Share

Motornya Buatku Saja

Penulis: Hafsa Humiara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-19 11:12:11

3. SUAMI DAN MERTUA TAK TAHU AKU BANYAK UANG

 

 

Motornya buatku saja!

 

"Maksudnya apa kamu ngasih tespek ini, Ardan?"tanya ibu dengan sedikit penekanan.

 

Ardan dan Rista saling memandang.

 

"Itu hadiahnya, Bu. Rista lagi hamil," jawab Ardan dengan wajah bahagia.

 

"Bukankah seorang cucu lebih berharga dari pada emas dan berlian," lanjut Ardan seperti ketakutan.

 

Kulihat wajah ibu berubah datar, padahal tadi sangat merah menahan amarah. Aneh sekali mantu mau punya anak kok expresinya biasa aja.

 

"Apa, kamu hamil, Ris? berapa bulan?" tanyaku antusias.

 

Ibu terlihat mencebikkan mulut, kentara sekali jika ia tak suka dengan kabar gembira ini, wanita yang banyak gaya itu pasti mengharapkan berlian dari anak mantunya.

 

Kasihan sekali kamu, Bu. Jadi pengen ngakak, eh.

 

"Baru enam Minggu, Mbak," jawab Rista santai.

 

Putri sultan itu memandang wajah mertuanya dengan tatapan kecewa, jelas saja kecewa kalau punya mertua mata duitan, giliran ngasih sesuatu muji setinggi langit, tapi pas ga ngasih apa-apa akan menghina sampai puas, ya seperti padaku contohnya.

 

"Ibu ga suka ya kalau Rista hamil?" tanya Rista sendu.

 

Ibu mendongkak menatap mantu kesayangannya sambil geleng-geleng kepala.

 

"Eng engga gitu, Ris. Ibu seneng kok, selamat ya semoga bayimu sehat dan laki-laki," jawabnya, kini ia mulai tersenyum walau sedikit terpaksa.

 

"Mau laki-laki atau perempuan asalkan lahir sehat dan selamat, Bu," sahut Mas Heri yang sejak tadi diam saja.

 

Kami semua akhirnya makan masakanku, suasana hening karena ibu tak banyak bicara, selesai makan aku langsung mengecek ponsel dan membuka aplikasi efbe.

 

Penasaran saja melihat komentar teman-teman ibu, bagaimana reaksinya saat mereka tahu kalau isinya itu  bukan berlian.

 

Benar ternyata banyak yang memberikan komentar sinis dan ejekan.

 

"Hahaha boro-boro berlian, itu mah six pack, eh salah tespek." Tulis salah salah satu akun gambar Dora Emon, lengkap dengan emoticon ngakak di ujungnya.

 

"Yah kok gelap, ga seru ah padahal saya mau lihat expresi Bu Ninik pas tahu dalem kotak itu bukan berlian." Akun yang bernama Sesilia itu memberi komentar.

 

"Padahal udah ngarep banget pengen berlian, eh ternyata zonk." Tulis akun yang bernama Angelina Jolie.

 

Aku jadi senyum sendiri membacanya, entah mengapa akun Angelina Jolie menjadi pusat perhatianku, setelah nama itu diklik ternyata akun itu milik Bu Iroh tetangga ujung gang.

 

"Kamu lihat apaan sih senyum-senyum sendiri gitu?" tegur Mas Heri.

 

"Ah ini Mas, baca komen-komen live streaming Ibu," jawabku sambil menahan tawa.

 

"Ibu belum matiin live streaming-nya?" tanya Mas Heri.

 

Ibu terdiam sejenak lalu pergi entah kemana, mungkin hendak mematikan ponselnya yang berada di ruang tamu.

 

"Maaf ya, Bu, aku sudah bikin malu Ibu," ujar Rista dengan wajah menyesal.

 

"Engga apa-apa kok, Ris, Ibu sudah biasa dihina dan dipermalukan." Mata ibu terlihat berkaca.

 

Bukannya dia yang selalu menghina dan mempermalukanku? giliran dihina balik oleh orang lain mewek.

 

Mereka terlihat berpelukan, setelah itu Rista dan Ardan pamit hendak pulang. Di rumah suasana kembali tegang, Mas Heri dan ibu masih cemberut sesekali menatapku dengan sinis.

 

"Sekarang jawab! Kamu dapat duit dari mana buat beli motor itu?" tanya Mas Heri mengintrogasi.

 

"Jangan-jangan kamu jual diri ya sama Om Om?" selidik ibu.

 

Ingin sekali kusumpal mulutnya pakai tai ayam, ngomong kok seenaknya.

 

"Ya duit dari hasil jualan, Mas. Ibu juga jangan sembarangan nuduh-nuduh ya, selama setahun aku nabung buat beli motor itu," jawabku sedikit tegas.

 

Gitu banget punya mertua, suudzon mulu giliran minyak wangi sama skincare-nya abis minta sama aku.

 

"Buang-buang duit aja kamu ya, kita ini sudah punya motor ngapain beli motor lagi mending buat renovasi rumah , udah mau roboh rumah kita," sela Mas Heri ketus.

 

"Aku beli karena butuh buat COD sama ke pasar, lagian kamu juga seringnya ga ngasih kalau aku mau pakai motor, salah sendiri kenapa pelit," sanggahku.

 

Malas rasanya merenovasi rumah karena melihat sikap ibu dan Mas Heri yang tak pernah menghargaiku, walaupun rumah ini atas namaku karena hadiah dari almarhum ayah mertua.

 

Tapi tetap saja rasanya tak rela jika mereka menikmati hasil jerih payahku tapi masih suka menghina dan merendahkan diri ini, biarkan saja Mas Heri kerja keras dan banting tulang mencari uang untuk merenovasi rumah.

 

"Harusnya beli motor biasa aja yang harganya di bawah 20jutaan jangan motor mahal begitu, mau bergaya kamu? tukang seblak aja banyak gaya!" celetuk ibu sambil mendelik.

 

"Sudahlah, Bu, motor itu belinya pakai uangku ga minta siapa-siapa jadi ga usahlah dipermasalahkan," jawabku dengan malas.

 

Entah mengapa di mata ibu dan Mas Heri apa yang kulakukan pasti semuanya salah, Mas Heri terus memandangku dengan wajah masam dan pandangan menyelidik.

 

"Kamu mau bergaya supaya dilihat keren di hadapan orang-orang gitu?" tanya Mas Heri.

 

"Aku sudah bilang motor itu buat ke pasar sama COD-an, Mas, kenapa sih kamu mikirnya jelek begitu? aku 'kan ga ngerepotin kamu," sanggahku sedikit kesal.

 

"Gini aja deh kalau bener motor itu buat ke pasar sama nganterin makanan ke pelanggan maka kamu pakai saja motor Heri, terus Heri pakai motor kamu, gimana?" usul ibu.

 

Benar-benar usul yang licik! Jika begini Mas Heri yang bergaya aku yang kerja, enak aja dipikir nyari uang itu mudah.

 

"Nah iya, aku setuju dengan usul Ibu, lagian ga baik perempuan kaya kamu pake motor bagus, tar dibegal baru tahu rasa, mending aku aja yang pakai," sahut Mas Heri seperti mendapat angin surga.

 

 

Bersambung.

 

Kasih like, komen dan follow akunku ya

 

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Pra Rosila
itu namax serakah
goodnovel comment avatar
om jek
lumayan menarik.... ...️...
goodnovel comment avatar
Ramina Sihombing
mertua yang gaktau malu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.B

    "Aku selalu menelponmu tapi percuma jarang diangkat, sekali pun diangkat cuma sebentar padahal banyak yang ingin aku ceritakan soal Ibu, cerita juga mending kalau kamunya percaya, ya sudah sejak itu aku tak ingin lagi berhubungan denganmu," lanjut Ardan mengungkapkan kekecewaannya.Aku terduduk di bangku plastik miliknya, raga ini lemas mendengar semua kenyataan yang sebenarnya."Aku minta maaf, Ardan. Harus gimana supaya kamu memaafkan," ucapku dengan pasrah.Ia diam sibuk dengan pekerjaannya, haruskah aku berlutut di kakinya?"Ini ada uang buat modal tambahan usahamu, pakailah tadinya uang itu untuk pegangan beberapa bulan ke depan." Aku menyerahkan ATM sekaligus password-nya."Aku ga butuh, lagi pula sekarang bisa cari uang sendiri berikan saja uang itu untuk istrimu," jawab Ardan dengan culas."Ambil aja itu untuk pengobatan ibu kalau kamu ga mau, maafkan aku Ardan, sedikit pun aku ga pernah niat menelantarkanmu dan Ibu, ini semua karena Tania pandai memutar balikkan fakta, dan b*

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.A

    (POV HERI)Satu tahun lamanya aku tak pulang ke kampung halaman, sebenarnya enam bulan yang lalu aku hendak pulang, tetapi keadaan tak memungkinkan dan banyak pula hambatan.Sengaja tak memberikan kabar kepulangan ini pada Tania ataupun Ardan, entah kenapa anak itu kini nomornya sudah tak aktif lagi, aku pun bertanya pada Tania katanya Ardan baik-baik saja dan ia sibuk bekerja.Aku turut bersuka cita atas perubahan anak itu, yang dulu ia manja dan lalai terhadap tanggung jawab, kini bisa mandiri dan mencari uang sendiri.Pesawat tiba di Jakarta tepat pukul sembilan pagi, untuk menuju kota kelahiranku dibutuhkan waktu sekitar dua jam lagi.Usai adzan Dzuhur berkumandang, akhirnya aku tiba di halaman rumah Tania, semuanya masih sama hanya warna cat rumah yang memudar.Aku melangkah masuk ke dalam pagar, memencet bel berkali-kali hingga pintu itu terbuka, nampaklah Tania yang berpenampilan berbeda.Rambutnya dipotong sebahu, wajahnya terlihat makin cerah dengan polesan make-up seperti bi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.B

    "Mbak Naya, bisa berhenti di depan?" tanyaku pada supir baru, Mas Satria sengaja memilih seorang wanita agar tidak ada ikhtilat diantara kami berdua saat bersama."Bisa, Bu," sebentar ya." Ia menuruti perintahku."Tolong jagain Hanan sebentar ya, saya mau nemuin orang itu.""Oh iya, Bu, sini Dedek Hanannya."Kuserahkan Hanan yang tertidur lelap ke pangkuan Naya, beruntung anak itu tak menangis.Aku segera berlari menembus kemacetan hingga akhirnya tubuhku sudah ada di hadapan ibu."Bu, kenapa di sini?" tanyaku sedikit berteriak."Ibuu!" teriakku sekali lagi, karena ia tak merespon panggilanku."Ibu, ngapain di sini?" Aku menyentuh pundaknya.Ia menepis dengan kasar lalu memandangku dengan berang."Diam! Aku lagi nunggu mantuku, Amira, dia janji mau ngajak shoping hari ini," jawabnya ngelantur.Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata Mas Satria yang menelpon, karena takut ia marah aku segera menjawabnya."Sayang kamu di mana? kok belum nyampe juga?""Iya sebentar lagi nyampe kok, ini se

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.A

    (POV AMIRA)Rumah seluas lima belas meter kali kali sepuluh meter menjadi hunian baru untukku dan anak-anak, Mas Satria membelikan hadiah ini sebagai hadiah pernikahan.Ia mengatakan jika rumah ini kurang besar dan mewah maka ia akan merenovasinya, tentu saja menurutku hal itu terlalu berlebihan, karena rumah ini seluas lapangan bola, mungkin jika orang tuaku tinggal di sini rumah ini pun takkan kesempitan.Tak sampai di situ Mas Satria pun mempekerjakan asisten rumah tangga dan seorang supir wanita khusus untuk mengantarku ke mana-mana, ah betapa bahagianya diperlakukan layaknya nyonya.Hari ini ia mulai bekerja setelah satu Minggu lebih menghabiskan masa cuti pernikahan di rumah, sengaja kami tak liburan ke mana-mana karena diluar pandemi masih melanda."Aku pergi dulu ya, Sayang," ucapnya sambil mengecup kening.Jika di hadapan anak-anak ia akan memanggil 'mama' tapi jika tak ada siapa-siapa, kata sayang adalah panggilan untuk kami berdua.Sungguh romantis dan harmonis."Hati-hati

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.B

    .Sedangkan Tania dan Tante Eva terlihat santai tak terpancing dengan omongan ibu. Akan tetapi, tetap saja mereka berdua membalas ucapan ibu dengan pedasnya membuat ibu makin emosi dan tak bisa mengontrol diri.Kepala ini pusing pasalnya jika pulang ke rumah selalu saja melihat keributan antara ibu dan Tania, mereka tak ada yang mengalah saling mempertahankan egonya."Ayo kita ke kamar, Bu. Aku beliin makanan," ujarku sambil merangkul pundak ibu."Makanan apa? itu dikasih Amira ya? dia emang menantu baik dan pengertian ga kaya kamu!" Ibu menunjuk wajah Tania.Aku kesal melihat tingkahnya, bagaimana jika Tania tak tahan dengan ibu lalu mengusir kita, akan tinggal di mana kami berdua."Sudah, ayo kita masuk kamar." Aku merangkul paksa dan membawanya menuju kamar."Ardan kamu harus usir Tania dari rumah ini dan bawa Amira kembali ya, Ibu itu cuma pengen punya menantu yang kaya ga kaya Tania bisanya ngabisin uang saja," cerocos ibu tak bisa diam."Sekarang Ibu makan dulu ya." Aku menyuapi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.A

    (POV Ardan)Nasib Bu Ninik.Sudah satu bulan lebih kakakku Heri berada di perantauan, ia mengatakan setiap tanggal satu akan mengirimkan transferan.Sedangkan kondisi ibu semakin hari kian memperhatikan, ia lebih banyak mengurung diri di kamar, karena jika berpapasan dengan Tania bawaannya terlihat emosi, tak jarang ia marah-marah tanpa alasan."Mbak, Heri udah kirim uang?" tanyaku pada kakak ipar yang sedang menggunting kukunya.Ia malah menatapku sinis, seolah aku ini seorang pengemis."Mau apa emang?!" tanyanya sedikit membentak.Apa ia lupa? atau pura-pura lupa jika dalam uang itu ada hak mertua juga adik iparnya, dasar serakah! Entah apa yang dipikirkan kakakku hingga menggantikan Amira dengan wanita macam dia."Ya mau minta bagian, Heri 'kan janji kalau udah gajian mau bawa ibu ke psikiater," balasku tak kalah sinis.Untuk makan sehari-hari kami berdua terpaksa aku yang kerja, beruntung bengkel milik Adi setiap hari selalu ramai banyak kendaraann yang berdatangan, sehingga aku t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status