共有

BAB 2. MENEMUI KAMLIA

作者: Viala La
last update 最終更新日: 2023-07-10 18:55:28

Setelah mengantarkan Kinanti, aku pun memutar motor ke bengkel tempat aku bekerja. Sekitar lima belas menit, aku sudah sampai di bengkel.

"Aduh ... dingin sekali. Andai ada yang memeluk pasti hangat!" Aku berandai-andai dipeluk seseorang, mungkin karena memang sudah kebelet nikah.

Seminggu telah berlalu, sudah selama itu pula Kinanti mendiamkanku. Ketika pagi hari aku membeli dagangannya, dia bahkan masih tidak ramah padaku. Aku sudah lelah didiamkan terus oleh Kinanti.

Waktu yang aku tunggu telah tiba, pesan dari Kamlia telah masuk ke ponselku, ia memang selalu mengabari jika sudah berada di kampung. Meskipun tak pernah sekali pun aku balas.

[Bang! Lia sudah di kampung!]

Aku pun langsung membalasnya, "Nanti sore saya akan ke sana."

[Abang benaran?]

Aku tidak membalasnya lagi, namun pesan Kamlia masuk kembali ke ponselku.

[Aku tunggu, Bang!] Pesan singkat itu ditambahkan emot tersenyum beberapa buah.

Entahlah bagaimana ekspresi Kamlia disana, yang jelas aku sangat bahagia dengan kepulangan Kamlia kali ini. Artinya aku bisa segera menemuinya dan menjalankan rencanaku.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar, masih ada dua motor jatahku untuk diperbaiki, sedangkan yang satu lagi jatah Mang Ardhan. Pemilik motor hanya minta ganti oli dan yang satu ganti Benan. Paling lama setengah jam lagi selesai, jadi tidak masalah.

"Mang!" Aku memanggil Mang Ardhan yang masih sibuk dengan motor yang sedang ia kerjakan.

"Kenapa?" tanyanya tanpa melihat ke arahku.

"Setelah dua motor ini selesai, aku izin pulang kampung ya!"

Mang Ardhan menatapku, lalu bertanya, "Sama Kinanti lagi?"

"Nggak, Bang! Aku sendiri mau minta restu." ucapku sambil tersenyum.

"Oh ... ok! Semangat!"

Mang Ardhan menyemangatiku, ia berdiri lalu membuat gerakan mengayunkan tangan sambil berucap dengan keras, "SE ... MA ... NGAT."

"Apaan sih, Mang! Lebay tau nggak?"

Aku terkekeh dengan aksinya, Mang Ardhan adalah pemilik bengkel tempat aku bekerja ini.

Aku tamatan SMK jadi aku punya keahlian memperbaiki motor. Karena tidak punya modal untuk membuka usaha bengkel sendiri, aku pergi ke kampung sebelah ikut kerja dengan orang. Meskipun gajinya tidak besar, yang jelas aku tidak lagi bergantung pada orangtuaku.

Aku merasa sudah siap berumah tangga. Walaupun aku tidak bisa menjamin akan menjadi orang kaya, namun aku percaya selagi mau berusaha rezeki akan tetap ada.

Jam menunjukkan pukul tiga, pekerjaanku sudah selesai dan aku segera bersiap lalu pamit pada Mang Ardhan dan Teh Yusri. "Mang, Teh! Aku berangkat dulu."

"Hati-hati," teriak Teh Yusri.

Sebelum pulang ke kampung, aku menemui Kinanti di rumahnya. Sampai di rumah Kinanti aku melihat gerbang terkunci. Tapi aku tahu Kinanti ada di dalam karena pintu depan rumahnya terbuka lebar.

"Kinan!" panggilku dengan suara keras, beberapa kali aku bunyikan klakson motorku.

Kinanti ke luar dari rumah, ia hanya melihatku dari pintu. Aku tersenyum melihatnya, sedangkan ia masih berekspresi datar. Aku luruskan lagi garis senyum yang terlanjur kutarik lebar di bibirku.

Aku turun dari motor membuka helm dan mendekati gerbang, berharap ia akan membukakan kunci gerbang. Beberapa menit berlalu, ia masih mendiamkanku. Tega sekali ia membiarkanku berdiri di depan gerbang seperti penagih hutang. Aku sama sekali tidak dipersilahkan masuk. Ia sendiri berdiri di depan pintu. Aku menatapnya sendu, seperti meminta belas kasihan menunggu ia bicara.

"Ada apa?" ia bertanya tanpa adanya panggilan Abang padaku seperti biasa.

"Abang kangen dan mau bicara!"

Setelah seminggu aku dicuekin, ditelepon juga tidak pernah diangkat. Keberadaan aku di sini untuk mendapat jawaban dari semua pertanyaanku tentang sikapnya. Aku juga ingin menjelaskan jika aku akan menyelesaikan masalah perjodohan itu, aku ingin menyampaikan padanya untuk menungguku.

"Mau bicara apa, Bang? Jangan lama-lama!" ketusnya.

"Abang mau bicara banyak! Buka gerbangnya ya!" tawarku.

Kinanti terlihat masih diam di tempatnya berdiri, sama sekali tidak ada tanda-tanda ia akan membuka gerbang. Ia malah melipat tangan di depan dada. Aku harus sabar menghadapinya.

"Kinan, jangan begini dong! Abangkan jadi bingung!" Aku memelas padanya.

"Abang kesini lagi besok kalau sudah dapat restu! Kalau nggak dapat ya sudah!" Ia hendak berbalik masuk ke dalam rumahnya kembali.

"Abang cuma mau pamit pulang ke kampung sebentar. Sore ini akan Abang selesaikan masalah dengan Kamlia. Kau tunggu saja besok!" Tak aku tunggu lagi jawaban darinya, aku langsung memakai helm dan menaiki motor lalu pergi begitu saja. Sungguh tidak enak rasanya didiamkan seperti ini.

Aku pun langsung memacu motorku dengan kecepatan tinggi ke kampungku. Jarak yang biasanya ditempuh dua jam sekarang aku tempuh sejam lebih lima belas menit.

Aku sampai di rumah Kamlia, aku datang ke sini tanpa pulang ke rumahku terlebih dahulu.

"Assalamualaikum," ucapku sambil mengetuk pintu rumah Kamlia.

"Waalaikumussalam," terdengar jawaban dari dalam ternyata Juragan Siran yang menyahut salamku.

Tak lama pintu pun dibukakannya. "Eh ada calon mantu! Yuk masuk."

Juragan Siran sangat ramah padaku, ia mungkin belum tahu jika minggu kemaren aku membawa pulang wanita lain. Aku pun masuk dan duduk setelah ia mempersilahkan duduk.

Rumahnya paling besar di kampung ini, bisa dibilang Juragan Siran orang paling kaya di sini. Ia terkenal karena punya banyak perkebunan sawit dan juga sawah, tapi aku tidak tertarik dengan ke kayaannya.

"Lia, Kamlia!" Juragan Siran memanggil anak gadisnya.

"Ada tamu untuk kamu ini!" sambung Juragan Siran dengan suara yang cukup keras.

"Sebentar ya, Nak Al!" Juragan Siran pergi dari pandanganku.

Tidak lama ia kembali lagi bersama Kamlia. Ternyata wanita itu sudah berdandan. Pipinya merah, bibirnya juga memakai gincu. Di mataku malah terlihat seperti badut, lucu sekali. Setika bayanganku tentang Kinanti hadir, wanita itu tidak perlu pewarna, pengawet atau pemanis buatan. Kinanti sudah cantik alami.

"Abang sudah lama?" tanya Kamlia berbasa-basi. Sikap sok polos, sok alim dan sok imutnya membuat lambungku seketika bereaksi.

"Baru aja, sih!" jawabku.

Kamlia mengambil duduk di sampingku sangat mepet sekali. Ia tersenyum malu-malu, tapi percuma ia cosplay jadi ibu peri karena aku tau ia itu mak lampir.

Melihat kami yang duduk bersebelahan, Juragan Siran langsung berucap, "Cocok sekali."

Aku menggaruk kepalaku yang menjadi gatal karena ditempeli ulat bulu, lama-lama rasa gatalnya menjalar ke wajah dan sekarang seluruh tubuhku. Karena duduk dekat ulat bulu beracun ini benar-benar membuatku gatal, dan ingin segera menyingkirkannya.

Juragan Siran duduk di sofa sampingku, sekarang ia malah berteriak memanggil isterinya, "ibuk, airnya sudah?"

"Bentar, Pak!" Terdengar sahut isterinya dari arah dapur.

"Maaf ya, Nak Alfa! Sebentar lagi minumannya siap! Nak Alfa pasti haus." Juragan Siran sangat pandai berbasa-basi padaku. Wajahnya begitu ceria menyambutku, mungkin ia sangat berharap perjodohan ini terlaksana.

"Sudah lama kau tidak bertemu Kamlia, dia tambah cantik ya?" puji Juragan Siran pada anak satu-satunya itu.

"Cantik dari ma-" aku terdiam. Hampir saja aku keceplosan mencelanya.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (9)
goodnovel comment avatar
Roro Halus
hahha kamlia berarti pake pewarna, pemanis dan pengawet dong, ngakak thor
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
"abang kangen.." entah kenapa aku yang tersentuh ...
goodnovel comment avatar
Haerani Eka
aku dapat memaklumi kenapa kinanti bersikap dingin gitu
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Suami Janda Paling Setia   BAB 106. TAMAT

    Aku telah sampai di rumah, sama seperti tadi, Mixi masih tertinggal di belakang. Aku segera memarkirkan motor dan masuk ke dalam rumah. Aku tidak sabar ingin menyampaikan berita ini pada Kinanti."Assalamualaikum, Sayang!" Aku mengucap salam dan langsung mencari keberadaan istriku.Beberapa saat ia belum juga muncul, aku bergegas mencarinya ke dapur, eh malah tidak ada!"Sayang!" panggilku lagi.Tak lama suaranya muncul dari dalam kamar. "Iya, Bang!"Aku langsung menyusulnya, kami hampir bertabrakan di sekat pembatas ruang tengah dan dapur. "Astaghfirullah!" Aku terlonjak kaget."Hei, Abang ada berita bagus buat kamu!" Aku melangkah semakin mendekatinya dan menarik tangan istriku untuk duduk di sofa ruang tamu.Begitu panjang cerita yang akan aku sampaikan hingga kami harus duduk. Aku begitu bahagia mengetahui kalau benda itu bukanlah milik Mixi.Kami baru saja mendaratkan bokong di sofa, terdengar salam Mixi dari pintu, "Assalamualaikum!"Kami menoleh bersamaan dan menjawab salam jug

  • Suami Janda Paling Setia   BAB 105. SEBUAH KEBENARAN

    Pagi ini aku ingin pergi ke sekolah Mixi, apa yang dilakukan anak itu harus aku selesaikan. Dia harus tetap bersekolah hingga ujian akhir walaupun semalam telah resmi menikah.Setelah sarapan aku sudah siap untuk pergi, tapi anak itu sama sekali belum bersiap. Aku lupa memberitahu Mixi kalau aku akan ke sekolahnya hari ini. Al hasil aku harus menunggunya bersiap dan kami berangkat agak siang dengan motor masing-masing.Aku telah sampai dan melihat jam di pergelangan tanganku. "Sudah pukul 09.00," gumamku.Aku memarkirkan motor lalu memandang ke belakang mencari keberadaan Mixi. Beberapa menit aku menunggu, akhirnya anak itu sampai juga."Cepatlah!" desisku.Aku berjalan terlebih dahulu, gadis itu berjalan pelan di belakangku terdengar kakinya seperti diseret. Aku memutar badan dan bicara padanya."Kau, cepatlah sedikit, dasar anak bandel!" Aku masih terus menghardiknya karena aku tak habis pikir dengan kelakuan anakku itu.Mixi tak berani menatapku, ia terus menunduk sepanjang jalan. A

  • Suami Janda Paling Setia   BAB 104. PERNIKAHAN MIXI

    "Kenapa?" sentak Erhan."Karena kau non muslim!" tunjukku.Seketika aku merasa menemukan jalan buntu. Aku tidak mau Mixi menikah dengan seseorang yang beda keyakinan. Di satu sisi aku tidak mungkin diam saja saat mereka sudah melakukan hal di luar batas.Erhan berdehem, "Hmm, kalau itu Abang tidak perlu khawatir, aku sudah mualaf kok!" ungkapnya sambil cengengesan.Pemuda ini benar-benar ajaib, sama sekali tidak ada risau di wajahnya, walaupun babak belur ia tetap terlihat happy. Hal itu berbanding terbalik dengan gadis yang duduk di sampingnya, Mixi hanya menunduk, sama sekali tidak happy."Kapan?" tanyaku singkat."Dua bulan yang lalu! Kalau Abang tidak percaya silahkan telpon Ustad Habibi, beliau yang sampai saat ini masih membimbing saya," tutur Erhan.Pemuda itu mengeluarkan ponsel dari saku celana. Ia mengulurkan padaku memintaku menelepon ustad yang ia maksud.Aku sungguh tidak kenal dengan ustad Habibi itu, dari pada aku menghubungi orang yang tidak aku kenal, lebih baik aku te

  • Suami Janda Paling Setia   BAB 103. TERTANGKAP BASAH

    Pikiranku mendadak kacau, aku ingin segera berbicara dengan Mixi. Aku langsung mengendarai motor dengan kecepatan maksimal. Aku tidak jadi menjemput Kinanti, acara jalan-jalan berdua terpaksa batal, lain kali saja!Sampai di rumah aku melihat motor yang tidak aku kenali terparkir di depan teras. Namun, suasana rumah terlihat sangat sepi dan pintu rumah juga masih ditutup."Motor siapa, ya?" tanyaku dalam hati. Siapa yang sudah pulang? Apa salah satu dari anak-anak?Mendadak perasaanku menjadi tidak enak. Aku langsung teringat dengan cerita Bu Er tentang pemuda ganteng yang diajak Mixi ke sekolah, mungkinkah itu—. Berarti Mixi di dalam dengan pemuda itu? Berdua saja? Aku harus selidiki, aku tidak ingin diperbodoh.Aku langsung membuka pintu perlahan agar mereka tidak mengetahui aku pulang. Rencana menyergap mereka diam-diam sudah tersusun di otakku. Begitu pintu terbuka aku terbelalak terkejut dengan apa yang aku lihat."Astaghfirullah, ternyata ini kelakuan kalian?" teriakku yang lang

  • Suami Janda Paling Setia   BAB 102. KARET PENGAMAN

    Hari sudah pukul empat sore. Tinggal satu motor saja yang belum dibenarkan, biarlah menjadi tugas Parto buat nambah gaji karyawanku itu. Eh iya, Parto bukan hanya karyawanku, ia juga adalah suami Tiani.Aku memilih pulang ke rumah."To, Abang pulang dulu, ya! Yang ini masih amankan?" pamitku sambil menunjuk motor yang masih belum dibenarkan."Aman, Bang! Sebentar saja siap tu!" balasnya.Sampai di rumah ternyata sangat sepi tidak ada siapa-siapa, aku lupa kalau sedari pagi isteriku di tempat tetangga yang sedang hajatan. Sedangkan Mixi, Yura dan Uwais belum pulang, pasti mereka masih belum selesai les. Aku duduk di depan teras tanpa membuka pintu, malas masuk rumah kalau tidak ada siapa pun begini.Aku teringat sudah lama tidak jalan-jalan berdua dengan isteriku. Akhirnya aku mengirim pesan singkat untuk menjemputnya, "Yang, sudah selesai? Abang jemput sekarang?"Beberapa saat menunggu, tidak ada balasan dari Kinanti. Mungkin ia sedang sibuk dan tidak menyadari aku mengirim pesan. "Ya

  • Suami Janda Paling Setia   BAB 101. LIMA TAHUN BERLALU

    Aku mengambil sertifikat itu lalu bicara pada Miko, "Sudah terbayar 'kan nazar lo?"Miko mengangguk, ia terlihat tersenyum puas setelah berhasil membuatku menerima sertifikat pemberiannya.Miko bahkan memeluk ku. "Lo emang teman gue dunia akhirat, Al! Lo nggak hanya menyelamatkan harta gue di dunia tapi juga di akhir kelak. Makasih ya, Bro!!!"Ia lalu menepuk-nepuk pelan punggungku. Ya, ya, biarkan saja begini untuk beberapa menit ke depan. Begitu bahagianya Miko telah berhasil membayar nazarnya. Aku menikmati momen ini, aku juga bahagia melihat temanku bahagia.Setelahnya aku mengambil tangan Miko dan meletakkan kembali sertifikat itu. "Sekarang gue mau nitip sertifikat ini lagi sama lo!""Eh, apaan? Nggak bisa gitu, Al!" protesnya. Miko tidak mau memegang surat berharga itu hingga jatuh ke lantai begitu saja.Turun sudah harga diri sertifikat sebagai barang berharga karena ulah kami yang saling menolak keberadaannya. Padahal ia begitu sangat berharga, disaat yang lain rela membunuh s

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status