Hari ini Bella memilih menyibukkan dirinya dengan memanjakkan tubuhnya. Ia melakukan perawatan mulai dari lulur, facial, sampai perawatan kuku cantiknya. Sebagai seorang international model tentulah penampilan menjadi aset yang harus selalu dijaga. Ia sangat menjaga kecantikan tubuhnya baik dari luar maupun dari dalam.
Namun sebenarnya dibalik semua kesibukannya itu, ia mempunyai maksud lain. Tentu saja untuk menghindari suaminya sementara waktu. Akibat perbuatan konyolnya kemarin ia masih memiliki bayang-bayang ambigu kepada suaminya sendiri. Maka dari itu ia harus mengontrol perasaannya dulu sembari perlahan mulai menjalankan misinya. Ia harus siap-siap mental untuk semua kenyataan yang akan dihadapi nanti. Bella memilih mengurung dirinya di kamarnya sambil melakukan hal-hal yang akan memanjakan pikirannya. Ia menonton film romantis, menonton tutorial kecantikan, sampai menonton channel keluarga dengan anak yang baru lahir. Ia berpikir betapa indahnya jika ia dapat memiliki kehidupan seperti itu nantinya. Tapi ketika memikirkan kembali bagaimana kehidupan pernikahannya saat ini ia jadi putus harapan. Bella menggeleng keras. Ia tidak boleh pesimis. Ia harus optimis dapat merubah orientasi seksual suaminya itu. Ia harus bisa membuat Dexter jatuh cinta padanya dan kembali ke jalan yang benar. Tapi Bella akan fokus memikirkan itu besok. Hari ini dia akan memuaskan dirinya dulu dalam menikmati hidup. * Berbeda dengan Bella, Dexter justru sedang merasa kesal karena seharian ini istrinya selalu mengabaikannya. Padahal ia tidak merasa membuat kesalahan kepada Bella, tapi kenapa istrinya itu mengabaikannya sampai sekarang. Belum lagi orang tuanya yang memaksanya untuk berhenti mengurusi kantor selama satu bulan setelah pernikahannya. Dexter frustasi. Akan jadi apa dirinya jika harus berduaan dengan Bella selama satu bulan? Bahkan baru dua hari saja dia sudah diabaikan begini. Dexter membayangkan ia akan hidup seatap dengan Bella tapi seakan-akan dia hidup sendirian. Diperparah dengan tidak adanya dunia luar selama satu bulan. Fiks hidup Dexter akan sangat menderita. Mungkin ia hanya akan diam sepanjang hari, atau mengajak bicara ikan yang ada di aquarium rumah ini. Dexter yang lapar karena Bella belum membuat makan siang dan sudah memecat semua pekerja di rumahnya kecuali tukang kebun dan satpam beserta tukang bersih-bersih rumah yang hanya datang pagi hari saja membuat Dexter tak berkutik. Ia tidak bisa memasak, dan ia sedang tidak ingin makan di luar. Maka satu-satunya opsi adalah ia harus mencari keberadaan istrinya itu. Dexter menemukan Bella yang tengah berbaring sambil memejam dengan earphone di telinga dan timun di kedua matanya. Dexter mendekat. “Hei..” panggil Dexter. Bella tidak menjawab. “Bella..” panggil Dexter lagi. Namun Bella masih tak bergeming. Dexter pun duduk di sofa yang digunakan Bella. Ia mengguncang tubuh Bella, membuat sang istri langsung melepaskan timun di kedua matanya. “Kau? Ada apa?” tanya Bella begitu melihat Dexter di hadapannya. Ia sedikit kaget tentu saja. “Aku lapar,” jawab Dexter datar. “Jadi?” bingung Bella yang masih linglung. “Buatkan aku makanan,” ujar Dexter lagi. “Ha?” Bella cengo untuk beberapa saat. Dexter pun menatapnya aneh. Seakan tersadar dengan cara menatap Dexter yang sangat tidak enak pun Bella langsung memasang wajah angkuhnya. “Ekhem… bukan urusanku,” ujar Bella setelah berdehem. Dexter yang mendengarnya seketika melotot. “Bukan urusanmu kau bilang? Kau itu istriku!! Harus mengikuti segala kemauanku..!!” kesal Dexter. Bella menatapnya menantang. “Dengar ya suamiku Sayang… bukankah dalam peraturan berbunyi ‘Tidak mencampuri urusan satu sama lain’?” ujar Bella ikut kesal. “Kau tidak ingat sudah memecat seluruh pelayan di rumahku? Termasuk juru masaknya?” kesal Dexter lagi. “Itu kan sebelum dibentuk peraturan,” bantah Bella membela diri. Dexter terlihat sangat kesal. Di satu sisi ia tak bisa membantah peraturan yang ia buat sendiri. Ia jelas tidak ingin menjilat ludahnya sendiri. Tapi di sisi lain ia juga merasa sangat lapar sekarang. Dan jelas ia tidak akan sudi sampai memohon-mohon pada Bella untuk dibuatkan makanan. Mau ditaruh dimana wajahnya? Jelas ia sangat gengsi. “Sialan,” desis Dexter sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bella dengan langkah menghentak-hentak. Menghilang di balik pintu. “HAHAHA…” Bella tertawa keras setelah kepergian Dexter. Ia sangat geli melihat ekspresi suaminya tadi yang mati kutu dan berakhir merajuk. Ia tertawa sampai setitik air keluar dari ujung kedua matanya. “Lucu sekali dia… maafkan istrimu ini suamiku… hahahaha…” Bella kembali tertawa sampai puas. * Sementara itu Dexter sedang berada di dapur. Ia sedang mengobrak abrik isi kulkas. Tapi hampir semua isinya bahan mentah yang harus diolah dulu. Ia menyesal membiarkan Bella yang mengatur semua isi dapurnya. Seharusnya ia memiliki persediaan makanan ketika keadaan darurat. Seperti sekarang ini. Hanya ada roti tawar dan selai cokelat serta sekotak susu cair yang dapat ia konsumsi. Dexter sedang tidak ingin memakan itu karena itu sama seperti menu sarapan. Dexter juga tidak mengeti sebenarnya ia yang memang tidak menginginkan roti dan susu untuk makan siangnya karena sama dengan menu sarapan atau karena ia telah kecanduan dengan masakan Bella yang sangat lezat dan terasa pas di lidahnya. Dexter tidak mau memikirkannya atau mengiyakan isi pikirannya itu, tentu karena gengsi. Yang terpenting adalah dia sangat lapar sekarang. Dengan terpaksa Dexter pun mengambil roti dan susu tadi. Demi mengganjal perutnya yang terus-terusan meronta. Ia bahkan tidak lagi mengoleskan selai pada rotinya. Ia hanya langsung memakan roti itu dan meneguk susunya. Setelah dirasa cukup ia pun mengembalikan sisa roti dan susu itu ke dalam kulkas. Ia segera beranjak ke ruang TV. * * * Bella turun dari kamarnya dan beranjak menuju dapur. Ia melihat suaminya yang tengah menonton TV dengan wajah ditekuk. Terlihat Dexter tengah mengelus perutnya sendiri. Sepertinya suaminya itu masih kelaparan. Lucu sekali. Bella pun menemukan ide jahil. Bella segera memasuki dapur dan memasak makan siang yang enak. Ia segera mengolah bahan-bahan yang ada di kulkas menjadi makanan lezat yang tentunya menggugah selera. Sekitar setengah jam Bella membutuhkan waktu untuk menyulap bahan makanan menjadi makanan enak. Bella menata makanan yang telah matang di meja makan. Aroma makanan yang lezat menguar sampai masuk ke indra penciuman Dexter yang tengah menonton TV dengan bosan. Harum masakan yang begitu menggoda membuat air liur Dexter langsung mencair dengan cepat. Rasanya air liurnya akan menetes saja. Dengan sendirinya tubuh Dexter bergerak mencari sumber aroma menggiurkan itu. Sampailah ia di ruang makan dan menemukan istrinya tengah menyiapkan banyak makanan enak di sana. Seketika bibir Dexter merekah. Ia tersenyum senang melihat pemandangan itu. Bella membuatkannya makanan, membuat perasaannya menghangat dengan sendirinya. Bella yang merasa diperhatikan menoleh dan menemukan Dexter yang tengah memandanginya sambil tersenyum bodoh. “Ada apa dengan senyuman itu?” Bella bertanya dengan kedua alis mengangkat. “Akhirnya kau berbicara padaku,” jawaban Dexter terdengar aneh bagi Bella. “Memangnya aku tidak berbicara sebelumnya?” Bella mengernyit. “Kau mengabaikanku sejak semalam, tidak berbicara sama sekali padaku, tidak menganggap keberadaanku,” ujar Dexter dengan bibir mengerucut. Bella terperangah melihat hal itu. Benarkah itu Dexter? Suaminya? Kenapa sangat aneh hari ini? Dexter terlihat acuh dan langsung duduk di salah satu kursi di sana dan menatap makanan yang tersaji dengan berbinar. Kemudian tatapannya berpindah pada Bella, menatapnya seolah tengah menunggu Bella melakukan sesuatu. “Apa?” tanya Bella bingung. “Makananku?” Dexter menjawabnya dengan wajah tanpa dosa. “Itu di depanmu banyak sekali makanan,” ujar Bella bingung. “Kau tidak mengambilkanku makanan?” Dexter bertanya lagi. Bella mengernyit lagi. “Apa itu harus?” tanyanya kemudian. “Kau melakukannya sejak kemarin, kenapa sekarang tidak melakukannya lagi?” Dexter bertanya dengan alis menukik tajam. “Hah? yah.. memang aku melakukannya kemarin.. tapi sekarang aku malas,” jawab Bella memutar bola matanya sambil duduk di kursinya dan mulai mengambil makanan untuk dirinya sendiri. “Malas? Kau kan istriku! Kau harus melakukannya!” kesal Dexter. “Kau itu punya tangan sendiri, apa gunanya tanganmu kalau sekedar mengambil makanan tidak bisa,” malas Bella dengan wajah jutek. “Kau benar-benar istri tak berguna!!” marah Dexter. Bella menoleh pada Dexter dengan mata melotot. Bisa-bisanya Dexter mengatainya sebagai istri tak berguna? Dasar Gay sialan. Lihat saja akan segera jatuh ke dalam pesona Bella sebentar lagi. “Tak berguna katamu? Kau harusnya berkaca, istri akan berguna jika suaminya juga berguna, sekarang lihatlah dirimu sendiri, bagaimana bisa menjadi suami berguna jika menyukai istrinya saja tidak, malah menyukai orang lain, sejenis pula. Sekarang kau menuntutku untuk menjadi istri sempurna yang harus ini itu melayanimu?” sinis Bella sambil melanjutkan mengambil makanannya dengan santai. Dexter merasa tertohok dengan kenyataan yang diungkapkan Bella. Benarkah ia bukan suami yang berguna? Lalu apakah itu bisa menjadi alasan Bella bersikap semena-mena padanya? Lalu apa yang harus ia lakukan? Ia tidak bisa mengontrol dirinya yang berakhir menyukai laki-laki. Memang ia tidak menyukai perempuan. Tapi yang membuatnya bingung adalah kenapa ia tidak suka jika Bella tidak menyukainya? Bella menyerahkan piring yang ia isi dengan makanannya ke hadapan Dexter. Dexter sontak menatap Bella. Istrinya itu kini kembali mengisi piring makanan untuk dirinya sendiri. “Makanlah… sepertinya harus aku yang mengambilkanmu makanan baru kau bisa makan,” ujar Bella kemudian. Dexter masih menatap Bella dengan tatapan sulit diartikan. “Lupakanlah perkataanku barusan, aku minta maaf untuk perkataanku yang kasar, makanlah dengan tenang,” ujar Bella yang kini menatap Dexter dengan tatapan menyesal. “Aku hanya sedang sensitif hari ini, maaf ya,” ujar Bella lagi. Dexter masih menatap Bella dengan tatapan lurus. Jujur ia tidak mengerti dengan maksud perlakuan Bella padanya. Gadis itu marah padanya, mengabaikannya, mencacinya, lalu sekarang minta maaf begitu saja. Dexter sungguh tidak paham. “Baiklah,” ujar Dexter akhirnya setelah terdiam cukup lama. Ia pun makan dengan lahap masakan Bella yang teramat lezat itu. Sesekali ia melihat Bella yang sedang makan dengan tenang. Entah mengapa ia merasa aneh dengan situasi ini. * * * Dexter memasuki kamarnya bersama Bella. Dilihatnya istrinya itu sedang bersandar di tempat tidur mereka. Bella melihat Dexter yang masuk ke dalam kamar mereka. “Kau belum tidur?” Dexter berbasa basi melihat istrinya yang masih berkutat dengan ponselnya. “Hmm aku tidak bisa tidur,” jawab Bella. Bella menatap Dexter yang kini ikut duduk di ranjang yang sama dengannya. Mengingat pembicaraan mereka tadi siang membuat Bella kembali merasa bersalah, sungguh ia tidak bermaksud menghina Dexter seperti itu. Bella pun berniat kembali melancarkan misinya. “Kau mau tidur? Gosoklah gigimu dulu dan cuci muka,” ucap Bella lembut. “Ha?” Dexter merasa linglung dengan perkataan Bella. “Mau aku antarkan ke kamar mandi?” tawar Bella dengan lembut. Dexter merasa sangat aneh. Ia menggeleng dan langsung beranjak pergi menuju kamar mandi. Sungguh Bella benar-benar aneh. Ada apa sebenarnya dengan istrinya itu? “Kemarilah… apa kau lelah?” ujar Bella mengajak Dexter untuk duduk bersama dengannya. “Tidak,” jawab Dexter singkat. “Yakin? Bukankah kau sangat bosan dengan hari ini sampai kelelahan?” ujar Bella dengan senyum kecil. “Yah… hari ini memang membosankan… dan membingungkan,” ujar Dexter akhirnya. “Kalau begitu kemarilah, aku akan merilekskan tubuhmu agar kau bisa tidur dengan nyaman,” ujar Bella kemudian. “Memangnya kau bisa?” tanya Dexter ragu. “Tentu saja, kemarilah,” ujar Bella lagi. Dexter pun berbaring di samping Bella yang masih duduk. Bella mengubah posisinya berbaring menyamping dengan posisi lebih tinggi dari Dexter. Ia menyentuh kepala Dexter dan mengelusnya lembut. Sebelah tangannya juga ikut mengelus dada Dexter dengan lembut. Dexter seketika terhenyak dengan perlakuan Bella padanya. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh orang lain sebelumnya. Terakhir kali ia mendapat perlakuan seperti ini adalah ketika usianya 10 tahun, oleh ibunya. Dan kini pertama kalinya setelah 17 tahun ia kembali merasakan perasaan dibuai dan disayang seperti ini. Jujur saja sentuhan Bella sangat nyaman untuknya. Sama seperti sentuhan ibunya. “Maafkan perkataanku tadi siang ya, aku sedang sangat sensitif hari ini, sepertinya besok aku akan mendapatkan tamu bulananku, kau yang tidak melakukan apa-apa malah menjadi korbannya,” ujar Bella sambil mengelus kepala Dexter lembut. “Tamu bulanan?” Dexter menaikkan alisnya bingung. “Datang bulan, kau ini tidak pengertian sekali,” ujar Bella terkekeh geli dengan kepolosan Dexter yang menggemaskan menurutnya. “Ooh.. apa.. perempuan akan seperti itu jika datang bulan?” Dexter bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Persis seperti anak kecil yang penasaran dengan kisah dongeng yang dibacakan ibunya. Sungguh lucu. “Hmm tergantung… terkadang kami akan menjadi sensitif dengan emosi, bertambah nafsu makan, atau justru malas melakukan apapun, yah seperti itulah,” jawab Bella dengan senyum tulus. “Pantas saja perempuan itu seperti misteri, terlalu sulit dipahami,” balas Dexter. “Hei, cara berpikirmu itu harus dirubah Sayang… pandanganmu tentang perempuan harus dirubah, perempuan tidak semenyebalkan itu,” ujar Bella sambil memijit sedikit kepala Dexter, membuat sang empunya kepala memejam nyaman. “Benarkah?” Dexter menggumam. “Tentu saja, lihat contoh terdekat, ibumu, apakah ibumu sangat menyebalkan sampai kau tidak menyukainya?” Bella berbicara lembut. “Hmm.. terkadang memang menyebalkan,” jawab Dexter. “Hei.. tapi apa kau jadi membencinya?” Bella kembali bersuara lembut. “Tentu saja tidak, aku sangat menyayanginya,” ujar Dexter membantah. “Tentu saja, dia yang mengandungmu, melahirkanmu, dan membesarkanmu sampai sekarang,” ujar Bella kemudian. “Tapi ibuku berbeda dengan perempuan-perempuan sekarang,” ujar Dexter yang membuka matanya. “Itu hanya yang kau lihat dari luarnya Sayang… kau tidak bisa langsung menyebut perempuan itu buruk dan lebih menyukai laki-laki, kau adalah laki-laki, kau pasti mengerti perasaan laki-laki lebih baik daripada perempuan.. apa yang kau lihat belum tentu benar,” ujar Bella. “Seandainya perempuan tidak bersama dengan laki-laki, maka tidak akan ada anak di dunia ini. Kau tidak akan terlahir ke dunia ini karena ayahmu lebih memilih menikah dengan laki-laki. Adam diciptakan bukan bersama laki-laki, jika iya maka di dunia ini tidak akan ada manusia. Bahkan binatang dicipatakan dengan spesies jantan dan betina. Kau tahu? Tuhan sudah menciptakan semua makhluknya secara berpasangan. Kita tidak boleh menyalahi takdir dan aturan dariNya,” ucap Bella dengan lembut. Dexter mendengarkan ucapan Bella dengan seksama. Tidak ada yang salah dengan ucapan Bella. Justru ia yang merasa salah dengan pemikirannya selama ini. Tapi sebenarnya ia tidak pernah merasa salah selama ini. Kini ia mulai memikirkannya, apakah selama ini dia yang salah? Apakah selama ini dirinya telah salah dalam berpikir? Dexter kembali memejamkan matanya, ia menikmati usapan dan perkataan Bella sampai ia terlelap.Second HoneymoonDexter memperhatikan istrinya yang sedang menyusui anaknya dengan seksama. Ia melihat sendiri bagaimana bayi mungilnya itu menghisap susu langsung dari tempatnya dengan sangat lahap. Dexter yang melihat itu malah salah fokus dengan bentuk dan ukuran payudara Bella yang membesar dan tampak sangat menantang. Tanpa disadarinya, Dexter menelan ludahnya melihat pemandangan itu.Bella yang menyadari tatapan Dexter pun menatap suaminya dengan tatapan anehnya.“Ada apa? Kenapa menatapku dengan tatapan seperti itu?” tanya Bella yang masih sibuk menyusui bayinya.“Itu… apakah aku boleh melakukannya juga?” tanya balik Dexter sambil menunjuk payudara Bella.“Maksudnya?” Bella merasa was-was dengan pertanyaan Dexter.“Apakah aku boleh meminum susu seperti Baby Aaron juga?” tanya Dexter lagi dengan pandangan tak lepas dari dada Bella.“What? Kau gila ya… kau ingin meminum ASI?” Bella terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak boleh? Ayolahhh….,” rengek Dexter dengan tampang memelasnya
I'm A FatherDexter sedang menggendong baby Aaron yang sekarang sudah menginjak usia satu bulan. Bella sedang sibuk menyiapkan makanan untuk Dexter, sehingga dirinyalah yang harus mengurusi baby Aaron.“Hei Boy, kau bersemangat sekali digendong Daddy ya,” ucap Dexter memperhatikan baby Aaron yang tampak bersemangat dalam gendongannya.Bayi itu hanya memperhatikan ayahnya dengan senyuman merekah yang sangat indah dan menggemaskan. Bayi itu menepuk-nepuk dada Dexter dengan tangan mungilnya dan mata bulatnya menatap ayahnya dengan sangat menggemaskan.Melihat tingkah bayinya yang sangat imut itu membuat Dexter tidak tahan untuk tidak menciumi wajah anaknya itu. Dexter memberikan kecupan-kecupan ringan di wajah bayinya sehingga membuat bayi itu terkikik gelid an menepuk-nepuk pipi Dexter dengan senang.“Hahaha… kau senang dicium Daddy huh?” ucap Dexter yang mengajak main bayinya.Dexter masih bermain-main dengan anaknya dengan senang dan terlihat sangat manis. Pemandangan itu tak luput da
Baby BluesHari ini adalah hari kepulangan Bella dan Dexter beserta bayinya dari rumah sakit. Semua keluarganya sudah menyiapkan semua keperluan bayi di rumah Dexter. Kebanyakan barang-barang dari Tobias dari yang memenuhi kamar bayi yang telah didekorasi oleh mereka.Dexter sudah pasrah dengan semua keluarganya yang membelikan ini itu untuk keperluan bayinya. Ayahnya sudah membelikan banyak mainan untuk bayinya termasuk kereta dorong bayi, sementara ibunya sudah mendekorasi kamar bayinya sedemikian rupa lengkap dengan lemarinya. Belum lagi ibu mertuanya juga ikut membelikan banyak baju untuk bayinya. Sedangkan Tobias sudah banyak membelikan barang seperti perlengkapan mandi, susu dan perlengkapan makan bayi, selimut, bahkan kursi makan bayi. Dexter hanya kebagian membelikan tempat tidur bayi. Bahkan Bella tidak membelikan apapun untuk bayinya karena semua keperluan sudah tersedia.“Kami pulaanggg,” teriak Bella dengan senang saat masuk ke dalam rumahnya.“Aaaa…!!! Baby sudah pulaang…
Dexter berlari tergesa di lorong rumah sakit tanpa memperdulikan dirinya yang beberapa kali menabrak orang lain. Dirinya sedang rapat di kantornya tanpa Bella karena usia kandungan Bella yang sudah menginjak bulan ke-sembilan membuat Dexter harus ekstra menjaga keselamatan istrinya itu. Ia sedang berbicara ketika mendapat telepon dari ibunya kalau istrinya akan melahirkan. Tanpa memperdulikan rapatnya, Dexter menyerahkan semua urusan kantornya kepada Logan dan dirinya langsung berangkat ke rumah sakit dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.Dexter melihat ibunya sudah bersama ibu mertuanya dan adiknya yang sepertinya sedang bertugas karena menggunakan jas dokternya. Sementara ayahnya saat ini sedang dalam perjalanan bisnis ke Eropa sehingga tidak bisa hadir di sini. Dexter segera berlari menghampiri mereka dengan nafas tersengal-sengal.“Dimana Bella?" tanya Dexter dengan napas tak beraturan.“Ada di dalam, sebaiknya kau temani istrimu, dia pasti membutuhkanmu,” jawab Cassandra.“Ay
Dexter menggenggam tangan Bella dengan erat dengan sebelah tangannya, karena Bella sedang mengemudi. Mereka dalam perjalanan pulang dari rumah sakit setelah mengunjungi dokter kandungan. Dexter sudah bertanya banyak mengenai kehamilan dan segala macam hal yang harus diperhatikan, termasuk kegiatan seksual mereka. Bella sampai mencubit Dexter karena merasa malu dengan pertanyaan Dexter.“Bagaimana kau mengetahui kau sedang hamil saat itu?” tanya Dexter tiba-tiba sambil menciumi tangan Bella.Bella menoleh sebentar sebelum kembali konsentrasi dengan jalanan di depannya. Padahal dirinya sedang hamil, tetapi karena kondisi Dexter yang belum terlalu pulih maka ia yang mengemudi. Kalau ditanya kenapa mereka tidak membawa Alan adalah karena Dexter yang merengek hanya ingin pergi berdua saja.“Aku memeriksakan diri tentu saja, dokter yang menanganimu menyuruhku untuk memeriksakan diri,” jawab Bella kemudian.“Tapi kau datang bersama Logan,” ucap Dexter lagi.“Tentu saja, dia yang menemaniku u
Bella sudah menceritakan semua yang ia bicarakan bersama Logan kepada Dexter. Dexter pun merasa sangat bersyukur karena sahabatnya itu sangat membantunya. Dexter juga sudah menjelaskan apa yang selama ini masih tersembunyi dari Bella, tanpa terkecuali. Bella menerimanya dan mengikhlaskan semua yang sudah terjadi.“Semoga kau senang di sana, Mommy dan Daddy sangat menyayangimu…,” ucap Bella pada sebuah makam kecil di taman pemakaman milik keluarganya.“We love you…,” tambah Dexter sambil mencium nisan kecil di sana.Mereka berdua menatap makan janin mereka yang sudah tiada. Mereka sangat sedih dengan kepergian janin itu, tetapi mereka sudah mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka. Dexter dan Bella pun berjalan kembali menuju mobil mereka dengan Bella yang mendorong kursi roda Dexter. Di tengah perjalanan, angin berhembus lembut menyapa mereka seolah salam sayang dari anaknya.Bella menunduk pada Dexter yang juga tengah mendongak. Bella mengecup lembut bibir Dexter dan sedikit melum
Bella membuka matanya dan menemukan suaminya yang masih tertidur memeluknya. Bella membalikkan tubuhnya untuk menghadap Dexter dan menyentuh kening suaminya yang panas. Bella menghela napasnya karena telah membuat Dexter kembali demam untuk yang ke-sekian kalinya.Bella mengusap kepala Dexter pelan dan mengecup keningnya, lalu segera beranjak untuk meninggalkan ranjang. Tetapi sebelum Bella sempat meninggalkan ranjang itu, Dexter sudah terlebih dahulu memeluknya dan mengigau dalam tidurnya.“Jangan pergi….,” gumam Dexter dalam tidurnya.Bella yang hendak pergi pun tidak jadi meninggalkannya. Bella kembali tidur dan memeluk suaminya dengan sayang. Ia mengelap pelipis Dexter yang mengeluarkan keringatnya.“Kenapa sakit lagi hmm?” gumam Bella sambil mengelus punggung Dexter yang kini telah tertidur lagi.Setelah agak lama, Bella pun mulai melepaskan pelukan Dexter darinya. Beruntung Dexter sudah tertidur lelap dan tidak menolak dilepaskan Bella lagi. Lalu Bella segera beranjak ke dapur d
Bella sedang berada di rumahnya, tepatnya di rumah orang tuanya. Ia kembali melamun memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya di rumah sakit. Air mata Bella kembali mengalir. Sungguh ia sama sekali tidak bermaksud berkata-kata seperti itu kepada ibu mertuanya, tetapi perkataan Cassandra sungguh membuat Bella sakit hati. Seakan-akan hanya Bella yang menyakiti Dexter di sini. Padahal Dexter juga menyakitinya tanpa pria itu sadari.“Bicarakan semua ini dengan kepala dingin, jangan malah menghindarinya dan membiarkannya terus berlarut-larut,” ucap Liliyana menasehati putrinya yang sedang patah hati.“Aku.. aku hanya butuh waktu sebentar Mom,” balas Bella sambil menenggelamkan kepalanya dipelukan sang ibu.***Suara bel pintu berbunyi membuat Liliyana yang sedang berada di ruang tamu segera menghampiri pintu rumahnya. Liliyana membuka pintunya dan menemukan 4 orang yang tak terduga datang ke rumahnya.“Kalian?” ucap Liliyana yang terkejut.“Hai.. boleh kami masuk?” pinta sang tamu ya
Bunyi suara klakson mengagetkan Bella yang tengah melamun. Ia segera menoleh ke belakang dan melihat sendiri dengan mata kepalanya, tubuh suaminya yang terpental ke atas sebuah mobil SUV yang menabraknya.Bella melebarkan matanya. Tidak mungkin, tidak mungkin!Bella masih menatap tubuh Dexter yang kini terjatuh ke jalanan aspal. Bella masih terdiam, kejadiannya begitu cepat sampai ia tak sempat memikirkan apapun. Bella masih menatap Dexter yang terjatuh sampai akhirnya dia bisa membuka suaranya.“STOOPP…!!!!” teriak Bella kemudian.Supir taksi yang sedang mengemudikan mobilnya itu pun kaget dan langsung mengerem mobilnya mendadak.Begitu mobilnya berhenti, Bella segera keluar dari mobil itu dan langsung berlari menuju tubuh Dexter berada. Bella langsung menghampiri Dexter yang tergeletak bersimbah darah di dekat trotoar. Mobil yang tadi menabrak Dexter pun sudah berhenti. Bella tak lagi perduli dengan keadaan sekelilingnya yang sudah ramai. Ia hanya menatap Dexter yang tergeletak tak