Share

BAB 24

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-05-05 17:07:09

"Sarapan dulu, Pak. Setelah ini Senja ajak bapak kontrol ya?" ujar Senja saat menyiapkan sarapan di meja makan.

Susan muncul dari kamar sembari membenarkan kuncir rambutnya yang panjang.

"Masak apa kamu?" tanya Susan singkat lalu mengambil air dingin di kulkas.

"Masak sayur bayam sama ayam goreng, Bu. Ada tempe sama tahu goreng juga itu."

"Suamimu nggak pulang semalaman?" bisik Susan semakin penasaran. Senja menoleh lalu menggeleng pelan.

"Lihat tuh, Pak. Menantu kesayangan bapak itu benar-benar nggak pulang semalam. Jangan-jangan dia memang punya pekerjaan lain atau--

"Mas Langit memang banyak urusan, Bu. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dulu, setelah selesai dia baru pulang. Mungkin sampai beberapa hari ke depan. Ibu tenang saja, semalam Senja sudah tanya soal pekerjaan Mas Langit. Dia bilang kerjaannya halal kok, bahkan dia bersumpah nggak akan kasih istri dan anaknya duit haram. Ibu jangan terlalu banyak pikiran, takutnya tensi ibu naik lagi." Senja menoleh sesaat lalu kemb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Emi Susanti
lanjut..hayu ..makin penasaran nih
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
nah loooo..... lanjuuuuuttt
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
lanjuuuutt thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 1

    "Maaf saya nggak bisa melanjutkan acara ini. Pernikahan saya dengan Senja sebaiknya dibatalkan saja," ucap mempelai laki-laki itu dengan tegas. Wajahnya tak menampakkan penyesalan, justru terlihat lebih lega dan tenang. Di sudut lain, mempelai wanita dengan gaun putih gadingnya yang elegan tampak menitikkan air mata. Apalagi saat para tamu undangan mulai riuh, bergosip, berbisik bahkan ada yang mulai menyalahkannya. "Apa maksudmu bicara seperti itu, Di? Kenapa nggak bilang jauh-jauh hari kalau memang ingin membatalkan pernikahan ini? Kasihan Senja kamu perlakukan seperti ini," ungkap laki-laki yang duduk di kursi roda itu. Anwar, dia adalah bapak kandung mempelai perempuan. "Maafkan saya, Om. Saya benar-benar nggak sanggup menikah dengan anak sulung, Om. Tapi Om Anwar tak perlu risau, saya akan tetap menjadi menantu Om jika Om mengizinkan saya menikah dengan Abel." Istighfar terdengar nyaris bersamaan di ruangan itu. Anwar pun berkaca-kaca. Ingin rasanya mengamuk dan memaki, tapi

    Last Updated : 2025-04-29
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 2

    "Kamu benar-benar keterlaluan, Adi. Teganya memperlakukan Senja seperti ini. Apa kamu tak tahu bagaimana posisinya sebagai tulang punggung keluarga? Bagaimana mungkin kamu bisa membandingkan dia dengan Abel hanya karena masalah cantik dan modis. Meski mereka sama-sama anak bapak, jelas tanggungjawab mereka berbeda. Abel hanya sibuk kuliah dan kehidupannya sebagai anak muda, sementara Senja sibuk kerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Nyaris lima bulan kalian dijodohkan bersama, seharusnya kamu tahu bagaimana kehidupan kami sebenarnya. Tak pantas kamu memperlakukan anakku seperti ini!" pungkas Anwar begitu geram. Wajahnya merah padam, emosinya meledak seketika. "Maafkan saya, Om. Ini hanya ungkapan perasaan saya yang sebenarnya dan saya hanya berusaha jujur seperti permintaan Senja. Maaf jika kata-kata saya melukai hati Om ataupun Senja." "Cukup, Adi. Ibu juga nggak mau mendengarnya," lirih Kalina yang merasa begitu bersalah pada Senja dan keluarganya. "Bapak ini gimana sih? Itu ka

    Last Updated : 2025-04-29
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 3

    "Siapa dia?" Suara itu terdengar sahut menyahut. Pandangan mereka beralih pada Senja yang masih bergeming di tempatnya. Dia sendiri tak mengenali laki-laki itu, bahkan dia merasa baru kali ini bertemu dengannya. "Kamu kenal dengannya, Ja?" tanya Anwar pada anak sulungnya yang masih tampak shock. Senja menggeleng pelan. "Kenapa dia tahu namamu? Bahkan izin menikahimu?" Anwar begitu penasaran sosok laki-laki yang tiba-tiba melamar anak kesayangannya itu. "Senja benar-benar nggak tahu, Pak. Senja juga nggak kenal bahkan sepertinya baru kali ini bertemu dengannya," balas Senja lagi begitu meyakinkan. "Nah kan. Ternyata ada lelaki lain yang dekat dengan Mbak Senja selain kamu loh, Mas. Jangan-jangan mereka berselingkuh di belakangmu. Keputusanmu memang tepat meninggalkan dia. Jadi, kamu tak perlu merasa bersalah sudah membatalkan pernikahanmu dengannya," timpal Adel dengan senyum liciknya, seolah kesempatan baginya untuk menjelekkan Senja lagi. Adel memang tak terima menjadi bahan ce

    Last Updated : 2025-04-29
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 4

    Tentang LANGIT ~~~"Papa mau menikah, Lang." Dimas Kuncoro menghentikan langkah Langit yang akan memasuki kamarnya. Dua lelaki itu pun saling tatap lalu Langit mengikuti papanya duduk di sofa. "Sudah lima tahun mamamu pergi. Papa nggak mau tenggelam dalam kesedihan terus menerus. Papa butuh seseorang untuk menemani papa menua," sambung laki-laki berusia lebih dari setengah abad itu. "Papa yakin?" Langit menyandarkan punggungnya ke sofa lalu kembali menoleh pada papanya yang menghela napas panjang. "Papa sudah menemukan calon pendamping yang cocok. Besok malam, papa kenalkan padamu." Langit mengangguk. Kesibukannya mengurus perusahaan properti milik papanya membuat Langit jarang di rumah. Dia sering menghabiskan waktu di kantor atau ke luar kota sampai beberapa hari. Mungkin hal itu pula yang membuat Dimas merasa kesepian setelah istrinya tiada. "Kamu setuju papa menikah lagi?" ulang Dimas untuk meyakinkan diri. "Asal dia wanita baik-baik dan tulus menyayangi papa, aku setuju

    Last Updated : 2025-04-29
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 5

    Tentang LANGIT~~~"Tasya Putri Abdullah. Begitu nama lengkapnya, Pa." Langit tersenyum miring sembari menatap tajam perempuan di depannya yang mulai gelisah. Dimas tampak kaget mendengar ucapan anak semata wayangnya itu. "Kalian sudah saling kenal?" Dimas menatap Langit dan Tasya bergantian. "Oh, tentu, Pa. Kebetulan dia juniorku di kampus dulu. Silakan masuk calon Nyonya Dimas Kuncoro," ucap Langit lagi sembari mempersilakan Tasya masuk ke rumahnya. "Langit! Kenapa sikapmu aneh begitu?" Dimas mengernyit. Dia sedikit curiga dengan sikap Langit yang begitu kaku, sementara calon istrinya mendadak pias dan gelisah. "Hidangan sudah siap. Silakan dinikmati, Mama Tasya," sindir Langit lagi semakin membuat Tasya salah tingkah. "Langit! Kamu kenapa sih aneh begitu? Ada masalah?" Langit menarik kursi makan lalu mendudukinya. Dia kembali menatap papa dan kekasihnya yang duduk di seberang meja. "Nggak ada masalah kok, Pa. Sepertinya justru papa yang sedikit bermasalah." "Maksud kamu?"

    Last Updated : 2025-04-29
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 6

    Tentang LANGIT ~~~"Kamu sudah dewasa, Lang. Bukan anak kecil lagi. Kenapa nggak bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Bukannya dulu kamu sempat bilang kalau kekasihmu pekerja keras, baik dan nggak pernah neko-neko. Itu artinya penilaian kamu sama papa nggak ada bedanya. Kita menilai orang yang sama. Bagaimana mungkin sekarang penilaianmu berbanding terbalik setelah tahu Tasya memilih papa dibandingkan kamu?" Langit menghela napas panjang. Dia benar-benar tak menyangka jika papanya yang begitu bijak dan cermat itu terlalu gegabah memilih pendamping hidup. "Papa sudah memutuskan kalau Tasya akan tetap menjadi pengganti mama kamu. Kalau kamu nggak suka, hidup mandiri di luar jauh lebih baik daripada terus menyudutkan papa dan Tasya. Bukankah papa sudah membekalimu ilmu? Seharusnya kamu berani berdiri sendiri dan buktikan kalau kamu bisa sukses dengan caramu sendiri." Kalimat panjang itu tak mendapatkan balasan apapun dari Langit. Dia hanya menatap papanya beberapa saat la

    Last Updated : 2025-04-29
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 7

    "Hanya ada uang empat ratus ribu, Pak. Maaf kalau saya belum mempersiapkan mahar terbaik untuk Senja." Langit mengambil empat lembar uang seratus ribuan itu lalu menyimpan kembali dompetnya ke saku celana. "Nggak apa-apa. Yang penting ada maharnya. Kalau Senja gimana? Ridho dengan mahar itu? Yakin kalau pernikahan ini tak salah?" Penghulu yang sedari tadi menyaksikan keributan di rumah itu pun ikut berkomentar. "InsyaAllah yakin, Pak. Saya ridho dengan mahar apapun dan berapapun. Lagipula bukankah sebaik-baik mahar adalah mahar yang paling mudah atau ringan?" Senyum tulus Senja kembali membuat dada Langit berdebar. "Kamu benar. Setidaknya bukan hal yang menyulitkan salah satu pihak." Penghulu kembali menimpali. Anwar pun mengangguk. "Memang beda ya, mahar yang dibawa Adi itu satu motor dan perhiasan 20 gram," bisik salah seorang kerabat. "Abel cantik, wajar Adi membuktikan cintanya dengan mahar yang pantas," sahut yang lain. "Lagipula Adi memang niat menikahi Abel, dia menikah

    Last Updated : 2025-04-30
  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 8

    Akad nikah usai. Penghulu meminta mempelai perempuan untuk mencium punggung tangan suaminya masing-masing sebagai bentuk penghormatannya setelah sah berstatus istri. "Untuk mempelai perempuan silakan cium tangan suaminya," perintah penghulu pada kakak beradik itu. Abel yang terbiasa mesra dengan Adi pun tak ada canggung-canggungnya. Abel buru-buru menarik dan mencium punggung tangan suaminya. Sepasang suami istri tertawa bersama seolah kebahagiaan itu hanya milik mereka berdua. "Akhirnya sah. Nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi ya, Mas." Senja melirik Abel yang berbisik ke telinga suaminya. Meski sudah memiliki kehidupan masing-masing, wajar jika Senja masih sesakit itu tiap kali mengingat pengkhianatan orang-orang yang disayanginya. "Aku seneng banget bisa sah menjadi istrimu, Mas. Kelak kita akan melahirkan anak-anak yang cantik dan tampan." Adi mengangguk lalu mencium pipi istrinya, sementara Senja masih terdiam. Dua kali penghulu memanggil namanya, dua kali pula Senja masih m

    Last Updated : 2025-04-30

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 24

    "Sarapan dulu, Pak. Setelah ini Senja ajak bapak kontrol ya?" ujar Senja saat menyiapkan sarapan di meja makan. Susan muncul dari kamar sembari membenarkan kuncir rambutnya yang panjang. "Masak apa kamu?" tanya Susan singkat lalu mengambil air dingin di kulkas. "Masak sayur bayam sama ayam goreng, Bu. Ada tempe sama tahu goreng juga itu.""Suamimu nggak pulang semalaman?" bisik Susan semakin penasaran. Senja menoleh lalu menggeleng pelan. "Lihat tuh, Pak. Menantu kesayangan bapak itu benar-benar nggak pulang semalam. Jangan-jangan dia memang punya pekerjaan lain atau-- "Mas Langit memang banyak urusan, Bu. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dulu, setelah selesai dia baru pulang. Mungkin sampai beberapa hari ke depan. Ibu tenang saja, semalam Senja sudah tanya soal pekerjaan Mas Langit. Dia bilang kerjaannya halal kok, bahkan dia bersumpah nggak akan kasih istri dan anaknya duit haram. Ibu jangan terlalu banyak pikiran, takutnya tensi ibu naik lagi." Senja menoleh sesaat lalu kemb

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 23

    "Aku berangkat dulu ya, Bu. Nanti pulangnya kubawakan oleh-oleh deh." Abel berpamitan pada ibu dan bapaknya. Dia bilang mau honeymoon di Bali bersama sang suami. "Jangan iri ya, Mbak. Aku mau honeymoon, sementara kamu malah ditinggal suami kerja. Mau kasihan, tapi gimana namanya cari duit kan nggak apa-apa. Daripada nggak punya duit, nggak ada salahnya kerja meski baru saja akad nikah." Abel kembali melirik sinis lalu menggamit lengan suaminya. "Kamu juga hati-hati, Bel. Jangan terlalu foya-foya, takutnya suamimu banyak hutangnya. Sesuaikan sama pendapatan suami. Jangan besar pasak daripada tiang nanti roboh rumahmu." Senja menyahut. Dia sudah bertekad tak akan mengalah lagi pada adiknya. Terlalu banyak pengorbanannya selama ini, tapi tak sedikitpun dianggap ada. Sudah saatnya memberontak daripada terus diinjak. Senja merasa, sesekali Abel memang harus di-skak. "Mbak! Suamiku nggak seperti suamimu yang supir itu ya!" sentak Abel lagi lalu menoleh pada suaminya yang hanya tersenyum

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 22

    [Mas, sudah bangun? Hampir subuh] Sebelum adzan subuh berkumandang, Senja sudah mengirimkan pesan pada suaminya. Seolah seperti alarm yang mengingatkannya tentang shalat. Langit meraba handphone yang dia letakkan di atas meja di samping pembaringan. Kedua matanya masih memicing sembari menyalakan lampu utama. Saat melihat pesan dari istrinya, kedua matanya berbinar. Kantuk yang sedari tadi menyelimuti kelopak matanya mendadak hilang seketika. [Baru bangun, Sayang. Dengar pesan dari kamu ini jadinya kebangun. Ada apa, Sayang? Kangen?] Langit membalas pesan itu dengan hati berbunga. Meski dia tahu, Senja belum sepenuhnya mencintainya dan sikap-sikapnya selama ini hanya bentuk baktinya pada suami, tapi Langit yakin dengan ketulusannya hati Senja akan luluh juga. [Sedikit sih, Mas. Jangan lupa shalat subuh berjamaah di masjid ya, Mas. Entah mengapa hatiku sedikit tak tenang. Kamu baik-baik saja di sana kan, Mas?] Lagi-lagi Langit tersenyum saat membaca balasan dari istrinya itu. Har

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 21

    "Woi! Ngapain kamu di situ?! Keluar!" sentak Langit saat melihat Tasya masuk ke kamarnya lalu menutup pintu rapat. Dia teramat kaget. Baru saja meletakkan handphonenya kembali ke atas meja, tiba-tiba muncul perempuan yang teramat dibencinya itu. Tasya masih berdiri di tempat. Dia tersenyum tipis dan tak mempedulikan perintah Langit barusan. "Keluar kubilang! Jangan gila!" sentak Langit sembari menuding wajah Tasya yang semakin mendekat. Perempuan itu semakin menjadi. Langit benar-benar tak mengerti mengapa perempuan yang dulu dicintainya itu berubah sedrastis ini. Bahkan dia seperti tak mengenali Tasya lagi. Sikapnya berubah. Tak lagi lembut seperti dulu. Tak lagi kalem dan sopan, tapi sebaliknya. Kini Langit mulai berpikir apakah dulu Tasya hanya bersandiwara di depannya, atau memang inilah sifat aslinya? Entah. "Mau ngapain kamu?!" Langit melipat kedua tangannya ke dada sembari menatap lurus ke depan. Tasya tak membalas pertanyaan-pertanyaannya. Wajahnya memerah, marah. Dia ce

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 20

    "Assalamualaikum, Mas. Kamu beneran nggak pulang malam ini?" Suara merdu Senja terdengar dari seberang. Langit tersenyum sembari memperbaiki letak tidurnya agar lebih nyaman. "Wa'alaikumsalam, Sayang. Iya, malam ini belum bisa pulang. Ada pekerjaan yang tak bisa kutinggalkan. Sepertinya tak hanya malam ini, Sayang, tapi sampai beberapa hari ke depan aku belum bisa ke rumah. Ada banyak masalah yang harus aku selesaikan. Aku janji setelah semua kelar, aku akan pulang secepatnya. Kamu nggak apa-apa kan kutinggal sendiri?" Langit merasa sangat bersalah pada istrinya, tapi apa mau dikata. Dia juga tak mungkin membiarkan masalah papanya melebar kemana-mana. Langit akan mengurus dan menyelidiki apa yang terjadi setelah kepergiannya. Dia yakin ada dalang di balik ini semua. "Kenapa diam? Kamu kecewa ya sama aku?" lirih Langit yang merasa ada hal tak mengenakkan pada istrinya. Wajar jika Senja berpikir macam-macam padanya karena dia memang belum tahu siapa Langit, bahkan mereka menikah seo

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 19

    Mobil merah yang dikendarai Tasya berhenti di garasi rumah mewah itu. Perempuan itu tercekat saat melihat Langit masih berdiri di ambang pintu. Tiga tahun tak pernah melihat mantan kekasihnya itu membuat Tasya merasa bersalah. Tak dapat dipungkiri jika di dalam hatinya masih menyimpan rasa cinta. Hanya saja, dulu dia pikir Langit tak sekaya yang dibayangkannya. Dia tak tahu jika Langit adalah putra tunggal Dimas Kuncoro, pengusaha ternama yang akhirnya menjadi suaminya. Tasya keluar dari mobil dengan high heels merahnya. Serasi dengan pakaian dan tasnya. Senyum tipis terukir di kedua sudut bibirnya. Dress di atas lutut melambai seiring dengan gerak langkahnya. "Mas, apa kabar?" tanya Tasya sembari mengulurkan tangan mulusnya. Langit hanya tersenyum miring sembari melipat tangannya ke dada. Dia tak menyangka jika perempuan yang dulu begitu dicintainya, perempuan baik-baik dan begitu lembut, tak pernah neko-neko bahkan selalu berpakaian sopan itu berubah cukup drastis pasca tiga tah

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 18

    "Ada fotonya? Om mau lihat fotonya dulu. Foto pernikahan kalian mungkin." Langit tersentak. Dia baru sadar jika tak ada foto Senja satupun di handphonenya. Dia terlalu sibuk menikmati hari-harinya bersama Senja, sampai tak terfikir untuk memotretnya. "Nggak ada, Om. Lain kali saya tunjukkan langsung saja. Kadang, aslinya jauh lebih cantik dan menawan dibandingkan di layar handphone." Erwin terkekeh lalu menepuk-nepuk pelan pundak Langit yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu. "Oke kalau gitu kita langsung bahas masalah bisnis papamu. Bagaimana?" Langit mengangguk. Dia menerima lalu mengamati beberapa berkas yang disodorkan Erwin."Ini pembangunan apartemen di daerah Salemba. Mangkrak karena tangan kanan papamu kabur membawa ratusan juta biaya pembangunannya. Bahkan sampai sekarang belum ketemu rimbanya. Apartemen di kawasan ini macet karena ada masalah soal perizinan lahan. Warga demo dan tak setuju jika tempat itu dijadikan apartemen. Mereka bilang ada banyak dampak buru

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 17

    [Perabot rumahnya sudah datang, Sayang? Kasur sama lemarinya taruh kamar ya. Ranjangnya keluarin aja, nggak muat buat kita berdua ganti kasur aja. Ada tukang tiga orang sudah kuminta ke sana buat benerin plafon. Maaf sepertinya hari ini belum bisa pulang. Ada masalah kerjaan. Nanti kalau sudah selesai langsung pulang, oke?] Langit mengirimkan pesan untuk istrinya. Sebenarnya dia tak tega meninggalkan Senja di hari kedua pernikahannya. Hanya saja, mendadak dia mendapatkan kabar dari sahabat papanya agar lekas pulang karena papanya kecelakaan. [Iya, Mas. Semua sudah ditata di kamar kita. Bapak tanya terus sebenarnya Mas Langit kerja apa. Bapak takut Mas kerja aneh-aneh sampai bisa beli ini dan itu. Maaf kalau sedikit menyinggung. Semua yang Mas dapatkan itu halal kan? Nggak dari hasil aneh-aneh?] Langit tersenyum tipis. Dia sudah mengira jika Senja dan keluarganya akan menanyakan hal itu. Namun, saat ini dia belum mengatakan semuanya. Ada beberapa hal yang masih dia sembunyikan, demi

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 16

    "Rin, sini ke dapur sama aku. Kita ngobrol-ngobrol, sudah lama nggak ketemu kamu, kangen." Senja melambaikan tangannya ke arah Ririn yang masih berdiri di halaman rumah. Perempuan itu pun mengangguk lalu mengikuti Senja masuk ke rumah. Senja tak lagi peduli dengan obrolan para ibu di depan rumahnya yang terus membicarakan Adi dengan segala kebaikannya. Senja dan Ririn mulai mengobrol di dapur sembari menata beragam sayuran, ayam dan ikan itu ke dalam kulkas. Sesekali terdengar tawa mereka, lalu Ririn menceritakan tentang suaminya yang sedang diPHK. "Kalau di tempat suamimu ada lowongan, aku maulah, Ja. Suamiku bisa nyetir mobil kok. Dulu dia sempat jadi supir angkot juga, cuma setelah dapat kerja di pabrik dia resign. Eh sekarang malah kena PHK." Ririn menghela napas panjang. "Nanti aku coba tanya Mas Langit ya, Rin. Semoga saja ada lowongan di sana. Kalau belum ada, kudoakan suamimu lekas dapat kerja ya?" Ririn mengaminkan lalu mengucapkan terima kasih. Setelah selesai menata be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status