Share

BAB 33 Keributan

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 21:31:08

"Kamu pakai cincin, Ja? Kapan belinya?" Susan melirik jemari Senja saat makan malam bersama.

"Oh ini, Bu. Mas Langit yang beliin," balas Senja sembari melihat kembali cincin permata putih itu.

"Buat gantiin mahar kali, Bu. Kemarin maharnya kan cuma duit empat ratus ribu. Mana ada spesialnya coba." Abel menyahut lalu kembali menikmati malam malamnya.

"Nggak kok. Ini memang hadiah spesial aja dari Mas Langit."

"Hadiah spesial cuma cincin yang harganya nggak seberapa?" Abel masih saja mencibir.

"Sama kalung juga kok. Cantik ada liontin hatinya," balas Senja dengan senyum tipis membuat Abel terlihat begitu kaget.

"Kamu dibeliin cincin sama kalung, Mbak? Coba lihat kalungnya kaya apa? Bagusan mana sama kalungku?" Abel menarik kursi yang diduduki Senja sampai membuatnya nyaris terjatuh saking kagetnya.

"Abel! Apa-apaan sih kamu!" sentak Senja sembari menepis tangan adiknya yang kini berusaha menyingkap hijabnya.

"Gila kamu, Bel!" ucap Senja geram karena auratnya nyaris terlihat, pad
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 37 Adu domba

    "Senja, kamu nggak apa-apa kan? Ririn bilang kamu dibawa ke klinik?" Anwar begitu panik saat mendengar berita itu dari Ririn, sahabat Senja sejak kecil. Dia pun buru-buru menelepon Senja saat itu juga. Susan ikut mendengar obrolan bapak dan anak itu dengan menyalakan speaker handphonenya. Beberapa kerabat yang lain pun ikut menguping. Mereka penasaran apakah ada perbedaan antara cerita Senja dengan cerita Abel yang baru saja mereka dengarkan. "Alhamdulillah membaik, Pak. Senja memang agak demam dan lemas dari pagi, makanya nggak ikut bapak ke rumah bibi. Sekarang sudah ada Mas Langit yang jaga Senja di sini. Jadi, bapak tak perlu khawatir lagi." Anwar sedikit lebih tenang setelah mendengar keadaan anak sulungnya itu. "Tadi Abel sudah menelepon ibumu. Dia cerita banyak tentang kejadian ini. Cuma bapak ....""Bapak nggak percaya sama cerita Abel kan? Pasti nanti bapak akan lebih percaya dengan cerita Senja. Bapak selalu begitu dari dulu. Gimana Abel nggak makin benci sama kakaknya d

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 36 Adi vs Langit

    Sejak kejadian honeymoon kala itu, sikap Adi mulai berubah. Dia sering malas ngobrol banyak hal dengan Abel. Apalagi saat melihat sikap Senja pada suaminya, rasa cemburu itu tiba-tiba menghantam dada. Adi kesal dan cemburu melihat senyum Senja dan perhatiannya pada Langit saat mereka makan ataupun saat Langit akan berangkat kerja. Senja yang begitu melayani suaminya dengan baik, jauh berbeda dengan Abel yang selalu memikirkan dirinya sendiri. Selama menikah, tak sekalipun Abel menyiapkan makannya atau mencarikan kaos kaki dan menyemir sepatu pantofelnya. Semua dilakukan Adi sendiri meski dalam keadaan hati yang dongkol. "Aku juga sibuk kerja, Mas. Kamu siapkan sendiri bisa kan?" ucap Abel tiap kali Adi minta tolong dicarikan kaos kaki atau dibersihkan sepatunya. "Biasanya juga kamu harus sendiri saat di rumah bunda, Mas. Jangan manja ah." Lagi-lagi Adi tak bisa protes, sampai akhirnya dia tak lagi meminta tolong hal-hal sepele itu pada istrinya. Adi menghela napas panjang. Dia kem

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 35 Fitnah

    "Sayang, kamu kenapa?" Langit menghentikan pukulannya setelah melihat Senja limbung, sementara Adi masih memegangi sudut bibirnya yang pecah-pecah. "Sayang ...." Langit mengusap-usap kedua pipi Senja lalu membopongnya dengan tergesa menuju mobil. Langit akan membawa istrinya ke klinik terdekat. Di saat itu pula ada beberapa tetangga yang melihat. Salah satu dari mereka buru-buru menelepon Abel dan mengabarkan jika suaminya dihajar oleh Langit. Handphone Adi berdering saat dia masih membersihkan wajahnya dengan tissu. Umpatan dan makian keluar dari bibirnya tiap kali mengingat sikap Langit padanya tadi. Dia benar-benar tak menyangka jika Langit tiba-tiba datang dan menghancurkan semuanya. "Mas, Kinan bilang kamu dihajar sama Langit? Kenapa?" Suara panik Abel terdengar dari seberang setelah Adi menerima panggilan itu. "Iya, nggak waras dia. Istrinya lagi sakit bukannya dibawa ke klinik malah sibuk kerja dan nggak pulang berhari-hari. Tadi aku pulang mau ambil berkas, nggak sengaja

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 34 Nyaris Dinodai

    Suasana di rumah lumayan sepi. Abel mulai kerja kantoran dan biasanya pulang sebelum maghrib tiba. Adi pun sama saja mulai sibuk dengan pekerjaannya, sementara kedua orang tua Senja menginap di rumah kerabat karena ada hajatan kecil-kecilan. Awalnya Senja ingin ikut, tapi bapaknya melarang. Anwar tak ingin melihat menantunya kecewa saat dia pulang rumah dalam keadaan tak bertuan. [Sayang, nanti aku pulang ya. Kamu pengin makan apa nanti kubelikan sekalian.] Pesan dari Langit muncul di layar. Meski masih tampak lemas, Senja sedikit berbinar saat melihat pesan dari suaminya. Maklum, sudah lima hari mereka tak bertemu. Rasa rindu jelas ada, apalagi saat ini keadaan Senja memang tak baik-baik saja. [Buah aja, Mas. Sama camilan pedas juga mau. Apa saja deh] Senja membalas pesan itu lalu kembali meletakkan handphonenya di atas meja. Beberapa saat kemudian dia sudah terlelap sampai adzan dzuhur berkumandang. Merasakan perutnya yang keroncongan, mau tak mau Senja mulai beranjak dari kama

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 33 Keributan

    "Kamu pakai cincin, Ja? Kapan belinya?" Susan melirik jemari Senja saat makan malam bersama. "Oh ini, Bu. Mas Langit yang beliin," balas Senja sembari melihat kembali cincin permata putih itu. "Buat gantiin mahar kali, Bu. Kemarin maharnya kan cuma duit empat ratus ribu. Mana ada spesialnya coba." Abel menyahut lalu kembali menikmati malam malamnya. "Nggak kok. Ini memang hadiah spesial aja dari Mas Langit." "Hadiah spesial cuma cincin yang harganya nggak seberapa?" Abel masih saja mencibir. "Sama kalung juga kok. Cantik ada liontin hatinya," balas Senja dengan senyum tipis membuat Abel terlihat begitu kaget. "Kamu dibeliin cincin sama kalung, Mbak? Coba lihat kalungnya kaya apa? Bagusan mana sama kalungku?" Abel menarik kursi yang diduduki Senja sampai membuatnya nyaris terjatuh saking kagetnya. "Abel! Apa-apaan sih kamu!" sentak Senja sembari menepis tangan adiknya yang kini berusaha menyingkap hijabnya. "Gila kamu, Bel!" ucap Senja geram karena auratnya nyaris terlihat, pad

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 32 Kado Spesial

    "Oleh-oleh buat ibu sama bapak dari Mas Adi." Abel menaruh dua paper bag di atas meja dengan senyum bangga. "Kemeja baru?" Anwar menyahut lalu mengucapkan terima kasih pada anak bungsunya itu. "Wah, tas sama sandal. Beneran ini buat ibu?" pekik Susan tak percaya sebab dia tahu kalau barang itu cukup bermerk dan lumayan mahal menurutnya. "Bilang makasihnya sama Mas Adi saja, Pak, Bu. Dia yang beli kok. Aku kan cuma pilihin warna sama ukurannya saja." Abel menarik lengan Adi agar duduk di sebelahnya. Anwar dan Susan pun mengucapkan terima kasih pada menantunya itu. "Maaf kamu nggak dapat jatah ya, Mbak. Kamu kan sudah bersuami. Minta saja sama suamimu sendiri." Abel melirik sinis. "Iya, Bel. Lagian mana pernah kamu jatah aku? Bukannya dari dulu kamu nggak pernah sekalipun beliin aku sesuatu?" tukas Senja begitu santai sembari berbalas pesan dengan suaminya."Dih! Kamu kan punya duit sendiri, jangan mental gratisan deh." Abel melengos kesal. "Siapa yang mental gratisan sih, Bel. Ak

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 31 Korupsi

    "Ada kasus korupsi di bisnis papa yang mangkrak itu. Kemungkinan besar Adi terlibat." "Maksudnya, Mas?" Senja nyaris tersedak mendengar cerita suaminya. Dia semakin bingung kenapa mantan tunangannya itu bisa terlibat korupsi di perusahan mertuanya. "Mas Adi terlibat korupsi di kantor papanya Mas?" Senja masih tak percaya. "Iya, Sayang. Papaku, papamu juga sekarang.""Eh iya, papa." Senja tersenyum malu-malu. Langit pun kembali mengusap puncak kepala istrinya dengan gemas. "Memangnya kamu nggak tahu kalau dia kerja di kantor papa?" Senja menggeleng pelan. Selama ini dia memang tak pernah tanya calon-calon kerja di mana. Yang dia tahu hanya kerja sebagai staf di kantor, itu saja. "Kamu memang sepolos itu. Sudah, jangan berpikir macam-macam. Biar aku saja yang menyelesaikan semuanya. Yang penting sekarang kamu sudah tahu cerita sebenarnya. Jangan berpikir aneh-aneh lagi ya?" Langit menatap istrinya lekat, sementara Senja hanya mengangguk lalu menunduk. Setelah itu, Langit mulai men

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 30 Pengakuan

    "Janji nggak ngambek dan cemburu lagi?" Langit mengulurkan kelingking kanannya ke arah Senja. Tanpa banyak kata, Senja pun mengaitkan kelingkingnya. "Janji, asalkan kamu benar-benar move on. Kalau masih cinta sama dia ya balikan saja sana," balas Senja sembari mengerucutkan bibirnya. "Nah, kan. Baru bilang begitu dikira gagal move on. Gimana mau cerita semuanya?" Langit menghela napas panjang."Janji beneran move on?" Kali ini Senja sedikit menarik kelingking Langit yang masih terkait dengan kelingkingnya. "Iya, Sayang. Janji." "Kalau begitu. Ceritakan semuanya biar aku nggak selalu curiga." Langit pun tersenyum setelah melihat kedua sudut bibir istrinya melengkung indah. "Setahun menjalin hubungan dengan Tasya, aku mulai sibuk dengan urusan bisnis milik papa. Papa memilih berhenti dan menyerahkan semuanya padaku. Kesibukan itulah yang mungkin membuat Tasya berpaling. Dia sering berbohong dan tak lagi seperti dulu. Penampilannya mulai berubah, tak lagi sederhana seperti yang kuke

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   BAB 29 Sebenarnya Kamu Siapa, Mas?

    Langit memeluk istrinya beberapa saat sampai dia terlihat lebih tenang. Setelah mengurus pembayaran, Langit ngajak Senja kembali ke mobil. Setelah memakaikan seat belt pada istrinya, Langit mulai melajukan mobil itu ke arah cafe langganannya. "Kamu nggak apa-apa kan, Sayang?" Langit bertanya sembari mengusap pelan puncak kepala Senja saat mobil berhenti di lampu merah. "Tasya telepon kamu, Mas." "Ohya? Kamu terima panggilannya kan? Sudah kuduga dia pasti telepon lagi." Kali ini Senja menoleh lalu menatap lekat suaminya. "Jadi, kamu sudah tahu kalau dia akan meneleponmu, Mas? Atau memang sering begitu?" "Dia pakai nomor baru. Nomor yang lama sudah kublokir, Sayang. Dia memang sering telepon, tapi hanya sekali kuterima. Itupun awalnya karena tak tahu itu nomor barunya." "Terus?" "Sengaja aku kasih handphone itu ke kamu karena yakin dia pasti telepon lagi. Biar dia tahu kalau saat ini aku sudah punya istri dan sudah bahagia sama kamu." Langit menoleh sembari tersenyum lalu mulai

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status