Keesokan paginyaAkbar menghangatkan bubur yang ada di dalam kulkas. Yang katanya buatan dari baby sitter Lidya. Yang katanya juga adalah wanita yang sudah membuat sang kakak jatuh cinta lagi.Ada perasaan takut di hati Akbar. Takut jika kakaknya hanya sekadar menjadikan wanita tersebut mainan saja. Ia tidak terima jika harus melihat sendiri bagaimana sang kakak melakukannya.Akbar sangat menghormati seorang wanita, oleh karena itu ia tidak rela jika Ilham memiliki niat buruk pada baby sitter Lidya. Ia tahu dirinya tidak kenal. Tapi tetap saja ia tidak ingin sang kakak melakukannya.Disela menghangatkan bubur, Akbar berpikir menyusun rencana bagaimana caranya untuk bertemu dengan baby sitter Lidya. Ia ingin meminta agar baby sitter Lidya hati-hati. Bukan ingin menjelekkan sang kakak, Akbar hanya sekedar berjaga-jaga agar tidak ada lagi wanita yang disakiti Ilham.Akbar tahu, sang kakak adalah orang baik dan setia. Tapi.... Itu dulu sebelum sang istri meninggal. Selepas itu semuanya b
Baik Nada ataupun Akbar mereka sama-sama terkejut. Mereka sama sekali tidak menyadari jika orang yang sering dibicarakan oleh Ilham adalah orang yang sama. Begitu pula dengan Nada, ia terkejut ternyata orang yang disebut adik oleh Ilham adalah Akbar. Dunia memang terasa begitu sempit. Padahal mereka berada di satu lingkaran kehidupan yang sama. Berada diedar yang sama.Akbar langsung berdiri, ia lalu menatap secara bergantian pada Nada dan Ilham. Lalu fokus utamanya pada Nada."Mbak Nada apa kamu baby sitter Lidya keponakanku?" Tanya Akbar."Iya, Bar. Dan kamu.... Adiknya...." Nada tidak melanjutkan perkataannya, sebab Ilham kepalang menyela."Apakah kalian berdua saling mengenal?" Tanya Ilham seraya menatap bergantian pada Akbar dan Nada.Saat Nada hendak menjawab pertanyaan Ilham. Akbar malah menarik lengan Nada. Membawanya sedikit menjauh dari jangkauan Ilham.."Akbar apa yang kamu lakukan?" Tanya Nada, ia bingung kenapa Akbar tiba-tiba menariknya."Berhenti dari pekerjaan ini, M
Jam istirahat tiba, Akbar berniat untuk pulang terlebih dahulu. Ia ingin kembali memastikan. Memastikan jika sang kakak tidak akan pernah mempermainkan Nada.Jika pun benar sang kakak mencintai Nada, maka ia akan meminta bersaing secara sehat untuk mendapatkan Nada.Tidak butuh waktu lama, Akbar sampai di rumah Ilham. Karena terburu-buru ia tidak mengucapkan salam. Ia langsung masuk dan mencari sang kakak.Saat ia masuk, rupa-rupanya apartemen sang kakak kosong. Ia panggil berulang kali pun tidak ada yang merespons. Kuat dugaan jika mereka tengah keluar."Aku tidak akan bisa tenang sebelum benar-benar memastikan. Jika kakak tidak akan mempermainkan Nada," gumam Akbar. Ia lalu merogoh saku celananya mengambil handphone dan hendak menelepon sang kakak.Sambungan telepon tersambung, namun pemilik nomor tidak kunjung mengangkatnya. Lalu, Akbar pun mengirim pesan pada Ilham."Di mana? Akbar mau bicara sama kakak,"Seperti itulah bunyi pesan yang dikirim oleh Akbar untuk Ilham.Beberapa men
"Om Akbar,"Lidya berteriak seraya berlari ke arah Akbar, saat gadis kecil itu melihat om-nya datang. Akbar berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Lidya."Om ayo makan. Ayah udah pesenin kesukaan om." Terang Lidya."Oh ya." Ujar Akbar seraya ekor matanya menatap ke arah Ilham."Iya dong, Om. Ayo cepat. Lidya sengaja gak dulu dihabisi makannya biar bareng sama Om.""Aduh, om terharu banget."Akbar berdiri ia berjalan ke arah meja seraya memegang tangan Lidya."Selamat siang Nazril, mbak Nada, kak Ilham. Makasih sudah memesankan makan siang buat Akbar." Ucap Akbar. Akbar bisa melihat dengan jelas perubahan ekspresi Ilham.Akbar menatap satu-satunya ke arah piring yang terlihat masih penuh dengan makanan."Lo Baru pada pesan, ya. Kok pada masih banyak?" Tanya Akbar."Kamu datang mendadak. Enggak enak kan kalau kami makan duluan sementara kamu belum datang. Bisa-bisa kamu datang kami sudah pada selesai," Tutur Ilham. Ia sebenarnya sedikit kesal. Saat makanan pesanan mereka samp
"Nada, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Ilham saat mereka baru saja tiba di apartemen."Bisa Tuan." Jawab Nada, lalu ia meminta pada Nazril dan Lidya untuk bermain bersama."Nazril sama nona Lidya main dulu berdua, ya. Nanti Tante nyusul ," Ujar Nada dan disetujui Lidya.Lidya lalu menarik tangan Nazril. Meski sebenarnya Nazril terlihat enggan untuk bermain bersama Lidya.Setelah kedua anak kecil itu hilang dari pandangan Nada. Nada langsung kembali mengarah pada Ilham."Tuan mau bicara apa?" Tanya Nada."Kita bicara sambil duduk. Enggak enak jika harus berdiri seperti ini."Apa yang dikatakan Ilham memang benar. Rasanya tidak nyaman jika berbicara sambil berdiri meskipun sebentar.Mereka pun akhirnya duduk di kursi tamu. Saling berhadapan. Belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Ilham. Ia masih diam mungkin bibirnya terasa kelu. sementara Nada dengan sabar menunggu apa yang akan disampaikan oleh Ilham."Nada aku mau...."Perkataan Ilham menggantung di udara. Mendadak ia m
Dua bulan sudah Nada pergi dari Lampung. selama dua bulan itu ada satu pria yang mendadak seperti orang kesetanan. Bahkan bisa dibilang ia seperti orang gila. Bagaimana tidak? Selama dua bulan itu hanya ia habiskan mabuk dan merancau nama Nada. Ya, orang ini adalah Yudi. Salah satu alasan kenapa Nada memilih untuk segera meninggalkan tanah kelahirannya.Trang“Nada! Kamu ke mana sayang? Kenapa kamu tinggalkan aku?”“Aaah!”Yudi terus saja meracau memanggil-manggil Nada. Dia terlihat frustrasi, bagaimana tidak? Yudi teramat menginginkan Nada. Baginya Nada adalah obsesi terbesarnya dalam hidup. Dari dulu saat Nada masih gadis sampai sekarang Nada punya anak obsesi itu masih bersarang di benaknya.“Kau harus menikah denganku, Nada! Jika tidak ... maka orang lain pun tidak boleh memilikimu.”Botol minuman yang isinya tinggal setengah itu. Ia minum dalam sekali tegukan setelah itu ia lempar dengan keras hingga pecahannya berhamburan ke mana-mana.Yudi mabuk. Setiap kali merasa gagal mendap
Malam ini, Nada bermaksud untuk bicara dengan Akbar masalah niatnya yang ingin tinggal berdua dengan Nazril. Meksipun Nada merasa segan untuk bicara, tapi ini justru yang terbaik.Namun, sebelum membahas hal tersebut. Nada berniat untuk menyinggung hubungan dirinya dengan Ilham yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.Kakak beradik ini seperti sedang dalam masalah yang mempengaruhi hubungan mereka. Nada anak tunggal jadi ia justru merasa iri dengan hubungan Akbar dan Ilham. Ia tidak memiliki saudara jadi Nada begitu berharap mereka bisa kembali akur jika memang mereka memiliki masalah."Akbar,"Nada memanggil Akbar yang saat ini tengah menemani Nazril. Akbar menoleh ke arah Nada."Iya Mbak kenapa?" Tanya Akbar."Mbak mau bicara sama kamu, sebentar saja kok." Ucap Nada.Sebenarnya perasaan Akbar mendadak tidak enak. Ia merasa akan ada sesuatu yang membuat ia tercengang.Tanpa menjawab, hanya sebuah isyarat anggukkan saja. Akbar setuju."Om mau bicara sesuatu sama bunda, ya, mainnya se
Nada menyusul Akbar, pemuda itu tidak akan Nada biarkan pergi dengan keadaan perasaan bersedih. Nada sadar, apa yang tadi ia ucapkan justru seperti mendukung kakaknya. Padahal tidak seperti itu. Nada hanya ingin membuat kesalahan pahaman mereka usai.Alih-alih memperbaiki, Nada justru membuat keadaan semakin tidak kondusif. "Akbar tunggu!" Panggil Nada.Akbar diam di tempat tapi tidak menoleh ke arah Nada."Mbak minta maaf. Jika perkataan mbak menyinggung. Bukan maksud mbak mau membela kakak mu. Mbak cuma....""Tidak apa-apa, Mbak. Mbak tidak usah minta maaf." Sela Akbar menyela perkataan Nada."Mbak mau tahu alasan Akbar begitu menentang sikap kak Ilham?" Sambung lagi Akbar pada Nada. Nada hanya menggeleng tanda ia tidak tahu menahu."Karena Akbar mencintai wanita itu. Wanita yang sedang kak Ilham dekati adalah wanita yang aku suka, wanita yang akan selalu aku jaga, wanita yang akan selalu aku lindungi. Melihat kenyataan jika Kak Ilham menyukainya tentu aku tidak bisa tenang." Ujar