Share

Cemburu Tanda Cinta

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-06-17 22:27:39

"Maaf telat Mbak Senja, agak macet tadi ada kecelakaan di simpang lima sana," ujar Bagas saat melihat istri bosnya itu sudah menunggunya di teras.

"Nggak apa-apa, Mas. Untung masih jam sebelas, kalau telat sampai jam satu bisa kelaparan Mas Langit." Senja tersenyum lalu masuk ke mobil merah metalik kesayangan suaminya itu.

"Iya, Mbak. Rentetan pesan Mas Langit muncul di WhatsApp saya ini. Dasar si bos nggak sabaran." Bagas meringis kecil sembari melajukan mobil itu perlahan.

"Perut mana bisa sabar kalau lapar, Mas."

"Benar juga sih, Mbak." Bagas terkekeh sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Boleh tanya nggak, Mas?" Senja sedikit ragu dengan pertanyaannya.

Bagas pun mengernyit. Dia menatap istri bosnya itu dari spion kecil di atas dashboard. Kebetulan Senja duduk tepat di belakangnya.

"Boleh, Mbak. Mau tanya soal Mas Langit?" tebak Bagas yang dibalas gelengan kepala oleh Senja.

"Terus tanya soal apa kalau bukan tentang Mas Langit, Mbak?" Bagas agak kaget saat tebak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Testpack

    "Masa aku hamil, Mas?" lirih Senja masih terlihat begitu lemas. "Memangnya kenapa kalau kamu hamil, Sayang? Kamu punya suami, wajar kalau hamil kan?" "Baiknya kita cek saja, Mas. Jangan seneng dulu, takut kecewa aku." Senja menatap suaminya lekat. Langit mengangguk lalu membopong istrinya kembali ke ranjang. "Jangan sedih, Sayang. Misalkan nanti hasilnya negatif pun tak apa. Yang penting kita sudah usaha tiap hari, hasilnya biar Allah yang tentukan." Langit tersenyum tipis sembari menaik turunkan alisnya. "Isshh, sempat-sempatnya bercanda." Senja memukul pelan lengan suaminya. "Maunya tiap hari, cuma kadang kelelahan jadi lupa sama istri. Padahal istrinya selalu siap kapanpun kan?" "Isshh, makin kemana-mana kamu, Mas." Senja berdecak kesal melihat Langit yang terus menggodanya. "Bercanda, Sayang. Tapi memang kata ustadz begitu kan? Siap sedia melayani suami itu-- "Pahalanya besar. Kalau menolak ajakan suami bisa dilaknat malaikat sampai pagi tiba. Begitu kan, Mas?" Senja membu

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Mual-mual

    Alarm di handphone Senja berdering, pertanda waktu menunjuk angka tiga dini hari. Senja membuka kedua matanya lalu mengerjap pelan. Senyumnya mengembang saat merasakan hembusan napas hangat dan dengkur pelan suaminya. Lengan Langit lurus ke samping tepat di bawah kepala Senja sebagai bantal tidurnya. Sementara lengan satunya mendekap erat tubuh Senja yang cenderung mungil. Dunia terasa begitu tenang dan nyaman bagia Senja saat ini. Hidupnya tertata dengan baik dan nyaris sempurna. Meski ada riak-riak kecil ataupun kerikil-kerikil yang merecoki jalannya, tapi itu tak terlalu membuat Senja risau. "Mas ...." Senja mengusap punggung tangan suaminya. Tak bangun, Langit justru mengeratkan pelukan. "Mas, aku mau bangun dulu." "Hmmm." Hanya itu balasan Langit tanpa membuka matanya. Dia kembali terlelap lalu dengkur tipis itu terdengar lagi. Senja tersenyum lalu mencium tangan suaminya. Perlahan menggerakkan badannya agar bisa beranjak dari ranjang itu tanpa harus membangunkan Langit kemb

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Ternyata Dimas ...

    "Mas, kenapa wajahmu tegang begitu?" tanya Senja saat membuka pintu rumahnya yang kini ditinggali mertuanya itu. "Memangnya tegang?" Langit menepuk-nepuk pipinya pelan. "Iya, Mas. Memangnya habis ketemu siapa sih kok tegang begini?" Senja membingkai wajah suaminya lalu menatapnya lekat. "Bukan habis ketemu siapa, Sayang. Tapi kalau mau ketemu kamu memang tegang begini. Hmm ... sayangnya di rumah papa," bisikLangit di telinga istrinya. Senja tersenyum tipis. Seperti biasa wajahnya memerah seketika. "Jangan macam-macam, Mas." Tak ingin membuat suaminya makin kemana-mana, Senja buru-buru menggamit lengan Langit lalu mengajaknya ke ruang tengah. Dimas sudah menunggunya di sana. "Gagal deh." Langit menggerutu lalu melirik istrinya sekilas. "Apa yang gagal, Lang?" Tiba-tiba Dimas menyahut dari belakang. Langit menoleh seketika. "Eh, nggak, Pa. Tadi bahas soal Bagas yang gagal cari-- cari pacar." Langit meringis lalu kembali melirik Senja yang tersenyum tipis. "Duduk dulu, Mas. Bia

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Jangan Pernah Usik Istriku!

    "Mas, kalian nggak mau pilih-pilih atau cari camilan seperti biasanya? Kenapa ngintilin terus dari tadi? Sedekat ini pula," omel Senja yang belum bisa mengambil pembalut karena malu dilihat dua tangan kanan suaminya itu. "Mas Langit bilang nggak boleh lengah, Mbak. Harus fokus jagain istrinya biar dapat bonus gede." "Nggak sedekat ini juga, Mas. Saya jadi bingung mau pilih-pilih barang.""Pilih saja, Mbak. Anggap kami patung. Iya kan, Bay?" Bagas menoleh ke samping kanannya. Bayu pun mengangguk pelan. "Benar, Mbak. Daripada nanti kena omel Mas Langit bahkan bisa jadi kehilangan bonus bulanan kalau Mbak Senja kenapa-kenapa, lebih baik kami ikuti terus seperti ini. Tenang saja, Mbak. Kami nggak akan intip-intip belanjaan Mbak Senja kok. Serius." Bayu mengacungkan dua jarinya ke udara. "Bukan begitu, Mas. Tapi-- "Senja? Kamu di sini juga?" Suara seseorang yang begitu familiar itu cukup mengagetkan mereka. Senja menghentikan kalimatnya lalu menoleh seketika. "Mas Awan?" Laki-laki it

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Permintaan Senja

    "Gimana Zayyan, Gas? Bisa?" tanya Langit saat melihat Bagas membersihkan mobil di area parkir. "Full, Mas. Mas Zayyan bilang malam Senin baru kosong. Minggu ini ada saja yang reservasi bakda isya. Kalau Mas Langit mau bisa saya pesankan di cafe Bianglala atau lainnya." Bagas masih berdiri di samping mobil sembari menunggu perintah Langit selanjutnya. "Jangan, Gas. Di cafe Zayyan saja sekalian support dia yang sudah berani berwirausaha. Malam Senin nggak apa-apa." "Memangnya Mbak Senja sudah nggak ngambek lagi, Mas?" bisik Bagas begitu penasaran. "Ngapain tanya-tanya, Gas." Bagas meringis kecil. "Penasaran, Mas. Sepertinya sudah senyam-senyum saat keluar kantor tadi." "Makanya nikah sana biar tahu rasanya jatuh cinta dan dicemburui. Kalau istri cemburu, kasih vitamin yang banyak biar sembuh." Langit tersenyum tipis. "Begitu ya, Mas?" tanya Bagas begitu polos sembari garuk-garuk kepala. "Jangan bayangin yang aneh-aneh. Sudah, istirahat sana. Capek." "Siap, Mas. Ini juga mau ist

  • Suami Dadakanku Bukan Pria Sembarangan   Cemburu Tanda Cinta

    "Maaf telat Mbak Senja, agak macet tadi ada kecelakaan di simpang lima sana," ujar Bagas saat melihat istri bosnya itu sudah menunggunya di teras. "Nggak apa-apa, Mas. Untung masih jam sebelas, kalau telat sampai jam satu bisa kelaparan Mas Langit." Senja tersenyum lalu masuk ke mobil merah metalik kesayangan suaminya itu. "Iya, Mbak. Rentetan pesan Mas Langit muncul di WhatsApp saya ini. Dasar si bos nggak sabaran." Bagas meringis kecil sembari melajukan mobil itu perlahan. "Perut mana bisa sabar kalau lapar, Mas." "Benar juga sih, Mbak." Bagas terkekeh sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Boleh tanya nggak, Mas?" Senja sedikit ragu dengan pertanyaannya. Bagas pun mengernyit. Dia menatap istri bosnya itu dari spion kecil di atas dashboard. Kebetulan Senja duduk tepat di belakangnya. "Boleh, Mbak. Mau tanya soal Mas Langit?" tebak Bagas yang dibalas gelengan kepala oleh Senja. "Terus tanya soal apa kalau bukan tentang Mas Langit, Mbak?" Bagas agak kaget saat tebak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status