Share

Kejutan untuk ibu

Auteur: Hafsa Humiara
last update Dernière mise à jour: 2022-04-19 11:10:24

2. SUAMI DAN MERTUA TAK TAHU AKU BANYAK UANG.

 

Kejutan untuk ibu

 

 

Terdengar suara tetangga berbisik-bisik ria di belakang, hal seperti ini pasti akan jadi pembicaraan seluruh warga kampung, rasain kamu, Bu, pasti malu banget 'kan.

 

"Hebat banget kamu, Amira, cuma jualan pentol sama seblak aja bisa beli motor," sahut Bu Nita.

 

Ibu terlihat seperti kebakaran jenggot mendengar pujian itu, ia 'kan paling tak suka mendengar orang memujiku, lebih senang jika ada orang yang menghinaku maka ia pun akan ikutan menghina.

 

"Lagian pentol dan seblaknya enak kok, saya langganan tiap hari pasti beli, ga heran lah kalau dagangannya laku semua," sahut Bu Zia, dia salah satu pelangganku yang sering beli tiap hari.

 

Tak hanya jualan seblak dan pentol mercon saja, aku juga menjual pop ice dan pentol Frozen alias pentol yang sudah dibekukan, sehingga pelanggan yang jaraknya jauh bisa membeli via online.

 

Dan rencana selanjutnya akan menjual Boba, salah satu minuman yang sedang trend di kalangan remaja, semoga saja rencana itu segera terwujud, karena banyak sekali pelanggan yang request minuman itu.

 

Orang-orang dealer sudah pergi, jadinya halaman rumah sedikit lega. Aku tersenyum pada ibu dan Rista yang diam mematung.

 

"Aku mampu kok, Bu, beli motor. Bahkan pakai uang sendiri bukan minta sama suami atau orang tua," celetukku, menyindir tepatnya.

 

Ibu menyunggingkan sebelah bibir dan menatapku sinis.

 

"Jangan sombong, baru beli motor aja udah heboh. Tuh lihat Rista dia punya mobil mewah tapi biasa aja, emang dasar orang kampung baru punya begitu aja udah heboh," ungkap ibu dengan wajah merah.

 

Aku menghela napas, jangan sampai terpancing emosi karenanya.

 

"Kalau aku sombong mungkin sebelum membeli motor ini udah pamer duluan kali ke kalian semua, lah ini engga 'kan aku beli diam-diam, malah Ibu yang bilang-bilang ke tetangga, siapa coba yang suka pamer dan sombong?" Aku menahan senyum.

 

Membayangkan kejadian barusan jadi ingin tertawa ngakak, gagal deh punya motor baru.Tapi aku pun penasaran dengan kejutan dari Rista yang akan di kasih ke ibu itu apa.

 

"Sudah sudah mendingan kita masuk yuk, masa ada tamu dianggurin," seru Mas Heri.

 

"Oh iya ayo, Sayang." Ibu masih menggandeng Rista masuk ke dalam, matanya mendelik sambil berlalu.

 

Sementara aku masih di luar dengan beberapa tetangga, kubuka plastik yang membungkus motor itu lalu mencoba menstarter-nya.

 

Gerungan motor terdengar keren dan gagah, sudah pasti di dalam sana ibu makin kepanasan mendengar suar motor ini.

 

"Ini motor PCX model terbaru, Amira. Kamu beli cash apa kredit?" tanya Bu Mika, salah satu tukang gosip di kampung ini.

 

"Alhamdulillah cash, Bu," jawabku biasa saja, supaya ga dibilang sombong.

 

"Wihh keren kamu ya, terus motor ini buat kamu atau buat Heri?" tanyanya lagi.

 

"Buat aku, Bu, soalnya butuh banget buat ke pasar sama COD."

 

Enak banget Mas Heri kalau motor ini untuknya, mending kalau tahu diri dan bilang terima kasih.

 

"Ya sudah aku masuk dulu ya, ada tamu," ujarku sambil menyimpan kunci motor ke saku.

 

"Oh iya deh sana." Mereka pun bubar meninggalkan rumahku.

 

Saat masuk ke dalam wajah ibu terlihat masih merah, sedangkan Mas Heri terlihat sedang kesal, aneh sekali dia harusnya bangga punya istri yang mandiri, tanpa merengek meminta belas kasihan darinya bukan merasa iri.

 

"Rista, Ardan kalian apa kabar?" tanyaku basa-basi sambil menyodorkan tangan.

 

"Aku baik kok, Mbak." Ia meraih tanganku, perhiasannya berkilauan dari mulai cincin hingga gelang, dapat dipastikan jika itu berlian.

 

"Bagus 'kan perhiasan Rista, kamu mah mana punya perhiasan mahal begini," celetuk ibu menghinaku lagi.

 

Aku menghela napas, sebenarnya mampu beli perhiasan itu memakai uang tabungan, tapi dipikir lagi untuk apa, lebih baik uangnya ditabung dan disedekahkan pada orang yang membutuhkan.

 

Rista menyeringai senang mendengar pujian ibu.

 

"Perhiasannya 50jutaan, Bu, murah kok," jawab Rista, merendah supaya terlihat wah tepatnya.

 

"Wih mahal banget, ini baru perhiasan asli bukan kaleng-kaleng, emangnya Amira perhiasannya emas pasar yang harganya 700rebu hihi." Ibu terkikik.

 

Dari pada ibu ga kebeli sama sekali, ingin sekali aku katakan itu tapi takut dosa, lebih baik diam saja Allah tida tidur kok, suatu saat orang yang menghina akan terhina sendiri.

 

"Oh ya, Rista kejutan buat Ibu mana? tadi Ardan chat katanya kalian kemari mau ngasih kejutan," ujar ibu.

 

"Oh iya ada kok kejutannya." Rista mengeluarkan satu buah kotak kecil yang dihias dengan pita merah, ia memberikannya pada ibu sambil tersenyum.

 

"Waahh apa ini? jangan-jangan kalung berlian lagi, duh kamu emang baik." Ibu memandang kotak itu sambil mesem-mesem.

 

"Itu hadiah yang paling berharga, Bu, harganya lebih mahal dari pada berlian," sahut Ardan membuat ibu semakin ceria.

 

"Waah, benarkah?" Ibu terlihat takjub

 

Ia menyambar ponsel yang ada di meja, jemarinya bergulir entah mau buat apa.

 

"Ibu akan live streaming di efbe, biar semua temen-temen tahu kalau Ibu dikasih hadiah yang mahal dan mewah sama Rista."

 

Wanita itu segera menyalakan kamera depan, tersenyum ceria lalu mulai menyapa teman sosmednya, lebay sekali ibuku saja yang lebih muda darinya tak seperti itu.

 

"Haaii, hari ini aku seneeeng sekali karena mantuku yang tersayang Rista memberi hadiah, ini diaaa." Ibu memperlihatkan kado dari Rista ke kamera.

 

Aku segera mengecek ponsel melihat acara live streaming ibu, ternyata banyak sekali temannya yang berkomentar dan memberikan emoticon love.

 

"Coba kalian tebak kira-kira kotak ini isinya apa ya?" tanya ibu ke kamera.

 

Kulihat banyak sekali temannya yang berkomentar ikutan menebak isi dari kotak itu, terlihat menggelikan sekali ibu-ibu berusia hampir tua main sosmed, sikap alay-nya melebihi anak ABG masa kini.

 

"Kalung emas? kayanya ga mungkin deh mantuku Rista ngasih kalung murah emangnya Amira, ayo dong tebak lagi, jawaban yang betul aku kasih pulsa sepuluh ribu," ujar ibu masih tersenyum ke kamera.

 

Banyak sekali komentar teman-teman ibu yang ikutan nebak isi kotak itu, mending kalau isinya berlian, kalau bukan? ibu pasti malu lagi, hihi.

 

"Kalau tebakan aku sih ini kalung atau cincin berlian, secara mantuku Rista 'kan kaya, dia juga punya banyak koleksi berlian, ga kaya mantuku yang satu lagi beli baju aja setahun sekali." Ibu cekikikan.

 

"Ok kita buka ya gays kotaknya." Ibu mulai membuka kotak itu perlahan, ponsel diangkat tinggi-tinggi supaya mengarah ke isi kotak.

 

"Eng ing eng ...." Ibu masih tersenyum beberapa detik kemudian senyuman itu mulai memudar, aku yang penasaran segera menaruh ponsel dan melihat isi kotak.

 

"Hahhh, tespek," ujarku sambil membulatkan mata.

 

"Ternyata isinya tespek gays bukan berlian," seruku dengan suara sedikit keras.

 

Ibu langsung menaruh ponsel di meja dengan wajah geram, wajahnya terlihat memerah menahan malu, lalu ia menatap Rista dan juga putra bungsunya, mereka mau diapain ya?

 

 

Bersambung.

 

Kasih like, komen dan follow akunku ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (13)
goodnovel comment avatar
Lucky Dorkas
susah ya punya mertua kampungan, iri, tukang marah dan suka maki² mancing pertengkaran komplit ngga punya etiket
goodnovel comment avatar
Mimi Pakpahan
mertua pilih kasi
goodnovel comment avatar
Rohyatun
wkwkwkw jadi orang terlalu pede ya gitu
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.B

    "Aku selalu menelponmu tapi percuma jarang diangkat, sekali pun diangkat cuma sebentar padahal banyak yang ingin aku ceritakan soal Ibu, cerita juga mending kalau kamunya percaya, ya sudah sejak itu aku tak ingin lagi berhubungan denganmu," lanjut Ardan mengungkapkan kekecewaannya.Aku terduduk di bangku plastik miliknya, raga ini lemas mendengar semua kenyataan yang sebenarnya."Aku minta maaf, Ardan. Harus gimana supaya kamu memaafkan," ucapku dengan pasrah.Ia diam sibuk dengan pekerjaannya, haruskah aku berlutut di kakinya?"Ini ada uang buat modal tambahan usahamu, pakailah tadinya uang itu untuk pegangan beberapa bulan ke depan." Aku menyerahkan ATM sekaligus password-nya."Aku ga butuh, lagi pula sekarang bisa cari uang sendiri berikan saja uang itu untuk istrimu," jawab Ardan dengan culas."Ambil aja itu untuk pengobatan ibu kalau kamu ga mau, maafkan aku Ardan, sedikit pun aku ga pernah niat menelantarkanmu dan Ibu, ini semua karena Tania pandai memutar balikkan fakta, dan b*

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.A

    (POV HERI)Satu tahun lamanya aku tak pulang ke kampung halaman, sebenarnya enam bulan yang lalu aku hendak pulang, tetapi keadaan tak memungkinkan dan banyak pula hambatan.Sengaja tak memberikan kabar kepulangan ini pada Tania ataupun Ardan, entah kenapa anak itu kini nomornya sudah tak aktif lagi, aku pun bertanya pada Tania katanya Ardan baik-baik saja dan ia sibuk bekerja.Aku turut bersuka cita atas perubahan anak itu, yang dulu ia manja dan lalai terhadap tanggung jawab, kini bisa mandiri dan mencari uang sendiri.Pesawat tiba di Jakarta tepat pukul sembilan pagi, untuk menuju kota kelahiranku dibutuhkan waktu sekitar dua jam lagi.Usai adzan Dzuhur berkumandang, akhirnya aku tiba di halaman rumah Tania, semuanya masih sama hanya warna cat rumah yang memudar.Aku melangkah masuk ke dalam pagar, memencet bel berkali-kali hingga pintu itu terbuka, nampaklah Tania yang berpenampilan berbeda.Rambutnya dipotong sebahu, wajahnya terlihat makin cerah dengan polesan make-up seperti bi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.B

    "Mbak Naya, bisa berhenti di depan?" tanyaku pada supir baru, Mas Satria sengaja memilih seorang wanita agar tidak ada ikhtilat diantara kami berdua saat bersama."Bisa, Bu," sebentar ya." Ia menuruti perintahku."Tolong jagain Hanan sebentar ya, saya mau nemuin orang itu.""Oh iya, Bu, sini Dedek Hanannya."Kuserahkan Hanan yang tertidur lelap ke pangkuan Naya, beruntung anak itu tak menangis.Aku segera berlari menembus kemacetan hingga akhirnya tubuhku sudah ada di hadapan ibu."Bu, kenapa di sini?" tanyaku sedikit berteriak."Ibuu!" teriakku sekali lagi, karena ia tak merespon panggilanku."Ibu, ngapain di sini?" Aku menyentuh pundaknya.Ia menepis dengan kasar lalu memandangku dengan berang."Diam! Aku lagi nunggu mantuku, Amira, dia janji mau ngajak shoping hari ini," jawabnya ngelantur.Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata Mas Satria yang menelpon, karena takut ia marah aku segera menjawabnya."Sayang kamu di mana? kok belum nyampe juga?""Iya sebentar lagi nyampe kok, ini se

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.A

    (POV AMIRA)Rumah seluas lima belas meter kali kali sepuluh meter menjadi hunian baru untukku dan anak-anak, Mas Satria membelikan hadiah ini sebagai hadiah pernikahan.Ia mengatakan jika rumah ini kurang besar dan mewah maka ia akan merenovasinya, tentu saja menurutku hal itu terlalu berlebihan, karena rumah ini seluas lapangan bola, mungkin jika orang tuaku tinggal di sini rumah ini pun takkan kesempitan.Tak sampai di situ Mas Satria pun mempekerjakan asisten rumah tangga dan seorang supir wanita khusus untuk mengantarku ke mana-mana, ah betapa bahagianya diperlakukan layaknya nyonya.Hari ini ia mulai bekerja setelah satu Minggu lebih menghabiskan masa cuti pernikahan di rumah, sengaja kami tak liburan ke mana-mana karena diluar pandemi masih melanda."Aku pergi dulu ya, Sayang," ucapnya sambil mengecup kening.Jika di hadapan anak-anak ia akan memanggil 'mama' tapi jika tak ada siapa-siapa, kata sayang adalah panggilan untuk kami berdua.Sungguh romantis dan harmonis."Hati-hati

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.B

    .Sedangkan Tania dan Tante Eva terlihat santai tak terpancing dengan omongan ibu. Akan tetapi, tetap saja mereka berdua membalas ucapan ibu dengan pedasnya membuat ibu makin emosi dan tak bisa mengontrol diri.Kepala ini pusing pasalnya jika pulang ke rumah selalu saja melihat keributan antara ibu dan Tania, mereka tak ada yang mengalah saling mempertahankan egonya."Ayo kita ke kamar, Bu. Aku beliin makanan," ujarku sambil merangkul pundak ibu."Makanan apa? itu dikasih Amira ya? dia emang menantu baik dan pengertian ga kaya kamu!" Ibu menunjuk wajah Tania.Aku kesal melihat tingkahnya, bagaimana jika Tania tak tahan dengan ibu lalu mengusir kita, akan tinggal di mana kami berdua."Sudah, ayo kita masuk kamar." Aku merangkul paksa dan membawanya menuju kamar."Ardan kamu harus usir Tania dari rumah ini dan bawa Amira kembali ya, Ibu itu cuma pengen punya menantu yang kaya ga kaya Tania bisanya ngabisin uang saja," cerocos ibu tak bisa diam."Sekarang Ibu makan dulu ya." Aku menyuapi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.A

    (POV Ardan)Nasib Bu Ninik.Sudah satu bulan lebih kakakku Heri berada di perantauan, ia mengatakan setiap tanggal satu akan mengirimkan transferan.Sedangkan kondisi ibu semakin hari kian memperhatikan, ia lebih banyak mengurung diri di kamar, karena jika berpapasan dengan Tania bawaannya terlihat emosi, tak jarang ia marah-marah tanpa alasan."Mbak, Heri udah kirim uang?" tanyaku pada kakak ipar yang sedang menggunting kukunya.Ia malah menatapku sinis, seolah aku ini seorang pengemis."Mau apa emang?!" tanyanya sedikit membentak.Apa ia lupa? atau pura-pura lupa jika dalam uang itu ada hak mertua juga adik iparnya, dasar serakah! Entah apa yang dipikirkan kakakku hingga menggantikan Amira dengan wanita macam dia."Ya mau minta bagian, Heri 'kan janji kalau udah gajian mau bawa ibu ke psikiater," balasku tak kalah sinis.Untuk makan sehari-hari kami berdua terpaksa aku yang kerja, beruntung bengkel milik Adi setiap hari selalu ramai banyak kendaraann yang berdatangan, sehingga aku t

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status