawan. Kinanti membuka matanya dan langsung mendorong tubuh Wisnu kuat, hingga Wisnu menjauh beberapa langkah darinya.

"Jangan dekat-dekat lagi, aku tidak mau!"

"Kenapa, bukankah sah-sah saja aku melakukan itu, aku ini suami kamu, dan kamu sudah berjanji memberikan anak buat aku, lalu di mana salahnya?"

"Tidak untuk sekarang!"

"Lalu kapan? sudah tiga hari aku berada di rumah ini, aku ingin segera membuktikan jika aku bukan laki-laki mandul!"

Begitu pula dengan Kinanti, ia masih ragu untuk melanggengkan dan mendekatkan diri pada Wisnu, meski papanya selalu mengingatkan bahwa bagaimanapun Wisnu tetaplah suaminya meski pada kenyataannya semua mungkin akan berakhir jika ia sudah melahirkan seorang anak.

Bukankah terbaik dalam bekerja bukan berarti terbaik dalam hal cinta, begitu menurut Kinanti.

***

Hari ini seperti biasanya, Wisnu selalu pulang dari kantor menuju rumah Kinanti, didapatinya Kinanti sedang asyik melihat album pernikahan mereka, Wisnu tersenyum. Biasanya

Wisnu selalu berpenampilan dingin, tapi hari ini ia terlihat lembut, seperti apa sebenarnya sifat asli dari suami misteriusnya ini?

“Kamu cantik dalam foto itu!” ujarnya sekedar memulai percakapan mereka.

Kinanti berpaling menatap Wisnu, ia tersenyum, antara manis dan asam, gimana tuh?

“Apakah Bima masih saja menemani hatimu?”

"Itu bukan urusanmu!” jawab Kinanti masih bernada ketus

“Aku paham, bukankah kalian sudah lama menjalin hubungan, tentu saja banyak kisah yang tidak bisa kalian lupakan.” Jawab Wisnu.

“Boleh aku minta sesuatu?”

“Apa, katakan saja!”

“Bolehkah aku datang kerumah keluarga Bima?” perkataan dan permintaan Kinanti membuat mood nya hilang, ia kembali dingin.

Wisnu terdiam, ia sendiri tidak tahu, apakah ia akan memberi izin atau tidak. Bagaimana seandainya Kinanti bertemu dengan Bima, apa yang akan terjadi?

akankah Kinanti akan kembali kepada Bima meski laki-laki itu sudah meninggalkan dirinya, akankah dia gagal membuktikan pada Miranda jika ia bisa memiliki keturunan?

"Tidak, meski baru beberapa hari aku melewati hari-hari bersama Kinanti, aku merasa ada yang berbeda dari Kinanti, semuanya berbeda!" bisik hati Wisnu.

Kinanti yang terlihat begitu pemalu, yang jinak jinak merpati, susah untuk di dekati membuat Wisnu ingin selalu ada bersamanya, bukan seperti Miranda yang selalu agresif, bahkan memang dirinya sering merasa kewalahan menghadapinya, sehingga ia di katakan bahwa dirinya adalah laki-laki lemah yang tak bisa memuaskan istrinya.

"tapi benarkah aku ini lemah?" Wisnu menghela nafas berat.

"Apakah engkau keberatan?"

“Aku belum bisa kasih jawaban, aku akan memikirkannya?” jawab Wisnu bernada dingin. Bagaimanapun Wisnu pasti merasakan rasa sakit karena kehilangan orang yang demikian kita cintai, Tapi Wisnu tidak bisa mengambil resiko.

“Aku janji tidak akan ngapa-ngapain, aku Cuma ingin menuntut penjelasan, tidak lebih!”

“Iya, aku paham maksudmu, tapi bukan sekarang."

“Ya, oke kalau begitu!"

“Kita pikirkan kembali besok!"

jawaban Wisnu begitu membuat Kinanti langsung diam, ia tak mau lagi membicarakan hal itu pada wisnu, karena wajah suaminya begitu dingin dan menyeramkan.

“Aku mau membahas masalah pernikahan kita sekarang.” Kata Wisnu kemudian dengan mendesah berat.

"Memangnya kenapa dengan pernikahan kita?" jawab Kinanti pura-pura tidak tahu dan kemudian Kinanti diam, ia seperti sudah tahu kemana arah pembicaraan suaminya itu.

“Kin!” ulang Wisnu terkesan dingin.

“Ya!” jawab Kinanti tersentak.

"Apa kamu menerima pernikahan ini?"

“Tentu!” jawabnya berdebar, "Meski dengan kontrak konyol yang engkau buat itu."

“Sebelumnya, tataplah aku, lihatlah mataku, apakah aku terlihat begitu jahat dan menakutkan?”

“Aku tidak paham maksudmu, Mas ....”

Wisnu tersenyum, panggilan mas yang terlontar dari bibir Kinanti begitu terdengar manis, membuat Wisnu bahagia, entah mengapa.

"Kenapa tersenyum, apa ada yang lucu?"

"Kamu memanggil aku Mas, aku senang!"

"Hanya itu?"

"Entahlah!"

Wisnu menunduk dan agak lama terdiam, ia masih takut untuk mengatakan apa yang sebenarnya ia rasakan pada Kinanti.

Wisnu terdiam melihat mata Kinanti yang sudah mulai berkaca-kaca, ia tak tega melanjutkan kalimatnya. Sikap cuek bebeknya berganti kepedulian yang begitu besar.

"Kenapa kamu begitu kejam Mas ... mengambil kesempatan dalam kesempitan?" keluh Kinanti

"Bukan itu maksudku!" jawab Wisnu tenang.

"Terus?"

"Bukankah itu adil, aku menyelamatkan nama baik keluargamu, dan kamu sebagai seorang istri sudah sepantasnya memberikan keturunan?" kata Wisnu tidak mau kalah.

"Masalahnya sekarang adalah kamu sudah punya istri, Mas!" jawab Kinanti tak kuasa membendung airmata nya yang sejak tadi sudah berlinang.

"Sungguh aku tidak pernah berpikir akan menyakiti dirimu, kita nikah dan kita punya anak, apa susahnya?" Jawab Wisnu mulai naik nada suaranya.

"Aku kecewa mas, ternyata aku menikahi laki-laki yang tak punya hati kayak kamu."sahut Kinanti dan Wisnu terdiam sejenak.

Kinanti menatap mata Wisnu tajam, matanya bulat seakan keluar. Bulir air mata masih saja menetes di pipi Kinanti.

“Kenapa kamu tega Mas? jawab!"

Entah mengapa, Wisnu tak tahan melihat air mata itu terus menetes, ia mendekati Kinanti, ia mencoba memeluk Kinanti, namun tangan Kinanti mendorong Wisnu begitu saja.

“Aku terpaksa Kinanti ... sudah aku bilang aku sangat menginginkan seorang anak."

Kinanti berlari kesudut ruangan, ia ingin rasanya menjerit tapi ia takut jika Papanya akan mendengar jeritannya, akhirnya ia hanya mampu terisak sambil menggigit jari-jarinya.

"Aku tidak ingin kamu menganggap aku jahat, aku hanya ...." entah kemana sifat arogan yang selalu saja tampak pada sikap suaminya, kini suara itu terdengar begitu lembut.

"Bagaimana seandainya aku juga tidak bisa memiliki keturunan, apakah engkau akan meninggalkan aku juga, atau menikah lagi dengan wanita lain?"

"Kenapa kamu jadi berpikir sejauh itu? kita jalani saja dulu, baru kita bahas masalah itu nanti!"

“Lalu aku harus berpikir bagaimana Mas, aku harus ngapain, diam saja? apalagi kamu tahu papaku sakit-sakitan, kamu pasti dengan leluasa memperlakukan aku sesukamu, coba kamu ada di posisiku." Wisnu hanya diam.

"Kamu akan meninggalkan aku setelah aku melahirkan anakmu, kamu akan meneruskan hubungan dengan pasanganmu, sungguh malang sekali nasibku, puas kamu mas, puas ...."

"Kin ...." sentak Wisnu sambil mengguncang pundak Kinanti yang kian tergugu.

“Ya, kamu benar Mas ... tapi apakah kita akan tetap meneruskan pernikahan ini?” kata Kinanti masih dengan isaknya, tidak peduli apapun yang di katakan Wisnu.

"Maafkan aku Kinanti, tapi biarkan semua mengalir dengan sendirinya, pikirkan kesehatan Papamu." jawab Wisnu berusaha menghibur Kinanti.

“Entahlah, kenyataan ini begitu menyakitkan hatiku, bisakah Mas Wisnu meninggalkan aku sendiri?” pinta Kinanti.

"Aku tidak akan meninggalkan kamu, aku akan tetap di sini." Bujuk Wisnu.

"Pergi Mas ... pergi!" kata Kinanti sambil mendorong tubuh Wisnu yang memegangi pundaknya sejak tadi.

Wisnu keluar dari kamar, ia tinggalkan Kinanti seorang diri, ia mengemudikan mobilnya, entah hendak kemana, ia tidak tahu. Yang aneh ia juga merasakan ada yang sakit di ujung hatinya yang paling dalam mengatakan semuanya, apalagi melihat air mata yang mengalir begitu deras di pipi istri mudanya itu. Apakah benar Kinanti adalah istri yang siap untuk ditinggalkan olehnya jika telah melahirkan seorang anak?

“Bagaimana mungkin aku berpikir sejahat itu. Ya aku terlalu jahat berniat meninggalkan Kinanti setelah ia melahirkan anakku."kata Wisnu lirih.

“Aku bisa gila Kin ... tapi mana mungkin aku tak meninggalkan dirimu, jika aku terus bersamamu bagaimana dengan Miranda . Atau ... apakah aku akan jatuh cinta padamu?” kata Wisnu langsung menghentikan mobilnya.

“Gila, aku benar-benar gila!” kata Wisnu sambil meremas rambutnya sendiri.

***

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 45 Makan malam

    Kinanti berjalan dengan tenang menuju ruang tamu, ia melihat Wisnu sudah berdiri menantinya. Laki-laki yang sok cool itu berdiri di dekat pintu keluar, menatap ramainya jalan yang terang oleh cahaya lampu.Mendengar suara langkah kaki Kinanti, Wisnu berpaling dan menatap Kinanti. Sungguh ia begitu terkejut melihat hasil balutan gaun yang ia berikan pada istrinya itu, sungguh mempesona.Dalam hati ia pun bertanya, sebenarnya ada apa sampai hati Bima meninggalkan Kinanti, ia jadi penasaran juga, bukan apa-apa, Cuma ia tidak habis pikir kenapa Kinanti yang begitu sempurna ini mendapat perlakuan yang begitu menyakitkan.“Kamu bodoh Wisnu, ya Alhamdulillah jika Bima meninggalkan Kinanti, itu namanya jodoh kamu, tahu!” sentak hati Wisnu.Ia terlihat tersenyum, ia baru mengucapkan rasa syukur dengan sangat jelas.“Alhamdulillah ....”“Hah, Alhamdulillah? Apanya?”“Eh ... anu ....” jawab Wisnu garuk-garuk kepala. Ia malah cengengesan.“Apa, kamu selesai lebih cepat dari perkiraanku, j

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 44 Satu paket

    “Malam ini aku ingin mengajakmu makan malam di luar, apa kamu bersedia?” kata Wisnu dan kemudian duduk di dekat Kinanti “Makan malam di luar? Di mana?” Wajah Kinanti terlihat berubah, ada sesuatu yang sukar di tebak di dalam sana. Terus terang Kinanti jadi dag-dig-dug ser, duduk begitu dekat dengan Wisnu seperti ini.“Nanti kamu akan tahu.”“Tuhan ... jika suara dia selembut ini ... mana mungkin pertahananku akan tetap kekeh, aku paling tidak bisa menerima perlakuan lembut seperti ini.Kriiiing, Kinanti terkejut, ia tersadar dari lamunannya, ia menoleh ketika Wisnu mengangkat ponselnya.“Ya, ada apa?”Terlihatlah Wisnu bangkit dari duduknya, ia berdiri tidak jauh dari kinanti sementara sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku celana sebelah kanan, Kinanti menatap Wisnu dari ujung kepala sampai ujung kaki, semua terekspos secara sempurna. Ia mengakui jika suaminya memang begitu tampan dan penuh pesona. Tapi karena sikapnya yang dingin dan cuek, membuat hati membeku.Sayup te

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 43 Cemburu

    Entah mengapa, hari ini terasa sangat membosankan. Kinanti mendengus serta menampar jok mobil yang di dudukinya. Kekesalan terpancar di mimik mukanya.Entah mengapa, hatinya terusik untuk sekedar tahu siapa sebenarnya perempuan yang kini sedang bersama Wisnu, hatinya masih menduga dan bertanya-tanya dan ia ingin memastikan.Keduanya terlihat begitu santai dan akrab, mereka tertawa bareng dengan begitu lepas, dari dalam hati Kinanti terbersit rasa iri, karena saat bersamanya, Wisnu jarang menunjukkan muka manis, mungkin hanya sekali ketika malam ia terjatuh, dan setelah itu tidak pernah.Tapi kali ini, tawa itu begitu berderai, tanpa beban sedikitpun, oleh karena itu Kinanti semakin bertambah penasaran, kakinya kembali turun, membimbingnya untuk keluar dari dalam mobil, dan ... tentu saja mengikuti Wisnu yang kini masuk ke dalam Mall.Kinanti terus berjalan di antara pengunjung yang lain, ia berada tidak begitu jauh dari Wisnu dan perempuan yang masih bersamanya ini.Keduanya berh

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 42 Wisnu bersama seorang wanita

    Setelah selesai sarapan, Wisnu berangkat ke kantor, sedangkan Kinanti bergegas kembali masuk ke dalam kamar. Ia termangu menatap ponsel yang masih utuh dalam kotak, ponsel baru yang sengaja di berikan oleh Wisnu padanya, ia tersenyum mengenang sikap Wisnu yang begitu salah tingkah ketika menyadari ponsel dalam tasnya jatuh begitu saja di atas lantai.Wajah kikuk dan grogi tergambar jelas, dan semuanya membuat Kinanti tidak habis pikir.“Apa sih susahnya tinggal mengatakan bahwa ia telah membelikan ponsel untuk dirinya, ini malah pura-pura mau berangkat ke kantor, dasar kamu memang pria aneh Wisnu!” gerutu Kinanti seorang diri.Tapi serupa dengan Wisnu, ia pun enggan untuk menyentuh ponsel itu. Rasa gengsi dan marah yang sengaja di buat-buat ia begitu berat hati untuk langsung begitu saja menerimanya, meski yang memberikan ponsel itu adalah suaminya sendiri. Namun baginya Wisnu tetaplah orang asing dan belum sepantasnya jika dirinya begini cepat dekat dan akrab.“Ah Bima, sebenar

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 41 Aneh kamu Mas ...

    Wisnu telah bersiap pergi ke kantor, seperti biasanya ia selalu memeriksa isi tas kantornya. Ia tertegun melihat kotak ponsel yang di belinya kemarin, ia belum memberikan ponsel itu pada Kinanti.Mukanya menoleh saat derit pintu kamar berbunyi, pertanda ada yang masuk.Tapi entah mengapa, bibir Wisnu seakan terkunci rapat untuk sekedar memanggil dan menyerahkan ponsel itu.Kinanti masih diam, ia masih bermuka datar, tak ada bias keramahan di wajah ayu miliknya, membuat Wisnu semakin membeku di tempatnya.“Mari kita sarapan di bawah, Papa dan Mama sudah menunggu.” Kata Kinanti masih berdiri di muka pintu, menanti Wisnu keluar dari kamar.“Aku tidak sarapan hari ini, aku pergi lebih awal ke kantor, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan lebih cepat pagi ini.” Wisnu mencoba memberikan alasan.“Sarapan hanya memerlukan waktu sebentar, lagi pula hari masih terlalu pagi untuk berangkat, apakah itu bukan sekedar alasan kamu agar cepat-cepat pergi?”“Kamu selalu berburuk sangka padaku

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 40 Kenangan yang hilang!

    “Mas, mau ambil ponsel yang kemarin saya bawa kemari ya?” Kata Kinanti pada tukang servis ponsel yang ia datangi kemarin.“Dengan mbak Kinanti ya?”“Iya mas, apakah sudah jadi?”“Waduh Mbak, maaf ponselnya sudah tidak bisa di perbaiki!”“Yang bener saja Mas, masak sih?”“Iya, maaf ya Mbak?”“Apa tidak bisa di usahakan lagi ya Mas?”“Kemarin sudah saya coba Mbak, tapi tetap tidak bisa!”“Ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu.”Kinanti meninggalkan tempat itu dengan perasaan kecewa, bagaimana tidak, ia benar-benar kehilangan kenangan yang ia lalui bersama dengan Bima, tak ada lagi yang bisa ia harapkan, tapi tak ada yang bisa di lakukan olehnya kali ini.akhirnya ia kembali masuk ke dalam taksi online yang iya pesan. Dengan lesu ia duduk di jok belakang taksi tersebut dan menatap keluar setelah berbicara pada sang sopir jika ia siap meninggalkan tempat itu.Dalam perjalanan, ia menatap keluar tanpa semangat, tiba-tiba netranya menatap seorang pemuda yang sedang berjalan s

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 39. Resah

    Wisnu meletakkan ponsel baru yang baru saja di belinya, ia bermaksud memberikan ponsel itu untuk Kinanti, setelah beberapa hari yang lalu ia berhasil membujuk tukang servis HP agar tidak memperbaiki ponsel milik Kinanti.Lama ia terdiam, sesekali ia mendesah, ia begitu bingung harus bersikap seperti apa, harus bagaimana cara memberikan ponsel itu. Wisnu memasukkan ponsel baru itu ke dalam tas kerjanya, kemudian melangkah keluar meninggalkan kantor dengan santai.Wisnu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, jujur ia begitu salah tingkah di hadapan istri mudanya itu.Dengan tekat yang kuat, akhirnya Wisnu memberanikan diri, ia mengetuk kamar yang masih tertutup rapat, mungkin Kinanti sedang istirahat.Lama tak ada sahutan, Wisnu masuk ke dalam kamar, ia melihat sekeliling kamar, namun ia tak menemukan keberadaan Kinanti di sana. Hanyalah suara gemercik dari arah kamar mandi, mungkin Kinanti sedang membersihkan diri.Wisnu tahu jika Kinanti masih marah padanya karena ponsel yang terj

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 38 Ponsel Kinanti rusak

    Kinanti sibuk dengan gawai di tangannya, bahkan ia tidak menyadari jika kini Wisnu datang menghampirinya. Ia duduk di sebuah sofa panjang di ruang tamu.Wisnu menyusul Kinanti, setelah pertengkarannya dengan Miranda, ia tidak ingin memperpanjang masalah dengan Kinanti, makanya ia memutuskan untuk tinggal sementara waktu di kediaman keluarga Darmawan.Wajah teduh yang dingin itu seakan tak mengusik Kinanti, terbukti Kinanti yang masih memainkan gawai di tangannya, membuka galeri yang masih memamerkan kemesraannya dengan Bima.Wisnu mendekatkan dirinya kepada Kinanti, kepalanya agak melongok kedepan, sehingga Wisnu dengan bebas bisa melihat foto Kinanti yang di peluk dari belakang oleh Bima dengan begitu mesra. Dan Kinanti seakan tak mau berhenti menatapnya.Wisnu merasa darahnya berdesir.“Ah, mana mungkin aku cemburu, dia bukan siapa-siapa lagi bagi Kinanti, dia hanya masalalu.” Bisik hati Wisnu.Semakin lama wisnu melihat betapa lama Kinanti masih tetap pada posisi sebelum

  • Suami Dadakanku (Bukan) Pria Mandul   Bab 37 Pulang

    “ Ayo Pa, kita berangkat, Kita yang jemput Kinanti sekarang!” Kata Sukma sangat bersemangat di dalam percakapannya dengan Pak Hermawan lewat ponsel. “Iya, tapi Papa masih meeting Ma .... tunggu sebentar lagi nanti Mama Papa jemput!” “Pokoknya Mama tak mau tahu, setengah jam lagi kita berangkat, atau Mama akan pergi sendiri!” “Kan tadi sudah Papa bilang, Mama saja yang jemput, sama sopir, Mama ngotot kita pergi!” “Ya sudah kalau Papa keberatan, aku pergi sendiri saja!” “Ya, oke Ma, tunggu ya ....” jawab Pak Hermawan akhirnya, ia tak bisa mendengar istrinya merajuk, karena tak selalu istrinya itu minta di turuti kemauannya, tapi jika sudah ingin maka harus mendapatkan apa yang di inginkannya. Selang beberapa menit, Pak Hermawan sudah datang menjemput Bu Sukma, sebab Bu Sukma sudah menunggu di tempat yang tidak jauh dari kantor mereka. “Masih ngambek?” canda Pak Hermawan sambil mencolek pipi istrinya mesra. “Pa ... Mama mau melihat wajah pucat Kinanti bersama Papa,

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status