Share

Suami Flash Sale
Suami Flash Sale
Penulis: Salbiyah Nurrohmah

Bab 1. Jejak Masa Lampau

Di seberang jalan, ada seorang pemuda yang sedang membantu pria paruh baya yang kesusahan untuk menyebrang. Dengan gerak gesit pemuda itu menggandeng dan membantu pria paruh baya itu.

"Tuan, anda sebenarnya mau ke mana?" tanya Sakha menatap lelaki paruh baya itu dengan kening mengerut.

Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil. "Saya ingin membeli sebuah bunga untuk cucu perempuan saya. Anak muda, kamu bisa bantu saya?" tanya lelaki paruh baya itu.

Sakha menganggukkan kepalanya cepat. "Sangat bisa, Tuan. Mari, saya bantu anda menyebrang ke toko bunga itu."

Sakha menggandeng pria paruh baya itu. Bunyi klakson mobil pun saling bersahutan, padahal terik matahari sangat menyengat sekali. Dan mereka menyebrang dengan selamat.

Pria paruh baya itu menepuk bahu Sakha pelan. "Terima kasih, anak muda."

"Kembali kasih, Tuan. Kalau begitu saya pergi dulu," pamit Sakha.

Kalinda, nama dari pria paruh baya itu. Ia tersenyum simpul dengan mata berbinar menatap Sakha.

Kalinda tersenyum sambil bergumam dalam hatinya. "Hem, dia bisa masuk salah satu kandidat calon suami untuk cucu perempuan ku."

Tring ...!

Bunyi lonceng yang bergetar akibat goyangan pintu berdengung di dalam toko bunga. Seorang penjaga toko langsung menghampiri Kalinda penuh dengan hormat

"Selamat datang, Tuan besar Mahesa. Sungguh penghormatan bagi toko saya didatangi oleh Tuan besar Mahesa," sapa penjaga toko sambil membungkukkan tubuhnya penuh hormat.

Kalinda hanya merespon dengan berdeham dingin. "Aku butuh bunga Lily. Cepat, cari 'kan bunga Lily terbagus yang kamu punya!"

Penjaga toko bunga tubuhnya bergetar ketakutan. Ia pun lantas langsung bergegas mencari bunga Lily yang dipesan oleh tuan besar Mahesa.

Siapa orang tidak mengenal Kalinda Mahesa? Sosok lelaki bagaikan seorang raja dalam segala hal apa pun.

Kekayaannya sungguh diluar batas, tetapi masih kalau jauh di bawah atas nama keluarga besar Munthe.

Keluarga Munthe bagaikan naungan seluruh kekayaan yang di tampung dari kota A dan kota B. Sedangkan kekayaan keluarga Mahesa adalah cabang dari kekayaan keluarga Munthe.

Namun, sayang. Telah dikabarkan bahwa penerus keluarga Munthe sudah hilang dan tidak ada lagi penerus perusahaan dan kekayaan yang mereka miliki.

Padahal Kalinda Mahesa sudah memiliki maksud untuk melakukan kerja sama dengan menjodohkan salah satu cucunya pada keluarga Munthe. Namun, semuanya akan menjadi sia-sia.

"Tuan besar Mahesa, ini bunga Lily yang kami punya di toko ini. Anda tidak perlu membayarnya, karena kami memberikan bunga Lily ini secara percuma," kata penjaga toko sambil menyodorkan sebuket bunga Lily pada Kalinda Mahesa.

Kening Kalinda Mahesa mengerut hingga bergelombang. Mata tajamnya menatap dingin penjaga toko bunga itu. Lalu, ia berkata dengan ketus. "Kamu kira saya ini orang tidak mampu yang suka meminta-minta seperti pengemis, hah?!"

Penjaga toko bunga hampir tersedak ludahnya. "Tuan besar Mahesa, saya tidak bermaksud seperti itu," ucap penjaga toko bunga yang menggigil ketakutan.

"Baiklah, kalau begitu kau tunjukan rumah orang yang baru saja membantuku menyebrang!"

***

Kejadian empat tahun lalu terkenang di otak Sakha. Ia meremas gugup kedua tangannya untuk masuk ke dalam villa keluarga istrinya. Ia sangat tahu kalau kehadirannya sangat tidak dibutuhkan di sana, tetapi ia butuh bantuan seseorang segera mungkin.

Sakha pun langsung melangkah masuk ke dalam villa, setelah memantapkan dirinya.

Banyak suara anak, cucu, dan saudara yang berlomba-lomba mencari perhatian Nyonya Mahesa dengan cara memberikan hadiah yang sangat fantastis.

“Nenek, kudengar kamu sedang mengincar tas Gucci seperti ini, kan? Harganya memang fantastis, tetapi aku rela mengocek dompetku untuk memberikan hadiah ulang tahunmu dengan menggunakan tas Gucci ini."

Nyonya Mahesa yang terlihat masih muda tertawa bahagia melihat berbagai hadiah di hadapan, membuat seluruh keluarga bahagia.

Suara derap langkah sepatu menantu tertua Nyonya Mahesa, yang tak lain adalah Sakha tiba-tiba berlutut di bawah kaki Nyonya Mahesa.

“Mohon maaf atas kelancangan saya, Nek. Bisakah kamu meminjamkan saya uang enam juta? Bibi Lena dari panti asuhan sedang dirawat di rumah sakit, beliau butuh biaya untuk membayar ruangan dan berobat."

Seluruh keluarga Mahesa terkejut. Semua orang memandang Sakha dengan mata yang terbelalak lebar.

Sakha sudah sangat kelewat batas, karena Sakha adalah menantu yang masih menumpang di rumah Nyonya Mahesa.

Empat tahun lalu, Tuan Mahesa yang masih hidup, tidak tahu dari mana menemukan Sakha dan bersikeras untuk menikahkan cucu tertuanya, yang bernama Laumeera Arindita Mahesa. Saat itu, Sakha tidak punya uang, seperti pengemis, sama seperti sekarang.

Setelah keduanya menikah, Tuan Mahesa meninggal. Sejak saat itu, keluarga Mahesa dengan sengaja berusaha mengusir Sakha 

Hanya saja Sakha memilih cuek dan tidak perduli dengan hinaan orang-orang lain.

Sakha pun terpaksa meminjam uang pada ibu kandung dari ibu mertuanya. Bibi Lena dari panti asuhan tempat dia dirawat dan diselamatkan, menderita demam berdarah.

Sakha merasa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Nyonya Mahesa. Dan berpikir kalau Nyonya Mahesa mungkin sedang baik hati dan bersedia membantu ketika dia bahagia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status